SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Kamis, 30 April 2009

pernyataan sikap hari buruh (May Day) 1 Mei 2009 KAPITALISME TELAH GAGAL SEJAHTERAKAN RAKYAT

Semenjak Orde Baru Berkuasa, Indonesia kembali mundur ke tahun-tahun pra kemerdekaan, dimana seluruh kekayaan alam dan sumber daya manusianya dieksploitasi, dijarah demi kepentingan akumulasi Modal, terutama Modal Internasional. Dengan memanfaatkan watak pengecut dari seluruh kekuatan Politik Elit Indonesia, Modal Internasional berhasil memasukan agenda-agenda jahat mereka, yang semenjak jaman kolonial tidak berubah secara prinsip, hanya metodenya saja yang berubah. Agenda jahat mereka adalah mengusai kekayaan alam kita dan industri vital yang mengutungkan bagi mereka, antara lain pertambangan, kehutanan, kelautan, perbankan, telekomunikasi, transportasi dan lain sebagainya, baik dengan cara menanam modal langsung, bekerja sama dengan modal lokal maupun dengan cara membeli perusahaan-perusahaan negara yang diobral semaunya oleh kekuatan Politik Elit Indonesia. Karena tujuannya adalah menambah keuntungan mereka, maka mereka tidak perduli terhadap kepentingan pembangunan Industri Nasional yang bisa meningkatkan kesejahteraan Kaum Buruh dan Rakyat Miskin Indonesia. Mereka tidak perduli Industri Nasional kita akan kekurangan energi dan kemudian bangkrut, karena minyak dan gas dibawa semuanya ke luar. Mereka juga tidak perduli apakah Kaum Buruh dan Rakyat Miskin tidak bisa berobat karena seluruh Industri Farmasi sudah diabdikan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, sama juga tidak perdulinya mereka ketika hutan-hutan telah mereka babat habis, hanya untuk mengejar keuntungan.

Agenda jahat mereka adalah mendapatkan tenaga kerja yang murah dan mudah di atur, sebab untuk mengerakan mesin-mesin produksi dan roda-roda distrubusi, secanggih apapun teknologinya, mereka tetap buruh operator yakni kaum buruh. Sehingga untuk memastikan agar keuntungannya tidak berkurang, mereka membutuhkan buruh yang bisa dibayar murah, semurah-murah, bahkan jika bisa tanpa dibayar sepeserpun (bukankah konsep magang, adalah konsep kerja tanpa dibayar). Itulah yang terjadi saat ini, seluruh Kekuatan Politik Elit Indonesia, dengan keras mempertahankan politik upah murah.

Dan politik upah murah, ternyata belum cukup, upah murah itu masih mahal bagi mereka. Oleh karena itu, mereka membuat model baru, yang mereka sebut sebagai pasar tenaga kerja yang lentur, yang kita kenal dengan istilah buruh kontrak dan outsourcing, dimana semua hak-hak kesejahteraan yang paling minimal dari Kaum Buruh Indonesia di rampas, dijadikan tambahan keuntungan bagi mereka.

Agenda jahat mereka adalah seluas-luasnya menjadikan Indonesia sebagai pasar bagi barang dan jasa produk mereka, sehingga seluruh aturan yang menghambat penjualan barang dan jasa mereka harus dihapuskan. Itulah sebabnya, sekarang ini kita dengan mudah melihat banyak sekali barang-barang buatan Internasional disekitar kita-sekalipun kita sendiri bisa membuatnya-Kita juga melihat Mall-Mall menggusur pasar-pasar tradisional, maupun Supermaket jaringan Internasional masuk sampai ke kampung-kampung, yang mematikan kios-kios milik kita, milik Rakyat.

Pertanian di Indonesia juga sebagai sasaran penindasan modal. Kaum tani di desa bisa dikatakan tidak mempunyai tanah, Karena 60% petani di Indonesia hanya memiliki tanah tidak lebih dari 0.2 hektar, akibat dari dikuasasinya lahan pertanian oleh PT-PT perkebunan.

Sektor pendidikan tidak terlepas juga dari target operasi modal sebagai sebuah sektor yang harus didesign atau diarahkan menjadi lembaga yang melahirkan generasi-generasi penghamba, penurut atau sebutan kerennya menjadi sekrup pasar untuk kepentingan para borjuasi-memposisikan pendidikan sebagai sektor yang memberikan keuntungan dengan design komersialisasi dan seolah-olah untuk kepentingan rakyat. Biaya pendidikan semakin bertambah mahal, akibatnya anak-anak buruh, tani, tidak bisa mengeyam pendidikan karena system pendidikan nasional yang tidak ilmiah dan tidak demokratis dan tidak berperspektif kerakyatan, sehingga lulusannya pun tidak berkualistas dan tidak berkarakter kerkayatan. Dan anak-anak jalanan pun ditelantarkan dirampas hak-hak pendidikannya. Berbagai regulasi sudah tersaji dalam bentuk uu dan peraturan maupun dalam bentuk rancangan dan siap liberalisasi dan privatisasi sektor pendidikan indonesia.

Itulah yang disebut sebagai KAPITALISME (Penjajahan Modal dengan cara baru), dengan program penjajahannya seperti : Privatisasi, Pencabutan Subsidi, Liberalisasi Perdagangan dan penciptaan iklim yang kondusif bagi modal (upah murah, sistem kontrak dan outsourcing serta kriminalisasi kasus perburuhan, system peradilan peradilan yang berpihak terhadap buruh,dll) Akibatnya, Kaum Buruh, dan Rakyat Miskin Indonesia makin sengsara, makin sengsara dan makin sengsara.



Saat ini kapitalisme sedang mengalami krisis secara global. krisis adalah suatu lingkaran setan dalam sistem kapitalisme di mana dalam setiap dinamika kapitalisme akan terus mengalami krisis sebagai akibat dari pertentangan di dalam internal mereka sendiri dan pastinya mereka akan terus menerus mencari strategi penyelematan untuk menjaga keberlangsungan hidup dari hakikatnya yang sekarat dan menindas. Berawal dari kejatuhan Wall Streat dijantung kapitalisme-Amerika Serikat ternyata melahirkan krisis yang berkepanjangan sampai sekarang di Negara-negara kapitalisme di luar Amerika dan menyerang juga Negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.

Dalam satu hirarki tatanan ekonomi dunia Indonesia diposisikan sebagai Negara dunia ketiga yang mana tentunya mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi negara2 dunia pertama atau Negara industry utama. Ketertundukan rezim imperialis di Indonesia pada kepentingan dan kekuasaan kaum modal mengakibatkan arah ekonomi Indonesia tidak tunduk kepada kepentingan memajukan sember daya produktif (manusia dan alam) yang ada di Indonesia mengalami ketergantungan terhadap dunia pertama dan Sektor-sektor industri strategis hanya dikuasai oleh minoritas saja; yaitu kaum pemodal. Rata-rata impor yang dilakukan selama ini adalah sekitar 70-80 % nilai impor bahan baku, 14-20% impor barang modal dan 7-10% impor barang konsumsi, yang berarti industry yang dibangun di Indonesia sangat tergantung pada impor, serta fakta lainnya adalah berdasarkan sensus agustus 2008 oleh BPS 55,33 persen pekerja di Indonesia adalah lulusan SD ke bawah, 19,04 % lulusan SMP, dan hanya 4,15% yang hanya lulusan S1. Data tersebut menggambarkan rezim yang berkuasa tidak peduli dengan pendidikan rakyatnya.

Bila pada uraian dia atas telah kita sebutkan nilai impor bahan baku adalah 70% dari total nilai impor, maka berarti ada potensi bahaya besar pada kelangsungan industri di Indonesia yang berarrti ada potensi PHK besar-besaran di depan kita. Dalam kuartal II 2009 jumlah buruh yang diPHK mencapai 180.000 orang (Kompas). Buruh selalu dimarginalkan.. Kemudian buruh juga dipersulit dalam proses pengadilan Hubungan industrial. pengusaha Cenderung yang dimenangkan. Ini artinya pengusaha hanya mementingkan keuntungan, keuntungan, dan keuntungan.

Situasi seperti ini tentu juga memperpuruk keadaan kaum tani di desa yang bisa dikatakan tidak mempunyai tanah, karena dari 60% petani Indonesia hanya memiliki tanah tidak lebih dari 0.2 hektar, akibat dari penguasaan lahan oleh PT-PT perkebunan, padahal jauh sebelum krisis kapitalisme ini berlangsung tingkat produktifitas kaum tani di desa sangat rendah apalagi ketika dihantam badai krisis maka ambruklah kemampuan daya beli mereka. Hal lain yang kita lihat adalah banyaknya penganguran-penganguran di kota-kota dibarengi dengan maraknya penggusuran PKL dan rendahnya daya masyarakat akibat dari kirisis ini membuat sektor informal (PKL) mengalami kemunduran.

Persoalan-persoalan diatas sudah cukup jelas menunjukkan bahwa kapitalisme berserta antek-anteknya telah gagal dalam mensejahterakan Rakyat. Oleh karena itu kami menyerukan kepada Buruh, tani, mahasiswa, dan rakyat tertindas lainnya untuk membangun persatuan gerakan rakyat yang sejati untuk melawan penindasan kapitalisme beserta antek-anteknya dan menuntut kepada negara:
1. Tolak PHK sepihak dan dalam bentuk apapun
2. Naikkan Upah buruh secara layak
3. Hapus Sistem kerja kontrak dan Outsourching
4. Jamin Kebebasan berpendapat, dan Berserikat
5. Jadikan 1 Mei sebagai Hari Libur Nasional dan Hari Buruh Nasional
6. Ciptakan Peradilan Perburuhan yang jujur, murah, cepat dan sederhana
7. Ciptakan Lapangan pekerjaan untuk rakyat Indonesia
8. Wujudkan Pendidikan gratis, ilmiah, demokratis yang bervisi kerakyatan
9. Laksanakan Reforma Agraria sejati (Tanah Untuk Rakyat)
10. Nasionalisasi aset-aset strategis yang menguasai hajat hidup rakyat
11. Bangun Industri Nasional yang kuat dan mandiri
Demikian pernyataan sikap untuk may day dan menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat dan bangsa agar berjuang memajukan serta mewujudkan kesejahteraan bangsa yang lebih maju dan adil.
Billahittaufik Wal Hidayah

Menyambut Hari Buruh Internasional 1 Mei 2009 ,Lawan Egoisme Elit Politik Parpol, Saatnya Rakyat Merebut Kekuasaan dari Elit Politik!

Sungguh hanya ada dua kata yang mampu mewakili perasaan dan pikiran kita melihat seluruh drama elit politik yang dipertontonkan akhir – akhir ini “ prihatin dan “ cemas”. Keprihatinan kita sangat beralasan serta rasional, dimana ditengah – tengah kesulitan dialami rakyat masih saja para elit politik kita bersandiwara diatas panggung kekuasaan, seolah menutup mata bahwa didepan serta disekitarnya rakyat berdiri dijurang kesusahan. Kecemasan kitapun sekali lagi terbentuk akibat kerakusan para elit terhadap kekuasaan seolah melupakan kepentingan besar bangsa ini yaitu menjaga keutuhan serta meningkatkan kesejahteraan hajat hidup masyarakat. Hentikan seluruh sandiwara diatas panggung kekuasaan sekarang juga dan mulai mengedepankan visi maupun gagasan mengangkat bangsa ini lebih baik dan maju kedepan.
Manuver elite politik yang diperlihatkan sementara ini membuat kegusaran banyak pihak. Persoalan kebangsaan yang menumpuk dan membuat negeri limbung karena digodam oleh krisis ekonomi global tidak membuat perilaku elit berubah untuk lebih memperhatikan persoalan riil rakyat. Ditengah hiruk pikuk elit politik menggalang upaya untuk memperoleh kekuasaan sedikit demi sedikit ancaman krisis mulai terbukti. Setidaknya BPS melangsir jumlah pengangguran akibat krisis telah mencapai 9.4 juta orang dan potensi penggangguran meningkat makin cepat. Paket Stimulus yang seharusnya menjadi solusi krisis dengan menciptakan lapangan kerja, menggerakkan perekonomian yang mulai lesu, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih menjadi pertanyaan. Alokasi paket stimulus fiskal yang disetujui sebesar Rp 73,1 Trilun hampir 80 % atau Rp 56,1 Triliun digunakan untuk tax saving, penghematan pajak. Sedangkan sisanya yang benar-benar digunakan untuk belanja langsung atau directspending hanya sekitar Rp 12 Triliuan untuk belanja infra struktur dan Rp 4.8 Triliun untuk subsidi langsung dan energi.
Pemberian stimulus perpajakan dan kepabeanan jelas tidak memberikan efek positif bagi meningkatnya daya saing usaha. Stimulus ini hanya akan efektif apabila perusahaan mampu bertahan hidup dan beroperasi. Faktanya sekarang sudah lebih dari 460 perusahaan tekstil gulung tikar dan kemungkinan besar daftar panjang perusahaan bangkrut akan semakin bertambah. Jika ini terjadi maka tentu program stimulus pajak tidak akan memberi efek bagi pertumbuhan sektor riil, apalagi penyerapan tenaga kerja.
Begitupun produk industri yang diekspor juga berangsur-angsur turun. Februari 2009 menjadi fase nilai terendah ekspor sejak tahun 2005, dimana pengaruh utama rendahnya nilai ekspor tersebut dipengaruhi oleh melambatnya perekonomian dunia.
Program defisit anggaran juga menjadi salah satu sekian sebab keterpurukan bangsa ini. Tahun 2009 juga memberi catatan penting soal hutang, dari tahun 2004 ada peningkatan hutang dari Rp 1.275 Triliun menjadi Rp 1.695 Triliun pada februari 2009. Dan angka tersebut kemungkinan akan bertambah lagi karena pemerintah baru menarik pinjaman sebesar Rp 1.95 Triliun dari target sebesar Rp 57.6 Triliun. Penerbitan obligasi Rp 33. Triliun dari target Rp 54.7 Triliun akan menambah panjang beban ekonomi yang akan ditanggung rakyat Indonesia. Indonesia juga tercatat menjadi pengutang terbesar se-Asia bahkan lebih besar dari China dan India. Pinjaman diperoleh Indonesia sebesar US$9,4 miliar dari Asia Development Bank (ADB) yang dikhususkan untuk negara-negara berkembang.


Para elit politik yang egois tersebut, sama sekali tidak menampilkan sikap patriotik yang mencerminkan perasaan sense of crisis rakyat banyak.Padahal tatkala para elit politik sibuk memburu kekuasaan pada saat yang sama rakyat didera oleh ancaman PHK, akibat tidak terelakkan dari krisis ekonomi global, dimana sektor manufaktur dan industri semata – mata menggantungkan diri pada permintaan luar negeri, sementara sektor ekonomi kerakyatan tidak mendapat perhatian khusus. Kesibukan perebutan kekuasaan antara elit – elit politik berdampak langsung diabaikannya kewajiban - kewajiban pemerintah terhadap pemenuhan hajat hidup orang banyak, negara dan keutuhan bangsa. Keadaan ini menjadi ancaman serius bagi stabilitas politik dalam negeri dan kemampuan negara dalam kompetisi global antar bangsa di dunia. Bukan tidak mungkin bila keadaan ini tidak segera dihentikan, keruntuhan Indonesia sebagai negara-bangsa tinggal tunggu waktu saja.
Oleh karena sudah seharusnya gerakan mahasiswa di seluruh penjuru tanah air tidak lagi menonton dan berpangku tangan dan kembali mengambil tanggung jawan dan peran historisnya bagi upaya penyelamatan nasib bangsa. Telah terbukti elit politik gagal menyatukan langkah dalam rangka menuntaskan program - program reformasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa. Justru elit politik itu tidak menghargai jerih payah mahasiswa dan rakyat didalam mengakses pendidikan yang merupakan hak konstitusinya.
Melalui momentum hari buruh internasional ini dan menyambut 11 tahun reformasi mahasiswa, kami HMI Cabang Semarang menyerukan :

1. Rebut dan lindungi hak – hak dasar buruh, raih kesejahteraan buruh, dan hapuskan praktik outsourcing di dalam hubungan industrial.
2. Galang persatuan program politik nasional antar mahasiswa,rakyat, buruh, petani dan korban politik pengabaian oleh elit-elit politik yang rakus dan egois.
3. Hentikan sandiwara drama politik elit dalam mengejar kekuasaan. Kedepankanlah visi dan kepentingan bangsa.
4. Menuntut pemerintah yang berkuasa meningkatkan hajat hidup serta harkat dan martabat bangsa.
5. Tuntaskan pelanggaran HAM yang terjadi dimasa lalu. Selesaikan kasus Munir, Trisakti, Tanjung Priuk,dll
6. Cegah elit politik yang telah terbukti berpihak kepada asing dan menjual aset-aset negara seperti Indosat, BUMN-BUMN penting lainnya untuk berkuasa kembali.
7. Wujudkan barisan politik yang benar-benar demokratis, bersih, pro rakyat dan berkomitmen penuh didalam politik kemandirian bangsa, untuk kebangkitan Indonesia yang menyeluruh.
8. Tolak intervensi asing yang mencekik rakyat dan kembangkan kemandirian bangsa.

Menyibak Tabir Harapan dan Identitas Kepemimpinan

Ditengah hegemoni globalisasi yang kian akut, poros rasionalitas semakin mendominasi aspek kekuasaan. Demikian banyak sosok pemimpin yang bermunculan seiring menjelang rutinitas tradisi demokrasi. Bicara harapan adalah keniscayaan yang dinanti oleh banyak orang, termasuk kita sebagai warga negara.
Lain halnya dengan prosedur yang mapan dari sistem demokrasi, ada hal yang merisaukan bagi saya sebagai WNI, kehadiran politik merupakan sesuatu yang tak bisa dielakkan dalam kehidupan manusia. Seperti kita ketahui bersama, masih juga dipenuhi dengan hal-hal yang membuat kita mengelus dada, apalagi dewasa ini, bangsa ini sedang belajar untuk berdemokrasi.
Yang berkelindan di benak kita adalah kapan pemimpin yang adil, berkharisma itu muncul? Memang menarik berbicara tentang cakrawala kepemimpinan, seolah tak ada habisanya untuk di kaji dan pastinya selalu menarik kian berkembangnya dimensi zaman, fakta dan referensi .
Kemunculan dan kehadiran pemimpin berwatak kesatria yang dinanti-nanti memang tidak salah, kita bukan hanya menanti harapan tapi harus juga peduli bagaimana sosok pemimpin ideal-handal yang memiliki integritas, efektifitas, obyektifitas sehingga mampu menjadi pamomong yang menuntun, memandu dan membimbing mengarah pada motifasi keberhasilan bersama dapat segera hadir.

Pemimpin dan Organisasi
Kemunculan pemimpin bukan sekedarnya tapi memang mereka ada dan diadakan. Organisasi adalah salah satu kawah condrodimuko yang menjadi basis pencetak sosok pemimpin yang kesatria. Didalamnya diajarkan dan terletak kekuatan kerjasama, dimana perbedaan muncul bukan atas kepentingan individu atau kelompuk tapi atas satu visi bersama untuk mewujudkan kesadaran mencapai tujuan bersama (common purpose) dengan wujud hadirnya gotong royong.
Penopang selanjutnya adalah kesadaran visi kepemimpinan (unity of commond) untuk menjadi poros kebersamaan dalam hal diziplin organization. Yang terpenting adalah kreatifitas dan dinamisasi atas perbedaan muncul untuk diaktualisasikan dalam wadah kejamaahan.
Kita ibaratkan organisasi adalah sebuah kapal lengkap dengan awaknya yang masing-masing memiliki spesialisasi, tanggungjawab dan tugasnya. Maka seorang pemimpin adalah kapten kapal tersebut. Seorang kapten kapal tidak sekedar berfungsi mengkoordinir bagaimana setiap bagian bekerja, namun lebih dari itu dia bertugas menentukan arah dan tujuan dari kapal dan memastikan bahawa setiap fungsi melaksanakan tugasnya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Sama halnya kapal demikian juga organisasi sama-sama membutuhkan tujuan yang diistilahkan sebagai visi, disinilah pentingnya visi. Lalu siapa yang mengawal visi? Disinilah pentingnya pemimpin, dan pemimpin dengan sendirinya akan dibutuhkan dan dimunculkan.
Lalu dengan banyaknya organisasi, bagaimana kriteria pemimpin yang diidealkan dapat serta merta hadir? Kembali ke tujuan besarnya (visi) organisasi sebagai wadah yang memfasilitasi percepatan perubahan dan pembaharuan. Yang akan menjadi barometer kerangka idealitas adalah paradigma organisasi termasuk pedoman gerak struktur dan kultur yang diatur sebagai acuan organisasi. Selain itu ditopang juga oleh diri-kader organisasi sendiri bagaimana input-proses dan ini akan mempengaruhi outputnya.

Quantum Organizing
Percepatan bukan saja pada pembelajaran, tapi pada organisasi juga sangat dibutuhkan demikian halnya pemimpin dapat direkayasa dimunculkan untuk dipersiapkan untuk memimpin ummat pada zamannya kelak. Dalam perencanaanya menentukan arah kebijakan sebagai haluan organisasi yang termaktub dalam konstitusi organisasi sangatlah penting. Ini menjadi penentu yang sangat terkait untuk mewujudkan kader-kader tangguh. Demikian halnya dengan percepatan pembentukan pribadi-diri (pioner) yang holistik, sebagai realitas yang mencangkup bangunan ideologi ia mempunyai konsepsi yang diejawantahkan dalam mewujudkan cita-cita yang visioner.
Sejauh mana kader itu memaknai ruh perjuangan sebagai bahan bakar, ia mau dan mampu melewati cobaan dan rintangan maka loncatan pembaharuan diri akan membakar kekerdilan dan pesimisitas personal. Disinilah perubahan dengan istilah memahat diri menemukan identitas profesional dapat direkayasa.
Di organisasi diajarkan menghargai perbedaan, diajarkan kerjasama, diberikan tantangan dan tanggungjawab, tak ayal percepatan dapat terjadi pada diri kader organisasi menjadi lebih matang dan terukur. Kecerdasan dalam menangkap peluang, momentum dan mobilisasi massa itupun diajarkan sehingga fungsi mediasi dan strategi konflik sekaligus penanganannya terserap-terpatri dalam diri kader yang siap menghadapi berbagai macam situasi, disinilah dimulai kemunculan calon pemimpin yang mampu mensinergikan antara diri, organisasi, visi dan cita ideal.

Demokrasi, Politik harapan dan identitas visi pembaharuan
Demokrasi membutuhkan penghargaan atas perbedaan, suatu semangat semakin hari kian semakin hilang. Masyarakat kita mudah terjebak dalam absolutisme, fanatisme baik bersifat agama, kedaerahan, suku, ideologi dan kepentingan politik.
Minimnya pendidikan politik yang ada menjadikan minimnya pengetahuan atas harapan besar. Demokrasi yang difahami adalah doktrin prosedural, tanpa diiringi persiapan estafet kepemimpinan politik yang matang.
Demokrasi tidak hanya menyelenggarakan pemilu secara berkala tetapi juga didukung oleh penegakan HAM, Hukum yang berwibawa, kesadaran politik masyarakat secara luas dan adanya pergantian kekuasaan secara damai.
Politik harapan republik ini berdiri diatas harapan ”tiang”. Maka harapan adalah identitas kebangsaan. Ketika ruang penjelmaan atas kesadaran politik yang dasar. dari persemaian nilai kemanusiaan dengan kesadaran hakikat maka insaf dan kembali berjuang menjadi dasar penopang harapan besar.
Sekarang yang dibutuhkan adalah sosok pemimpin yang mau berbenah untuk menjadi teladan. Disinilah titik genting politik bangsa yang dapat kita raba-raba dari kacamata harapan.
Visi adalah mata yang akan dijadikan acuan untuk mencapai harapan besar. Karena itu visi haruslah menjadi kekuatan besar menuntun harapan untuk mengantisipasi responsibilitas politik. Kemasukakalan, efisiensi, keadilan dan kebebasan adalah empat prinsip utama atas kebijakan dan pilihan politik. Dengan empat prinsip itu politik yang responsif harus mempertimbangkan rasionalitas publik tanpa kesemena-menaan dalam pengambilan kebijakan.
Realitas perjuangan ketika kita melangkah untuk menjalani maka pastilah ada harapan dan rintangan, dinataranya pertama; kemarahan, ketakutan yang tak tertahankan sejauh masih ada harapan, semangat akan tetap menyala. Kedua, harapan adalah langkah dari jejak perjuangan untuk mencapai kenyataan, dan yang ketiga inilah yang menjadi titik poin, ketika harapan tanpa visi akan membawa kesesatan. dimanapun akan melangkah untuk meraih cita, ada harapan yang perlu arahan. Kesadaran inilah yang harus dimunculkan untuk mencapai titik kulminasi perubahan kebaikan identitas bangsa.
Diperlukan suportifitas di dalam semangat harapan, perjuangan kita belum selesai menjadi kader-kader yang dipersiapkan untuk menjadi pioner ultra-revolusioner ummat dan bangsa. Kita hadir dizaman yang berbeda bukan untuk lari dan menghindar dari terpaan angin dan badai kehidupan, walaupun sudah banyak yang berguguran dalam memperjuangkan idelitas demi perubahan dengan menciptakan pembaharuan.
Dalam diri kita terdapat banyak kelebihan namun sedikit dari kita yang menyadari kelebihan itu. Kapan lagi kita melakukan loncatan percepatan, “start” ada pada diri kita masing-masing. Jatuh bukan berarti diam dan berhenti tapi bangkit untuk bangun dengan yakin dan tekat maka kita akan melaju cepat menuju pembaharuan-perubahan.
Sadar dan tidak pemimpin kedepan adalah generasi kita, pembaharuan saat ini dalam tindakan kita yang menjadi tolok ukur generasi-generasi berikutnya. Saat ini adalah bagaimana kita cermat menangkap fenomena yang tersirat dalam sosialita kekinian. Keberadaan sejarah yang tersebar memberi isyarat sosok kepemimpinan. Dari masa nabi sebagai induk kepemimpinan universal yang harus menjadi referensi bersama, kita harus membongkar teks yang tersurat dan tersirat dari masa kemasa.
Tidak ada kebenaran mutlak dalam kehidupan sosial, yang ada hanyalah persepsi manusia yang sering kali dikultuskan dan menutup kemungkinan kebenaran-kebenaran lainya. Sebagai generasi muda penerus perjuangan kita harus meneladani dan mampu menjadi recources yang tepat guna sesuai zaman. Apakah kita dikehendaki atau kita yang menghendaki? Sebuah kondisi yang serba instan ini kita harusnya tergugah untuk sadar yang kali pertama dan lebih cekatan untuk membuat momentum, sehingga yang minoritas mampu menjadi poros trend setter dari mayoritas, yaitu ketangguhan untuk bergerak dan berjuang.
Hidup memang penuh tantangan, maka janganlah tantangan itu berlalu begitu saja tanpa bisa menyelesaikannya. Artinya, hidup itu memerlukan perjuangan dan perjuangan memerlukan pengorbanan. Dengan pengorbanan itulah akan menunjukan sebesar proses kita melakukan metamorfosa kehidupan. Perubahan bukan terjadi secara cepat saja, tapi juga perlu proses yang panjang. Dengan keistiqomahan, kesabaran dengan pendekatan pemahaman dan moderasi adalah kunci untuk melakukan pembaharuan. Siapkah kita menjadi pemimpin dari jamaah kita? Yakinkan diri untuk memulai start kepemimpinan alternatif yang ultra-revolusioner. Hidup untuk berjuang dan berjuang untuk sadar melakukan metamorfosa perubahan yang lebih baik
lumansari,30 maret 2009