SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Kamis, 25 Oktober 2007

ngarepi

kemuskilan
keterperdayaan
akan sebuah esensi
kesemuanya tak pasti
keraguan kebimbangan

arti yang sesungguhnya
kehidupanku
kesegalanya
kelana batin ombak merantau
kesempurnaan irfan
setinggi keberhasilan

ketetapan engkau
kutat bentang wakktu
mencandra keraguan
dengan kepastian

Perhelatan

Umat
Mencuatnya logika pasar
Menimbulkan persepsi persepsi
Dibelenggu paradigma
Menambah berjibun konflik
Apalah daya manusia

Kiprah manusia
Mencari celah tradisi simbol
Untuk mengetahui segala perilaku
Dalam menembus sayup fenomena
Untuk peran kesadaran

Mampukah kita bersinergi
Melawan bentuk pengekangan
Doktrin mentalitas fenomena
Terperdayakah wahai engkau anak adam

Kini engkau mengerti
Deretan perintah yang pasti
Atas seruan firmannya
Berijtihadlah, beramallah
Dengan riangmu

Karena kita diberi akal untuk memahami
Diberi hati untuk bersandar
Dilengkapi hidup dengan berkah
Laiknya kita bersadar

Berjalanlah sesuai nuranimu
Seolah tercipta perlawanan
Menghadapi doktrin kebekuan
Seperti gaung yang menggema
Tapi tanpa pernah terdengar
Karena riuhnya ummat disibukkan
Dengan problema ritual

Terhadap jeruji konflik
Mampukah kita menembus
Terhadap kejinya kesadaran hidup

Marilah bersama
Berteriak keras
Untuk meluapkan perlawanan
Terhadap proletarisasi sistem
Dengan bersikap dan bertindak
Ditengah maraknya moralitas semu
00122 _private_dew

Cendekiawan Organik

Ia adalah
Dari suara rakyat
Terhadap tirani
Atas otoritas sistem kolonial

Kemapanan sistem borjuis
Menjadikan kaum masyarakat termarjinalkan
Bukan karena nasib dan takdir
Tetapi karena jeratan kebijakan
Menjadikannya terjerembab

Sayup dalam keheningan
Ditengah maraknya moralitas hampa
Dengan himpitan krisis
Perjuangan menjadi sebuah tawaran

Apakah kau tahu
Dimanakah kita akan berpijak
Ketika masyarakat dihimpit
Oleh krisis sosial
Sehingga derita menghiasi
Wajah bangsa yang kompromistis

Apakah hanya diam
Berdiri melihat penindasan
Itupun tak cukup untuk membasuh
Lara derita masyarakat terhina

Empatikah
Anggapan itu selalu membayangi
Sudah saatnya sebagai anak bangsa
Membawa misi
Menggenggam pengharapan
Berpijak idealisme
Menuju kebebasan melawan kemapanan rezim

Wahai pemuda
Wahai mahasiswa
Wahai pejuang
Wahai harapan cita
Sanggupkah engkau
Menjunjung dan membawa
Kemerdekaan untuk mereka

Diseberang sana menanti
Memecah persoalan
Menjawab persoalan
Menjadi solusi
Harapan revolusi
0100207

Beranda

Sekali merasa akan tanda
Sehelai sense membentuk
Terkesima oleh sesuatu
Garis seolah lurus
Begitu sosok yang pantas

Tertegun akan pesona
Sekejap terbang melintasi
Bagai awan yang melambai
Menuju lamunan berasa

Tak harus dimengerti akan waktu
Mendapat bukti yang bertanda
Bisik tertalun membujuk aura
Terikat ketika mengerti janji
Sehingga alasan jadi pedoman
Yang seolah penguasa singgasana

Baiklah mungkin itu
Sebagai kendara menuju ridho
Kalaupun harus menunggu
Menggapai cahayamu
Wujud mahabbah sejati
23 malam 1428.

Unsur Kedirian

Unsur kebesaran
Putara baling kehidupan
Menjadi bagian terpenting
Menderu alunan keterkaitan
Seraya menyatu memberi
Kepercayaan atas segalanya

Ada yang didepan
Ada yang dibelakang
Kadang diatasnya
Demikian sebaliknya
Itulah teka-teki nyata
Yang slalu menyelubungi

Berjibun desain jadi tatanan
Menjulang tinggi tak terarah
Demi sebuah angan yang siglikal
Mungkin seakan niscaya

Tetaplah melangkah wahai sang kelana
Bukan karena coba atau bisa
Engkau bisa segala
Namun dengan beragam itu
Saatnya kita sadar

Mampukah engkau bercerita
Seakan tiada paksa
Untuk mencapai putaran berikutnya
Disinilah akan muncul
Pelana muda yang berkata
Bisakan kita melawan derasnya laju kosmos
Berdaya menjadikan mampu
Bersahaja dalam kesadaran

Dengan berbekal dalam kedirian
Tancapkan dan benamkan
Niscaya akan mampu
Dengan kemurahan hati
Dan kesabaran

Akan mampu menjadi
Sebagian dari kesederhanaan
Yang menggendong martabat nyata,
Baitul mu’minin, 191007- 14.20

Hridaya Cinta

Hakikat cinta
Demi sebuah ketulusan
Pengorbananpun laksana
Tanpa beban hanya untuk kebahagiaan

Tanpa mengharap
Untuk dibalas karena memang
Ketidaksanggupan dan keterbatasan
Kebaikan hati yang ikhlas
Melahirkan maha karya

Sebuah rahasia
Ketersediaan cinta
Menjadi sosok tak terbendung
Tidak pernah dirasa

Kecantikan sejati tidak tampak
Yang sejati tidak terletak
Pada penampilan fisik
Namun hanya didalam hati

Laksana
Harta karun yang hakiki
Tidaklah terletak pada
Apa yang bisa dilihat
Namun pada apa yang hakitat
Tidak dapat terlihat dengan kasat

Cinta sejati
Yang sejati tidak terletak
Apa yang telah dikerjakan dan diketahui
Namun pada apa yang telah dikerjakan

Bahkan dengan pengorbanan
Namun tidak diketahui, memang
Itulah makrifat cinta
Kedirian unik
Kerelaan entitas
Takkan pudar selamanya
Sebagai senyawa kehidupan
Illahi
00_12 wayah surup

Ketulusanmu Untukku

Engkau memberi
Seiring kerelaan
Atas pengorbanan
Peluh lara seolah
Engkau tak rasakan

Malam tak terasa
Pagi berupa pengharapan
Tuk menanti sang putra
Walau kau selalu memberi tanpa harapan
Untuk membimbingku

Mengarungi masa depan
Wahai sosok
Pencetak
Teriring pengukir kepribadian
Senantiasa tekad menjiwai
Kebijakan sejati

Tatkala dingin sebagai pelindungku
Tatkala menangis seolah engkau tahu
Menjelajah jiwa dalam relung
Menjawab arti kesejatianku

Maafkanku atas segala
Keikhlasanmu tanpa
Kebaktianku harapanmu
Menjadi jaminanmu kelak

Kan kubahagiakan
Wahai pelindungku diwaktu
Seraya menuju
Sebagai pribadi

Berusaha berkarya
Menggapai cita asa
Mencapai kebahagiaan
Dengan pengharapan

Pemaafan kesalahan
Yang telah kulakukan
Leburlah segalanya
Ingin kumulai
Kebaktianku untukmu

Ibuku
Engkaulah …..
Tanpa sanggup aku…
Mengungkapkan pengorbananmu,
Kesabaranmu, ketulusanmu, peluh, air mata
Maslahatmu untukku menuju ummatnya
Kusambut dengan masa depan yang pasti
Syawal malam 1428. 22..11.

lawatan jibaku

Hempas iba
Seruan fajar menyingsing
Paras cerah mengintai
Menerobos tebalnya kabut awan
Memberi semangat harapan

Wahai engkau sang pelana kehidupan
Dengan seruan panggilan
Yang berdenyut menanda
Berlangkah seruah pasti menyertai
Mengungkap bisunya pagi

Wahai sang penggilas kejumudan
Telah kau lawan
Telah kau singkap
Dengan sekuat isyarat
Akan lantunan suara alam

Mengintari lorong seruan sunyi
Maka kawan
Dengan sederet jibaku
Engkau lawan kebodohan
Beranikan melangkah menuju
Keesaan raga

Luangkanlah kawan
Mencipta
Menjawab
Menyambut
Tegaknya silsilah kehidupan
29 1428 H

Menuju Kesempurnaan Fitri

Manusia sebagai makhluk
Hamba yang butuh dengannya
Jauh dari kesempurnaan

Kadang diri mencoba
Mengelak akan fitrah
Congak menimpa besarnya ego
Kebiasaan yang angkuh

Layaknya kita sejenak menghayati diri
Apa-apa yang telah kitarasakan
Melakukan dengan seharian
Kadang kita lupa
Butuh segalanya
Tapi mematikan kekuatannya

Kita merasa segala
Ogah menengok, malas bersandar
Lupa esensi, sudi kiranya
Kita sebagai diri yang hakiki

Seharusnya saatnyalah sadar diri
Saatnya kita merenung, merunduk sejenak
Merefleksi sediri dihaari nan suci
Fitri, fitrah yang istimewa
Kita sambut dengan semangat
Melawan egoisme spiritual
Menuju kesalihan sosial
Yang baru dan membara

Bukan lebaran untuk lebaran
Tetapi lebaran unttuk berbagi
Untuk memahami dan menghayati diri
Marilah kita sambut datangnya fajar

Saatnya tiba mengharap
Sambutlah hari kemenangan penuh syarat pengampunan
Dengan membuka pintu maaf
Dalam qalbu yang suci
Menuju yang salih
Secara kedirian, pribadi dan sosial
Untuk mencapai pengharapan ridhanya.
01 syawal 1428 H

Dari Ramadhan ke Hakikat Fitri

Ramadhan telah usai kita laksanakan sebulan penuh dengan sarat akan sisipan nilai keteladanan, namun tidak semua dapat mengetahuinya. Hanya tertentu saja yang mampu mengarungi amanah risalah ruhaniah tersebut.
Layakya seorang muslim secara dhohir mereka melebur diri dengan hingar-bingar layaknya perayaan dan bertaburan melimpah ruah yang dilakukan pada bulan suci, biasanya masjid, mushala tau surau sepi, ramadhanpun luar biasa berubah drastis seolah berlomba-lomba melakukan ibadah amalan dibulan ini.
Kini kita telah kedatangan tamu agung yaitu idul fitri yang merupakan puncak setelah melalakukan ibadah puasa untuk menyambut kemenangan hakiki bukan hanya isyarat ritual ansich melainkan apa yang terkandung dalam hari kemenangan itu sendiri. Tentu semua tahu bahwa hari raya idul fitri merupakan momen yang luar biasa, syarat dengan pesan, namun kadang dibalik itu penuh dengan sisipan nilai diantaranyaa simbolisme ibadah ritual yang hanya dimaknai sebagai esensi yang fitri pada fitrah diri tanpa melihat komunal masyarakat yang dimiskinkan oleh sistem. Malah sebaliknya orang memaknai lebaran untuk berlebaran dengan banyaknya orang dihari-hari terakhir ramadhan menuju pasar menjadi berjejal banyak orang berlomba-lomba untuk menyambutnya dengan sesuatu yang baru, baik itu baju atau makan-makanan yang enak dan seolah lepas dari pesan ramadhan yang penuh sarat dan isyarat.
Selayaknya kita mampu mengambil pesan singkat dari ramadhan menuju idul fitri, yang semula asal jalan kini setidaknya lebih mengerti kenapa melakukan semua itu. Kadang semua hanya jadi tren performance dari idul fitri tetapi tidak menyentuh daya kesalihan diri.
Apakah kita telah lupa pada lingkungan sosial masyarakat ini yang notabenenya sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya muslim, tetapi kita seolah lupa nasib apa yang telah menimpa saudara-saudara kita dijalanan, kolong jembatan, fakir miskin, anak yatim dan banyak yang sebenarnya butuh uluran tangan kita.
Inilah bentuk realitas moralitas masyarakat kita yang cenderung dilematis sehingga banyak yang saleh secara individu tetapi tidak dibarengi dengna kesalehan sosial. Sehingga selama ramadhan kita seraya cenderung mendidik diri menjadi esensi egoisme spiritual tanpa melihat holistical spiritual.
Makanya dari itu perlulah kita mengerti dan memahami pola kehidupan perilaku masyarakat bangsa ini yang unik dibanding dengan bangsa-bangsa lain. Indonesia yang katanya demokratis, pluralis sosialis dan transenden tetapi itu dipahami secara sempit sepihak.
Marilah kita jadikan idul fitri ini menjadi ajang penyucian diri kembali pada fitrah kita yang suci bukan dari performance saja tetapi ditekankan pada upaya penyadaran kita sebagai khalifah dan abduh yang senantiasa mampu menjadi perayaan bersama.
Implementasi idul fitri dalam masyarakat harus imbang bahkan mampu meningkatkan iman, takwa sekaligus setelah pemaafan itu dimulai dan menjadi hiasi nilai yang kita lakukan sehari-hari. Idul fitri bukan sekedar ritual agama, budaya tetapi lebih dari itu yang mana mampu menjadi proses keterkaitan kita dengan tali silaturahmi bersama menuju keseimbangan diri kita.
Yang tadinya minim praktek dalam keseharian ibadahnya dalam keseharian maka setelah ini mampu meningkat bertahap atau bahkan drastis dengan semangat dan penghayatan kita yang lebih. Hari raya idul fitri kita setidaknya mampu menjadi momen baru pula untuk memulai bersosialisasi dan merekonstruksi tata nilai yang masih belum teratur, sarat dengan pemberdayaan dan pembangunan umat yang insyaallah diridhai olehNya. (01 Syawal 1428H)

Saturasi

Malam sunyi
Ratapan batin tak menentu
Gerangan apa ini
Gelisah suntuk menghiasi
Kesadaran pikiran

Suntuk mendayu mengarungi
Skeptis akan hidup
Akibat kompresi qalbu
Biarkan itu semua
Saatku penat

Khayalku risau akan hidup ini
Batasan waktu mengingatkanku
Dalam kejenuhan
Pendosa sebutan itu
Teriringkan selalu

Ratapan basahi hidup
Sikapi hidup tak beralasan
Pertandakan sukar
Itulah penatan hidup
Ketidaksesuaian batin yang berlebihan