Proses
demokrasi dalam klimaksnya dirayakan dengan pemilihan melalui pemungutan suara
yang juga sering disebut PEMILU. Hari ini kita dihadapkan pada realitas fakta persoalan
subtansial dari demokrasi sendiri, yaitu berupa pendidikan politik dan kemauan
untuk meng-engaged dalam arena publik. Pemilu sendiri tampak menyisakan berjuta
harapan bagi kontruksi demokrasi sendiri dimasa yang akan datang.
Apakah
kita akan mengikuti bisikan hati atau bisikan lain (transaksi politik) yang
menjadikan banyak warga bersikap apatis terhadap prosesnya, karena demokrasi
sendiri terlihat cenderung kuantutatif procedural. Bisa dikatakan persoalan
kebangsaan, seperti kemiskinan, kemelaratan, keterbelakangan, kebodohan dan
kepandiran kita sebagai bangsa bisa diselesaikan dengan angka-angka.
Demokrasi
dan Sikap Golput
Demokrasi
dalam praktiknya memunculkan spekulasi, banyak faktor yang mempengaruhi sikap
dalam menentukan pilihan, bahkan realitas hari ini masih banyak yang belum
mengerti diakibatkan minimnya pendidikan politik yang mencerdaskan masyarakat
awam. Masyarakat awam memahami politik cenderung “perdebatan yang tiada
berujung” seperti yang disajikan dalam arena media, jelas ini menjadi tantangan bagi lembaga politik untuk
menyusuri dan melakukan pendidikan politik sampai akar rumput.