SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Sabtu, 20 September 2008

Fenomena Pembeda


Demikian besar hegemoni diktrinasi terhadap pendidikan kita, termasuk bagaimana sistem pendidikan kita bergejolak dalam menghadapi realitas faktual berkaitan dengan masadepan stigma masyarakat.
memperingati hari besarpun beragam cara termasuk bagaimana ciri khas keragaman entik, suku, ras dan budaya tidak lagi sebgai dasar yang berkarakter. akankah ini terserabut dari akarnya? patinya tidak, karena banyak yang mengesampingkan perbedaan dan itu bahkan sebagai alat untuk mengadu domba masyarakat kita.
marilah bersama kita meliaht semua itu dengan berbagai macam metodologi sesuai dengan tata dan latar beragamnya persepsi, dan yang terpenting adalah pengakuan atas perbedaan sebgai rahmat tetap terpatri dalam setiap insan manusia di bumi pertiwi ini.
revolusi adalah tawaran yang tak bisa dipisahkan untuk mencapai tata peradaban budaya baru.

Selasa, 16 September 2008

Menakar Esensi Kemerdekaan


Kemerdekaan bangsa yang genap usia ke-63 layak kita renungkan, banyak hal yang belum usai dari tubuh negeri ini. cita-cita besar para pelopor dan penggagas kemerdekaan belum sepenuhnya tercapai. perayaan masih dimaknai secara seremonial baik itu dari struktur birokrasi dan peringatan dengan mengadakan upacara untuk mendoktrin anak didik dinegeri ini.
Penghargaan harusnya lebih dari itu pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia dan mencetak para manusia yang peka terhadap kondisi kontekstual-sosial. namun semua masih menjadi deretan panjang mengenai masalah yang berdelik dan berkelindan di benak kita semua, besar harapan dari saya melihat banyaknya uforia kemerdekaan yang dimaknai sebagai hajatan dan tirakatan, hanya untuk menggapai cita luhur dari para intelektual yang memperjuangkan kemerdekaan.
Seharusnya penghargaan dan perjuangan dalam pendidikan bukan sekedar mengembangkan intelektual kognitif semata tapi juga aspek kesalihan di masyarakat. ini ternyata hanya sebatas kebijakan realitasnya pendidikan mengedepankan ijasah (sertifikat-oriented) masih dominan dinegeri merah putih ini.
Intelektualisme berlebihan menjadikan momok bagi anak dinegeri ini sehingga mendewakan gelar lebih sepadan bila disematkan. kebiasaan ini dan paradigma ini harus dipangkas habis bila kita sebagai bagian dari masyarakat masih peduli dengan kebaikan bangsa di masa mendatang. kebijakan bertubi-tubi digelontorkan tanpa pernah melihat langsung bagai mana selanjutnya akibat dari kerewelan orientasi tanpa aplikasi.
Sadarlah bangsa, anak negeri yang peduli akan nasib anak cucu kita kelak...
ubahlah paradigma berfikir kita demi investasi generasi selajutnya...
08082008-1609