SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Rabu, 12 September 2007

BARISAN

Barisan lidi bertapa
Menatap kerasnya bumi
Dalam baringan bersandar

Wahai awan yang menatap bumi
Engkau apakan mereka
Sembari mengayunkan derai
Berjungkal menyisiri beribu kehidupan
Jadikan harapan kepenatan

Setetes lantunan buih
Mendayung membasahi hijaunya fajar
Terangnya harapkan kehidupan
Aktifitas bertaburan
Kesunyian heningkan suasana
Lambat laun mengikis
Menciptakan kerak sorai

Oh barisan …
Kenapa engkau diam
Bicaralah untukku
Berikan suaramu
Kalaupun tak mampu maka
Wujudkanlah dengan segala kemampuanmu
Untaianmu memprakarsai kejamnya kehidupan
Lengkapkan sukmamu untuk menjadi
Kegunaan yang manfaat
LG02090907

Kemiskinan, Indonesia dan Islam

Secara fisik Indonesia banyak mengalami kemajauan dan kelebihan termasuk jumlah manusianya tapi secara immaterial kualitas SDM (human reseourcess) mengalami ketertinggalan dengan yang lain. Ini menjadi kelebihan sekaligus kekerdilan bangsa yang mayoritas masyarakatnya kulitas hidupnya rendah.
Dibalik semua yang dibangun saat ini berbanding lurus dengan apa yang telah dicitrakan dipublik, kadang mengelabuhi masyarakat sendiri. Setiap hari kita disuguhi bermacam-macam film sinetron yang kontras dengan realitas kehidupan inipun semakin hari semakin menjamur. Padahal disisi lain realitas kehidupan di negeri yang konon melimpah sumber daya alamnya tidak dibarengi dengan human reseourcess yang memadai.
Jerit tangis, busung lapar, dan banyak lagi gelontoran masalah yang setiap saat melanda mulai dari masyarakat kota, desa bahkan kolong jembatan. Problem bangsa yang semakin parah ini tidak segera di tangani, ini PR besar buat bangsa yang menjelang besar.
Instansi pemerintah yang berebut sendiri menangani yaa inilah, itulah sok sibuk apalagi paradigma kebijakan dan politik machiavelispun mendominasi keseluruhan orang-orangnya dan memperebutkan masalah kekuasaan, maka yang timbul adalah permasalahan dan hanya menjadi ajang perebutan wilayah untuk kepentingan sesaat, pribadi bahkan kelompok. Dengan berlomba-lomba mengiming-ngimingi banyak janji yang tak pasti sehingga membuat kejenuhan.
Ini memberi jarak antara Das Sein dan Das Sollen sehingga menjadi sebuah pertanyaan lalu apa kaitannya dengan mayoritas masyarakat kita yang Islam?. Ini menjadi auto kritik bagi kita, dan kalau di telisik maka ada beberapa permasalahan yang menyebabkan bangsa ini seharusnya isin. Hal mendasar pertama yaitu terjadi perduksian Islam di bangsa ini. Islam disini hanya dimaknai bahkan dipahami oleh mayoritas sebatas hubungan vertikal saja. Islampun hanya dibicarakan diberbagai forum, tapi tidak direalisasikan dalam kehidupan.
Sikap dan behavior keberagaamaan model seperti ini lambat laun akan menjadikan suram. Seperti ditayangkan ditelevisi kita setiap saat disuguhi film yang notabenenya religi dengan wujud pesan yang menakutkan kesanya sehingga itu menjadikan momok bagi masyarakat, seolah agama khususnya Islam menjadi tidak membebaskan malah menjadi instrument/alat untuk menindas. Ini pun sesuai dengan prediksi Marx bahwa agama itu candu bagi masyarakat.
Kedua, maraknya ideology kapitalisme yang mengakar dan merebak dibangsa ini sehingga pola pikir pragmatis dan hedonis menjalar kesemua lini tidak mengenal tua muda kaya atau miskin. Khusunya kaum muda banyak yang terserang virus ini, waktu seakan dapat dihambur-hamburkan. Realitas publik menjadi kemenangan opini sehingga banyak hal bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seolah mereka bangga mengikuti tren yang sedang marak dan digandrungi. Sehingga waktu yang seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah malah digunakan untuk seenaknya, asal saya senang. Ruh Bangsa semakin lama terkikis oleh penetrasi kebudayaan barat dan adat, tata karma, sopan-santun layaknya hampir kurang berlaku dibangsa ini.
Ketiga, kemiskinan, kenapa? Karena umat islam yang menjadi komunitas terbesar makin miskin baik membaca, berfikir apalagi sukarela bekerja untuk kepentingan bersama. Padahal banyak hal yang mestinya dibaca baik keadaan, lingkungan baik teks maupun alam, sehingga apa yang ditanam laiknya akan di panen oleh bangsa ini yaitu kejumudan yang merebak dengan maraknya stagnasi pemikiran yang semakin akut.
Akibat dari dominasi paradigma berfikir sempit yang mengakibatkan minimya proses yang terjadi adalah ketumpulan. Dengan membaca menjadi alat yang pertama untuk mencetak analisis tapi kadang kita malas, sungkan sehingga tak terbiasa dengan semua. Terbiasa pragmatis itu akan menjadikan kita terbelenggu dengan minimnya landasan teori yang kita punya kitapun asal debat ngomong asal nyeplos.
Kondisi seperti ini akan menjadikan kita buta segalanya, bahkan kita menjadi permainan yang tanpa disadari seperti boneka dan penonton yang asal mau/maut wae.
Seharusnya kita sadar saatnya kita bangun dan bersatu untuk melawan berbagai penindasan baik di masyarakat terlebih penindasan wacana. Baik yang itu berasal dari Islam sendiri, Timur maupun dari Barat.
Saatnya bangkit bersatu padu dan idealnya kita menguatkan pondasi keislaman kita dan menjadikannya menjadi pedoman. Mengembalikan Islam sebagai spirit dalam kehidupan adalah sebuah keniscayaan”Islam is Progress”. Siapkah kita kita dianggap sebagai bangsa yang miskin?

RAMADHAN DAN LILITAN KEBIJAKAN

Ramadhan datang, ritual tahunan pun bersanding yaitu kenaikan bahan pokok yang bergejolak naik drastis. Apalagi menjelang ramadhan kita pun kadang tak heran dengan kebiasaan berulang-ulang, dari harga beras, telur, gula pasir, daging sapi/ayam dan banyak lagi harga-harga lain yang ikutan naik.
Masyarakatpun melakukan pemborongan barang-barang tersebut sehingga secara otomatis akan menjadikan melambungnya harga, sebab semakin banyak permintaan dengan ketersediaan jumlah barang terbatas maka menjadikan harga semakin naik.
Keadaan itu baik disadari atau tidak menjadikan kita harusnya lebih mempu memanajemen mana kebutuhan yang pokok dan mana kebutuhan yang sampingan, sehingga kita pun harus pandai-pandai memilah dan memilih kebutuhan.
Sayangnya keadaan ini tidak begitu diperhatikan pemerintah, toh kalupun pemerintah tahu atas kejadian yang bergulir setiap tahun ini mereka berujar” “ kita akan tetap mengupayakan penanganan masalah ini secara serius” dan kadang juga di barengi dengan adanya operasi pasar. Padahal itu mengakibatkan upaya dari orang-orang tertentu memainkan keadaan “harga” yaitu dengan menimbun atau bahkan menaikkan harga kalaupun masyarakat yang butuh tidak mau membeli dengan harga yang di permainkan bereka juga berdalih stok habis.
Sungguh menjadi dilema tersendiri sudah jatuh tertimpa tangga itu laik menjadi pepetah yang berlaku karena masyarakat kecil yang harus menjadi korban dan tertindas kebijakan, akibat dari kebanyakan para pemain yang membadrol harga, lagi lagi masyarakat grasroot hanya bisa pusing melihat cekikan harga yang melambung tinggi.
Setidaknya pemerintah mampu membaca dan bisa langsung melakukan penanganan khusus berkaitan dengan menjalankan langkah-langkah strategis skaligus taktis, bukan haorang-orang tertentu yang dapat menikmati. Gejolak harga melambung ! STOP, saatnya kita menjalankan puasa. Marhaban Ya Ramadhan

KUASA TUHAN

Tuhan itu indah
Tuhan yang menyukai keindahan
Yang merupakan manifestasi cinta
Seorang hamba pada Tuhan

Dengan bersemainya cinta dalam hidupku
Maka timbullah semangat perjuangan
Cinta merupakan realitas mutlak
Seseorang yang mengekspresikan kehidupannya
Dengan kuasamu
Kau ciptakan alam
Dunia tempatku beraktifitas
Kuasamu merupakan kemahaanmu
Kau ciptakan malam
Aku carikan lampu
Kuharapkan pencerahan untuk menerangi malamku

Dinegeriku yang asing dunia
Indonesia terjangkiti uforia
Negeri yang merana
Harapan rakyat jelata.

KERAJAAN CINTA

Renungkanlah hidup barang sejenak
Kau pasti akan melihat keindahan sedang tersenyum.
Dan gerimis hujan telah turun dari lubang cucuran
Orang beriman merenungi sembari berdiri

Menyambut orang yang memperoleh keindahan
Wahai pengagum cinta
Apakah setulus yang engkau cintai
Sejenak ingat semua cipta
Merenungi hikmah

Jika memang cintamu itu tulus
Maka semua akan menjadi mudah
Seandainya cinta bergemuruh
Diantara kita akan ada tanda
Gerak ritme bertandang

Maka wahai pecita cinta
Renungkanlah dengan mengharap
Secercah harapan bertabur ridhaNya
Takkan terelakkan
Dengan bukti hakiki

Jika pertemuan didunia terasa begitu mulia
Maka ketika bertemu denganmu adalah sebuah kebahagiaan bagi kami
Ketika datangnya dari Allah
Maka berharaplah
Kekekalannya mampu menguasai indahnya hidup
Dalam samudra keRidhaan

Dan ini semua merupakan suatu kekuatan
Yang mampu menjadi pemicu semangat
Suka citaku terobati jika perpisahan ini hanya sekali
Dan akan kembali selamanya
Untuk selama-lamanya
Lemah gempal, 9 September 007

RADIKALISASI HUMANISME PENDIDIKAN

Sungguh sangat dilematis bangsa ini semakin hari bukanya lebih cerdas! tetapi malah seolah cerdas sehingga rakyak kecil dikibuli dengan adanya kebijakan-kebijakan yang menguntungkan segelintir orang yang ingin menanamkan modal di Negara sendiri.
Kita menjadi babu dinegara kita sendiri dengan majikan orang-orang luar , sungguh ironis bangsa ini. Maka sadarlah akan ketertindasan yang membelenggu kreatifitas kita dan kekritisan kita.
Ivan Illich, kritikus pendidikan yang banyak melakukan gugatan atas konsep sekolah dan kapitalisasi pendidikan, mengatakan bahwa kita harus mengenali keterasingan manusia dari belajarnya sendiri ketika pengetahuan menjadi produk sebuah profesi jasa (guru) dan murid menjadi konsumennya. Kapitalisme pengetahuan pada sejumlah besar konsumen pengetahuan, yakni orang-orang yang membeli banyak persediaan pengetahuan dari sekolah akan mampu menikmati keistimewaan hidup, punya penghasilan tinggi, dan punya akses ke alat-alat produksi yang hebat. Pendidikan kemudian dikomersialkan. Sehingga tidak ada kepedulian seluruh elemen pendidikan untuk lebih memperhatikan nasib pendidikan bagi kaum tertindas.
Implikasi atas kapitalisasi pendidikan itu maka masyarakat kita akan susah mendapatkan akses yang lebih luas untuk memperoleh pengetahuan. Yang mampu mengakses adalah mereka yang memang mempunyai banyak uang karena pendidikan adalah barang dagangan yang mewah. Hal ini nampak dalam kondisi pendidikan bangsa kita. Akhirnya, kita semua terpaksa harus membayar mahal demi memperoleh pendidikan. Padahal, belum tentu kualitas yang dihasilkannya akan menjamin atas pembentukan kepribadian yang memiliki kesadaran atas kemanusiaan
Letak kapitalisasi pendidikan sedemikian rupa telah menjelma di negeri ini dengan meneguhkan liberalisasi pendidIkan. Sebagai bukti adanya RUU BHP yang saarat dengan komersialisasi dan ajang politisasi kebijakan.
Apakah kita hanya diam meratapi nasib? Lalu seberapa pentingkah kita apabila melakukan perubahan? Masih banyak PR yang harus kita kerjakan besok lusa
Upaya menggerakkan kesadaran ini bisa menggeser dinamika dari pendidikan kritis menuju pendidikan yang revolusioner, ingat bahwa pendidikan revolusioner adalah sistem kesadaran untuk melawan sistem borjuime yang menjadi wujud kapitalisasi pendidikan saat ini, karena tugas utama pendidikan (selama ini) adalah mereproduksi ideologi borjuis/kapitalis. Artinya, pendidikan kita sat ini telah menjadi kekuatan kaum borjuis untuk menjadi saluran kepentingannya. Maka, revolusi yang nanti berkuasa akan membalikkan tugas pendidikan pada awalnya telah dikuasai oleh kaum borjuis kini menjadi jalan untuk menciptakan ideologi baru dengan terlebih dahulu membentuk “masyarakat baru”. Masyarakat baru adalah tatanan struktur sosial yang tak berkelas dengan memberikan ruang kebebasan penuh atas masyarakat keseluruhan. Pendidikan pembebasan akan dicapai dengan menumbangkan realitas penindasan, yaitu dengan mengisi konsep pedagogis yang memberikan kekuatan pembebasan terbarukan.
Saatnyalah kita memulai dengan sadar akan penindasan mondial yang merenggut kesadaran kritis kita.(86) Semarang,090907.

Antara Ramadhan dan Pribadi dan Kesalihan

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh Umat Islam dan dipercaya sebagai bulan yagn penuh hikmah oleh para pemeluknya. Bulan dimana para pemeluknya melakukan puasa seperti yang diperintahkan oleh Allah dalam alQur’an surat al Baqarah(2) ayat 183, isinya memerintahkan kaum muslim yang beriman supaya menjalankan puasa bahkan diwajibkan dalam perintahnya dengan tujuan supaya mereka bertaqwa.
Dalam berpuasa banyak hal terkandung didalamnya, merupakan bentuk ritual yang dijalankan sehingga menjadikan kita merasa lebih dekat dengan Allah. Dimana kita tidak hanya menahan rasa lapar dan dahaga tetapi juga menahan hawa nafsu dan segala hal yang mengurangi bahkan menjadikan batal puasa itu sendiri. Argument ini menunjukkan bahwa puasa bukan secara fisik tetapi juga secara batiniah (Rohani).
Menahan rasa lapar dan dahaga seharian penuh (puasa) dapat menjadikan sebuah bentuk upaya menuju kepada rasa ketaaatan kepada Allah. Selain itu juga memberi makna lain bagi yang menjalankan puasa diantaranya menahan segala bentuk tingkah laku dan ekspresi seperti marah jengkel, iri dan dengki. Rasa simpati dengan sendirinya dapat muncul dan dirasakan oleh pelakunya, sehingga akan lebih respon terhadap kondisi yang sedang melanda umat. Hal inidapat dilihat dalam realitas sosial warga masyarakat dinegara ini seperti dalam kehidupan sehari-hari banyak menderita, baik secara jasmani maupun rohani dalam konteks kesejahteraan hidup. Sehingga puasa sendiri merupakan bentuk ibadah ritual yang dapat membentuk pribadi “melek” terhadap keadaan bangsa ini.
Sia-sialah mereka yang melakukan puasa dan ibadah ritual lain seperti yang ada dalam rukun islam. Baik salat, zakat dan ibadah haji apabila dilakukan sebatas ritual fisik tapi mengabaikan apa yang terjadi disekitarnya.
Sangat ironis sekali tatkala ibadah yang dijalankan selama ini hanya dilanggengkan sebagai ritualitas atau seremoni tanpa arti yang dilakukan setiap saat. Apa gunanya semua itu tatkala melihat kekerasan, kezaliman dan penindasan dimana-mana hanya diam dan melihat saja tidak mau bertindak. Ritualitas yang menunjukkan layaknya taat secara vertikal (antara hamba dan sang khalik) tetapi tidak respek terhadap dilema kemanusiaan yang meraja lela, sama saja kita membiarkan dan mentolerir kejahatan seketika itu. Dari kenyataan sosial seperti bertingkah laku membabi-buta menginjak norma-norma secara otomatis membumi-hanguskan harkat martabat kemanusiaan itu sendiri.
Puasa merupakan ibadah yang sangat signifikan dalam menggembleng dan membentuk pribadi individu yang saleh. Tapi itu hanya imajiner belaka manakala melihat realitas yang bobrok tapi hanya diam saja, itu justru mengeliminer ruh dan subtansi dari ritualitas ibadah dan puasa sendiri.
Lalu apa bedanya orang yang melakukan ibadah dengan orang yang tidak melakukannya, diam ketika melihat kesemena-menaan senyum tatkala orang lain menderita, tertawa disaat orang lain menangis diam pura-pura tidak tahu dikala melihat umat ini tertimpa musibah.
Kita dapat melihat realitas social masyarakat dari bangsa ini bahwa dalam menajalankan puasa, tarawih dan ibadah-badah lain dan banyak orang berlomba-lomba beribadah, ada yang berzikir, ada yang berceramah bertutur kata manis dan ritualitas yang menunjukkan ketaatannya secara fisik.
Tapi itu hanya sebatas ibadah da’wah bil maqal (lisan) yang menjamur di masyarakat tanpa diimbangi dengan da’wah bil hal (behavior/tingkahlaku) itu terbukti dari aktifitas keseharian. Dari bermacam-macam dilema ritual diatas mungkin terasa hampa dan sia-sia ibadah itu tanpa diimbangi oleh rasa empati dan tindakan yang nyata.
Dengan kata lain kepedulian terhadap sesama, sehingga puasa dan ritual ibadah yang kita lakukan bukan sekedar hubungan vertical (antara hamba dan Tuhannya). Tetapi juga diimbangi dengan hubungan secara horizontal (antara manusia dengan manusia yang lain).
Sehingga dapat tercipta komunitas masyarakat yang humanis dan harmonis. Rasa solidaritas dan kasih sayang terhadap sesama makhlukNya bila sudah mengakar dan mendarah daging pada pribadi individu ketika menjalankan ibadah pun akan terasa khusyu’. Itu menunjukkan bahwa etika moral dan akhlak harus bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun terlihat sederhana puasa itu tetapi, kalau dibarengi dengan keikhlasan dan rasa tanggung jawab dalam menjalankannya akan berdampak pada pribadi yang peduli akan nasib orang lain sehingga kepedulian social dapat menghiasi ritualitas secara holistic.
Sehingga puasa dapat berimplikasi pada diri yang taat dan peduli terhadap problema keummatan sehingga puasa akan terasa lebih afdhol (mendapat nilai plus) dan esensinya pun tercapai.10.05/prev

Minggu, 09 September 2007

TEBANG PILIH

Melihat fenomena tebang pilih koruptor yang terjadi seakan menjadi kegelisahan tersendiri bagi negara ini, memang tanpa disadari itu merupakan lubang besar yang harus segera ditambal supaya tidak menjalar ke sektor lain. Menjamurnya koruptor yang terjadi di Indonesia selama ini bak penyakit yang sangat akut bahkan sulit di obati atau disembuhkan.

Lembaga yang merupakan penegak hukum dan dipercaya masyarakat selama ini dalam menjalankan tugasnya sebagai algojo pilihan, tetapi malah menjadi polemik tersendiri bagi kedilan yang notabene sebagai lembaga yudikatif (pelaksana UU) malah melakukan penyimpangan sendiri entah itu disadari atau pura-pura tidak disadari dan telah berlangsung sampai sekarang.

Penyimpangan ketidaksengajaan ini mungkin terjadi disebabkan beberapa faktor di antaranya kurangnya pengawasan atau ketidakberanian para penegak hukum dalam menegakkan hukum. Di mungkinkan juga terdapat oknum(mafia peradilan) yang ikut andil di dalamnya dalam melakukan proses peradilan tersebut, sehingga penyimpangan hukum tidak dapat dihindari.

Bagaimanapun itu merupakan fenomena yang dilematis dan perlu adanya pengusutan masalah yang jelas demi kebaikan negeri, mungkin kita perlu sedikit menilik dari lirik lagunya Iwan Fals “ Tegakkan hukum setegak-tegaknya adil dan tegas tak pandang bulu, pasti kuangkat engkau menjadi manusia setengah dewa” yang merupakan hiburan sekaligus sindiran atas persepsi masyarakat bagi lembaga hukum negeri ini ketika dalam dataran praksisnya masih sebatas panggung sandiwara.

Berlaku adil mungkin cukup sulit tapi setidak-tidaknya itu suatu kewajiban dan tugas berharga yang harus segera dilaksanakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, pemerintah harus berlaku adil, tanpa pandang bulu apa itu Lembaga Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif.

Kedua pemerintah harus berlaku tegas bukan karena kelatahan “berantas korupsi sampai keakar-akarnya” tapi perlu keseriusan juga kejelasan dalam mengimplementasikannya dan disertai dengan prilaku nyata yaitu penegakan hukum kepada para koruptor dan pelaku mafia peradilan untuk memperbaiki kebobrokan bangsa yang nantinya jadi cerminan bagi penerus bangsa mendatang.

Ketiga, pemerintah perlu dengan segera melakukan itu semua dan dengan sikap atau tindakan tersebut merupakan poin tersendiri yang akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat selama ini telah menyurut, ternyata mencegah lebih baik daripada mengobati itupun layaknya masih berlaku juga bagi peradilan negara ini.

Ironi negara dalam dialektika idelisme menjadi pendewa uang, sungguh nistanya sebuah harapan menuju keadilan. jadikanlah anda sebagai pelawan yang pertama dan utama dalam memporak porandakan kerusakan sistem birokrasi yang nyata. siapkah?



Sabtu, 08 September 2007

Diam

Aku hanya ingin diam disini
Menanti fajar meyingsing di ufuk
Menatap detik-detik berlalu
Sirna di telan waktu

Di alam yang gelap gulita
Kusongsong butiran terang yang datang
Dengan gemerlap penuh harap
Membawa damai tak terkira

Kutatap jauh ke depan
Hamparan padi menguning
Bulir-bulir tergerai merunduk ke tanah
Diterpa angin sepoi

Disini aku duduk
Di bukit berumput hijau
Menjadi saksi bisu
Keindahan alam tak terlukiskan

Disini aku diam
Dalam pagi yang senyap
Embun pagi menemani
Sejahtera membasahi hati

Perlawanan

Kawan
Ingat ........
Masa depan bukan untuk dinanti
Tapi untuk dihadapi
Dengan dedikasi tinggi
Disiplin, desire

Beranikan diri untuk menjadi
Menjadi lebih
Menjadi wah
Menjadi segalanya

Tapi bukan berarti semena-mena
Dengan perang melawan nafsu
Menghadapi kerasnya hidup
Merubah tipologi
Kepastian

Jangan fokuskan diri kepada kelemahan.
Tapi pandanglah jauh ke depan.
Karena di balik setiap kelemahan,
Tersimpan suatu kekuatan tersembunyi,

Rahasia yang hanya akan terkuak
Bagi mereka yang mau berhenti
Mengasihani diri sendiri,
Dan belajar untuk melepaskan diri
Dari masa lampau
Serta berusaha kembali

Ingat perubahan itu yang pasti
Untuk maju menuju yang hakiki
Revolusi melawan tirani
Gerakan menuju kebenaran
Hadapi dengan perlawanan

Kawan...........
Kemana peran kalian

revolusi

Sudah Saatnya Mengangkat Harkat Petani

Indonesia adalah negara agraris,negara yang tanahnya subur, karena itu seperti istilah Bung Karno "lautan emas" wajar, menjadi julukan bagi Bangsa Indonesia. Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dan berkembang di tanah air. Kekayaan alam ini hampir tak tertandingi negara manapun di dunia. Karena itu, tak heran begitu banyak (mayoritas) warga negara yang kemudian menggantungkan hidupnya kepada kesuburan alam tersebut. Mereka disebut sebagai petani, baik yang tradisionil maupun yang modern.
Suburnya tanah Indonesia didukung pula dengan luasnya lahan untuk pertanian. Sehingga dengan demikian, lengkaplah sudah kegembiraan kita sebagai bangsa. Akan tetapi, timbul pertanyaan bagaimanakah nasib masyarakat Indonesia, khususnya para petani dari dulu hingga sekarang ini? Sudahkah mereka mengalami taraf hidup yang relatif baik, selayaknya kekayaan tanah dari negara yang mereka diami sekarang ini?
Pertanyaan tersebut amat penting untuk kita refleksikan. Karena hampir tak ada yang membantah bahwa nasib atau keadaan petani pada umumnya dan kaum pinggiran lainnya, cenderung terpuruk. Salah satu penyebabnya adalah posisi petani yang lemah ketika diperhadapkan dengan berbagai dimensi kehidupan lainnya. Petani sebagai bahagian dari masyarakat, selama ini cenderung dimarginalkan. Artinya, nasib petani hampir mirip dengan nelayan, buruh, dan kaum miskin kota lainnya, yang selalu menjadi korban pertama dari setiap ada kebijakan pemerintah, seperti kenaikan harga BBM yang memicu kenaikan harga Sembako. Kemudian nasib petani semakin terpuruk lagi, karena ulah para cukong dan tengkulak yang dengan kekuatannya mampu mengontrol harga-harga. Disinilah pemerintah kurang memainkan perannya.
Adanya kebijakan pemerintah yang belakangan dinilai oleh banyak kalangan sebagai kebijakan yang kurang populer, ternyata sangat memberatkan bagi petani. Tingginya biaya hidup, sementara produksi cenderung menurun, membuat lilitan lingkaran setan kemiskinan menjadi amat menyakitkan bagi mereka. Anak-anak mereka pun banyak yang akhirnya putus sekolah.
Bagaimanapun, petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian harus ditolong untuk bisa keluar dari penderitaan tersebut. Produksi hasil pertanian mereka harus dipacu. Harga-harga harus distabilkan. Mata rantai penderitaan harus diputus. Disinilah peran pemerintah, mulai dari pemerintah daerah hingga pusat, diharapkan agar lebih maksimal.
Salah satu penyebab lingkaran setan tersebut adalah soal mahalnya harga pupuk. Pada hal, seperti kita ketahui bahwa pupuk adalah komponen penting dalam meningkatkan hasil produksi pertanian. Jika harga pupuk mahal, maka hampir dapat dipastikan petani akan kesulitan dalam mendapatkannya, dan pada akhirnya akan menyebabkan produksi menjadi menurun.
Mahalnya harga pupuk, banyak bibit asli yang beredar di masyarakat, menurut para petani, telah membuat mereka kesulitan untuk meningkatkan hasil produksinya. Karena itu, mereka sangat berharap adanya perhatian serius dari pemerintah. Salah satunya adalah dengan menghentikan impor beras. Pemerintah harus melindungi petani yang terus dalam kondisi terpuruk dengan menghentikan impor beras. Karena disamping stok beras yang masih mencukupi, hal ini juga berarti terbuka kesempatan yang luas bagi para petani untuk memasarkan hasil produksinya.
Persoalan selama ini yang dihadapi para petani adalah menyangkut rendahnya harga jual hasil pertanian mereka. Ini seolah menambah mata rantai penderitaan para petani. Jika harga bahan atau keperluan petani mahal, maka seyogianya harga jual produksi pertanian juga harus tinggi. Dengan demikian ada keseimbangan. Petani akan dapat bernafas lega. Jika tidak maka penderitaanlah yang menghantui mereka. Berkaitan dengan itulah, kini saatnya pemerintah untuk semakin memperhatikan nasib petani.
petani merupakan sosok pekerja keras yang kerapkali di lupakan dan perlu diingat bahwa hak-hak mereka perlu diperjuangkan.... hidup rakyat kecil...lawan penindasan..lawan....lawan dan lawan