Minggu, 18 November 2007
Pengorbananmu
hadir dalam langkah
cintapun takdapat dibendung
walau kau kerahkan ribuan cara
tetap akan patah dalam serbuan rasa ini
sungguh luar biasa
tak mungkin engkau tahu
betapa dalam pengorbanan ini yang telah didapati
tanpa memandang itu apa
walau beda tetap engkau tahu
mana sisi kesamaan itu ada
Suatu bukti cinta
Terdalam tanpa laksana
Genangilah hidup ini
Dengan dalamnya rasa
Sehingga benci yang ada terkubur semua
Fitnah entah apa yang ada
Sehingga tampak iba rasa
Mampu mengiringi cinta
Berlapis berujung berurai
Kabut tapi tetap terlihat
Cahaya yang engkau pancarkan dalam kesunyian
Seolah jadi penerang
yang mampu menjadi penuntun
mengarungi langkah hidup
Tak cukup semua untuk ungkap semua
Karena keterbatasanku sebagai hamba
Semoga hanya dengan kesadaran
Engkau mampu pahami semua yang tertulis
04…00
Antara Hikmah
Sebentar melihat tebarkan hikmah
Regangkan ide seluas lautan mengelilingi
Terasakan pasca peristiwa
Perubahan dan pembaharuan
Terjadi begitu saja
Tanpa ada rencana
Itu pula yang kudapat pesan dari sana
Untuk mendulang keindahan alam raya
Sungguh diluar duga perbahan ini
Jadi pesona yang takterkendali
Bengunkan spirit sehingga dapat
Melaju kencang secepat cahaya
Itu yang terbawa dalam sapaan
Lewat mimpi semalam
Resahkan jiwa dinginkan suasana
Lalu kupahami inilah coba
Yang membawa hikmah
Impian dalam mimpiku
Antusiasku yang memotivasi
Disinilah kusadar dalam pesanmu
Untuk menjadi lebih dahsyat
Mengungkap rahasia yang kau tebarkan.
Perelaan
Sebuah tanda yang teriring
dalam ketulusan peran
seolah terkenang ingatan
kadang tertatap menghiasi
indahnya hidup seolah
teriring dan terasah berjalan
seperti dalam dongeng
inipun nyata tertegun
dalam salinan putih
gerak tertata seperti
telah ditulis rapi
sekedar berangkat dalam kebesaran
oleh kesempurnaan masa
inilah nyata yang ada disetiap keesaan
sungguh tak dapat diduga keterpanaan tanda
kejalan seiring dengan kepedulian dan keleluasaan
Flamboyan 204, 08.30.2/11/07
Perjalanan kausalitas dan khsanah atas risalahmu
Tapi sementara antara kepastian dan rencana membentang
harapan yang ingin kuraih untuk mencapai ridhonya
Dengan semangat berapi kadang selalu mengiringi langkah ini nan sering
Kerap kali inilah batasku mencandra asa
Hingga diujung waktu akupun terhempas dalam barisan risalah
Cukup satu kata kembali untuk meramu langkahku
membalas pekertimu yang slalu hiasi hari-hariku tanpa harapan
Suara-suara berseloroh elok
Menjadi alunan syahdunya hidup ini
Entah apa maksud semua
Semoga kudapati yang tersembunyi dibalik peristiwaku ini
Walaupun harus didapati pengorbanan
Kankuarungi samudra hidup ini
Kutatap cerahnya pagi sebagai bukti bertaburan rezeki harapan baru untuk aku lalui
Demi sebuah harapan yang pernah terucap dari lisanmu
Yang selaluku ingatdan kau harap tuk mengembalikan hitamnya pekat putihnya siratan pesan yang pernah engkau katakana dalam sebuah sabda
Kini kumencoba pahamai
Sedikit untuk mengerti
Walaupun masih jauh
Mencoba kudekati mengerti arti hidupku
Atas peringatannu
Sayangmu cintamu kasihmu
apalah yang engkau hidayahkan pada hamba ini semoga dapat kuuraikan
walau dalam bentuk lain akan slalu kuterjeahkan dalam risalah kemanusiaan
untuk masa depan dan kepastian
cita
Melambaikan pengertian
seketika itu ada hidup yang tersingkap
pertanda maiyah menyapa
mahabbah dalam genggamku
seperti itulah bayang-bayang yang ada di ufuk timur
sembari menjadi harapan semua
laikkah itu yang berjanji
bukankah itu yang berarti
walau hanya kau resapi
tetesan air mata yang basahi hidup ini
alampun mengerti maksud gerangan pula
pancaran jernihnya tulusmu
sembari senyum cerah ada slalu
tak sanggup aku berkata
tak pantas ku meminta
yang mampu hanya sapa
mendapatkan semua cita
menengadah diatas
banyak kali yang disana
tapi cukup kurasa inilah
yang harus kudaki
untuk mencapai spiritualitas hakiki
yang hampa kudapati saat ini
namun engkau lebih tahu
maksud hati ini
manusia hanya seolah tahu
malah menjadi fitnah yang mencerai-beraikan kebersamaan
sehingga timbullah pengharapan
untuk kembali meniti jalur
kebenaran yang tersibak
dalam genggaman wahai
semua peran kahlifah yang diutus
untuk menyampaikan pesan sempurna
bagi yang bersabar mengetahui
0207
Bersimbah
tak sanggup mata ini membendung
Ribuan pesan yang engkau berikan
Bagai ombak yang tanpa bisa
Mencapai tebing tinggi
Tapi suatu saat engkau ditakuti
Sungguh wahai….wahai
Yaallah dalam pengakuanmu
Akupun bersimbah
Dalam pelukmu ako memohon
Sungguh besar yang kau sampaikan padaku saat ini
Bimbinglah aku
Tunjukkan aku
Bawalah aku
Tuntunlah aku
Dalam menangkap pesan-pesan ini
Ketika datang tak anggup aku menatap
Katapuin sekejap sirna
Hanya hati yang berkata
Antara hamba dengannya
Marahpun terhenti
Tangispun mampat
Terharu aku menyayati semua
Semoga semua itu sebagai petunjuk yang suatu saat dapat kujawab dan kubalas
Untuk sebagai balas budiku padanya
Walau tanpa diharapkan
Tapi inilah pesan yang kudapati
031107-037
segenap jiwa
Sebenarnya merupakan sebagai wilayah peran dan pengertian
Pembentukan problem
Yang akan dilandaskan diri
Pada panggung pergulatan
Segankan pabila ada keretakan
Melawan dalih polecy
Yang terkandung masa
Sebagai refleksi peristiwa
Jejaring kehidupan memetek kesadaran
Menjelajah bumi
Bahkan langit tanpa sanggahan mampu
Sebagai kodifikasi kekuasaan
Masihkah kita lepas
Mungkinkah kita lupa
Cukup
Sudah banyak apologi kita
Menjadi momok kompetitif
Mengintervensi kebenaran
Melarikan tanggung jawab
Membodohkan kesejatian
Pengembangan bukan sebatas
Mampu menjadi lebih
Sebagaimana pikiran kitamelaju
Mennengadah dan memohon supaya
Dibukakan laduni hikmah
Untuk kepiawaian tak terduga
Inilah jati diri untuk memapah amanah
Bukan besok lusa atau kapan
Sekaranglah kita bisa dan seterusnya
0411007-05.30
midle way
Opini membentang bersebrangan
Bukan karena dialektika
Sebagai awal pemula
Karena tumpuan yang selalu
Membebankan pada karakteristik
Sehinggga antara peran dan gerak
Selalu menjadi promon
Terjadilah stagnasi akibat kemampatan
Urgensi informasi layak dijulurkan
Menangkan peran partisipan
Inilah ujung visioner
Yang bermula dari loncatan ideologi
Saat ini ;kita wujudkan
Tata sistem untuk menopang
Jalannya arus supaya kembali
Yang tadinya terpatri
Karena kemacecan sistemik
Dibutuhkan jalan tengah
Untuk memberi solusi
Konduisi chaos haruslah usai
Banyak faktor penyembah
Yang tidak terduga
Tapi kita lupa menyalakan sumbunya
Temukan itu dalam peranan publik
Menuju rekaya sosial
0411007-05.58
Ku Menyapa
Dalam setiap waktu gerak yang kulakukan
Dalam setiap rasa yang kupunya
Dan masih banyak yang kudapati
Merupakan limpahan kuasa
Menjadi anugrah bagiku
Selalu menghiasi fikir
Mengantar dalam doa
Kurasakan sesuatu
Segarnya rasa
Sejuknya qalbu
Dinginnya tubuhku
Menyatunya raga dan sukma
Mengayuh zikir tanpa henti
Untuk mengantar doa
Dalam ibadahku
Ketertundukanku
Getaran hebat yang terasa
Aku tak kuasa berucap
Karena keterbatasan ku
Sembari melinangi air mata
Membasahi setiap jengkal
Ucap lirihku
Dengan gapaian harap
Seolah ingin kusapa
Untuk mnegadu diri ini
Hapuslah hitam diputihku
Putihkan wujud suciku
Sucikan qalbu untuk
Menyapamu
Dengarlah
Kabulkan yang kupinta
Untuk mengadu diri ini
Menggapai esamu
Mengabdi untumu
Kurelakan bagimu
Wahai ya Rabbi
Penguasa atas kehidupan
041107 flamby-tidar
Kenduri
Kau datangkan panggilan
Berlahan dari tepi ketepi
Menyingkir menuju ketengah
Memberi yang berarti
Ngaturi
Membentangkan pesan
Segera ungkap apa yang beda
Melangkah beriringan denganasah
Jelaskan peta sakti
Berangkatkan akau
Datangkan akau
Jiwai ketulusan
Gerakkan langkahmu
Berduyun-duyun makhluk
Menjadi ramah menyapa
Membalas menengok sembari
Bertutur sapa
Nikmatnya bersama
Bentangkan keselarasan
Satukan warna
Dalam perbedaan
Kan semaju tanda
Menjadikan kawelasan
Mengantar menuju
Bersama padu
Selaras satu
0611007-19.05
Awakku
Kualami disenja itu
Hadapkan ungkap antara tugas
Itu yang aku tahu saat berlalu
Tapi kuputuskan untuk tetap tabah
Biarlah itu sesaat menghiasi
Karena sebagai bukti antara ada dan keunikan hidup
Unufikasi olehmu kutahu
Keabsolutanmu kupahami
Distikpun sebagai bukti
Hidupku hanyalah jalanmu
Langkahku bibbinglah slalu
Harapku mencapai risalah
Untuk ridhamu dalam keseharianku
Bahkan detik tak berbatas
Hitungan akal kankuharap slalu
Ingatkanku
Tuntun slalu
Walau dalam keramaian
Hiruk pikuknya alam fana ini
Engkau masih ingatkan
Kudalam keheningan
Kesendirianku mampu bangkitkan
Kesadaran untuk menyadarkan
Yang selama ini dalam ketidak sadaran
Sesungguhnya dalam bingarnya kehidupan
Terdapat banyak pesan yang kau dapati
Sebaliknya dalam kesunyian ini
Ada kebesaran cipta
Yang kau sadari
0411007-11.00flamby
Kamis, 25 Oktober 2007
ngarepi
keterperdayaan
akan sebuah esensi
kesemuanya tak pasti
keraguan kebimbangan
arti yang sesungguhnya
kehidupanku
kesegalanya
kelana batin ombak merantau
kesempurnaan irfan
setinggi keberhasilan
ketetapan engkau
kutat bentang wakktu
mencandra keraguan
dengan kepastian
Perhelatan
Mencuatnya logika pasar
Menimbulkan persepsi persepsi
Dibelenggu paradigma
Menambah berjibun konflik
Apalah daya manusia
Kiprah manusia
Mencari celah tradisi simbol
Untuk mengetahui segala perilaku
Dalam menembus sayup fenomena
Untuk peran kesadaran
Mampukah kita bersinergi
Melawan bentuk pengekangan
Doktrin mentalitas fenomena
Terperdayakah wahai engkau anak adam
Kini engkau mengerti
Deretan perintah yang pasti
Atas seruan firmannya
Berijtihadlah, beramallah
Dengan riangmu
Karena kita diberi akal untuk memahami
Diberi hati untuk bersandar
Dilengkapi hidup dengan berkah
Laiknya kita bersadar
Berjalanlah sesuai nuranimu
Seolah tercipta perlawanan
Menghadapi doktrin kebekuan
Seperti gaung yang menggema
Tapi tanpa pernah terdengar
Karena riuhnya ummat disibukkan
Dengan problema ritual
Terhadap jeruji konflik
Mampukah kita menembus
Terhadap kejinya kesadaran hidup
Marilah bersama
Berteriak keras
Untuk meluapkan perlawanan
Terhadap proletarisasi sistem
Dengan bersikap dan bertindak
Ditengah maraknya moralitas semu
00122 _private_dew
Cendekiawan Organik
Dari suara rakyat
Terhadap tirani
Atas otoritas sistem kolonial
Kemapanan sistem borjuis
Menjadikan kaum masyarakat termarjinalkan
Bukan karena nasib dan takdir
Tetapi karena jeratan kebijakan
Menjadikannya terjerembab
Sayup dalam keheningan
Ditengah maraknya moralitas hampa
Dengan himpitan krisis
Perjuangan menjadi sebuah tawaran
Apakah kau tahu
Dimanakah kita akan berpijak
Ketika masyarakat dihimpit
Oleh krisis sosial
Sehingga derita menghiasi
Wajah bangsa yang kompromistis
Apakah hanya diam
Berdiri melihat penindasan
Itupun tak cukup untuk membasuh
Lara derita masyarakat terhina
Empatikah
Anggapan itu selalu membayangi
Sudah saatnya sebagai anak bangsa
Membawa misi
Menggenggam pengharapan
Berpijak idealisme
Menuju kebebasan melawan kemapanan rezim
Wahai pemuda
Wahai mahasiswa
Wahai pejuang
Wahai harapan cita
Sanggupkah engkau
Menjunjung dan membawa
Kemerdekaan untuk mereka
Diseberang sana menanti
Memecah persoalan
Menjawab persoalan
Menjadi solusi
Harapan revolusi
0100207
Beranda
Sehelai sense membentuk
Terkesima oleh sesuatu
Garis seolah lurus
Begitu sosok yang pantas
Tertegun akan pesona
Sekejap terbang melintasi
Bagai awan yang melambai
Menuju lamunan berasa
Tak harus dimengerti akan waktu
Mendapat bukti yang bertanda
Bisik tertalun membujuk aura
Terikat ketika mengerti janji
Sehingga alasan jadi pedoman
Yang seolah penguasa singgasana
Baiklah mungkin itu
Sebagai kendara menuju ridho
Kalaupun harus menunggu
Menggapai cahayamu
Wujud mahabbah sejati
23 malam 1428.
Unsur Kedirian
Putara baling kehidupan
Menjadi bagian terpenting
Menderu alunan keterkaitan
Seraya menyatu memberi
Kepercayaan atas segalanya
Ada yang didepan
Ada yang dibelakang
Kadang diatasnya
Demikian sebaliknya
Itulah teka-teki nyata
Yang slalu menyelubungi
Berjibun desain jadi tatanan
Menjulang tinggi tak terarah
Demi sebuah angan yang siglikal
Mungkin seakan niscaya
Tetaplah melangkah wahai sang kelana
Bukan karena coba atau bisa
Engkau bisa segala
Namun dengan beragam itu
Saatnya kita sadar
Mampukah engkau bercerita
Seakan tiada paksa
Untuk mencapai putaran berikutnya
Disinilah akan muncul
Pelana muda yang berkata
Bisakan kita melawan derasnya laju kosmos
Berdaya menjadikan mampu
Bersahaja dalam kesadaran
Dengan berbekal dalam kedirian
Tancapkan dan benamkan
Niscaya akan mampu
Dengan kemurahan hati
Dan kesabaran
Akan mampu menjadi
Sebagian dari kesederhanaan
Yang menggendong martabat nyata,
Baitul mu’minin, 191007- 14.20
Hridaya Cinta
Demi sebuah ketulusan
Pengorbananpun laksana
Tanpa beban hanya untuk kebahagiaan
Tanpa mengharap
Untuk dibalas karena memang
Ketidaksanggupan dan keterbatasan
Kebaikan hati yang ikhlas
Melahirkan maha karya
Sebuah rahasia
Ketersediaan cinta
Menjadi sosok tak terbendung
Tidak pernah dirasa
Kecantikan sejati tidak tampak
Yang sejati tidak terletak
Pada penampilan fisik
Namun hanya didalam hati
Laksana
Harta karun yang hakiki
Tidaklah terletak pada
Apa yang bisa dilihat
Namun pada apa yang hakitat
Tidak dapat terlihat dengan kasat
Cinta sejati
Yang sejati tidak terletak
Apa yang telah dikerjakan dan diketahui
Namun pada apa yang telah dikerjakan
Bahkan dengan pengorbanan
Namun tidak diketahui, memang
Itulah makrifat cinta
Kedirian unik
Kerelaan entitas
Takkan pudar selamanya
Sebagai senyawa kehidupan
Illahi
00_12 wayah surup
Ketulusanmu Untukku
Seiring kerelaan
Atas pengorbanan
Peluh lara seolah
Engkau tak rasakan
Malam tak terasa
Pagi berupa pengharapan
Tuk menanti sang putra
Walau kau selalu memberi tanpa harapan
Untuk membimbingku
Mengarungi masa depan
Wahai sosok
Pencetak
Teriring pengukir kepribadian
Senantiasa tekad menjiwai
Kebijakan sejati
Tatkala dingin sebagai pelindungku
Tatkala menangis seolah engkau tahu
Menjelajah jiwa dalam relung
Menjawab arti kesejatianku
Maafkanku atas segala
Keikhlasanmu tanpa
Kebaktianku harapanmu
Menjadi jaminanmu kelak
Kan kubahagiakan
Wahai pelindungku diwaktu
Seraya menuju
Sebagai pribadi
Berusaha berkarya
Menggapai cita asa
Mencapai kebahagiaan
Dengan pengharapan
Pemaafan kesalahan
Yang telah kulakukan
Leburlah segalanya
Ingin kumulai
Kebaktianku untukmu
Ibuku
Engkaulah …..
Tanpa sanggup aku…
Mengungkapkan pengorbananmu,
Kesabaranmu, ketulusanmu, peluh, air mata
Maslahatmu untukku menuju ummatnya
Kusambut dengan masa depan yang pasti
Syawal malam 1428. 22..11.
lawatan jibaku
Seruan fajar menyingsing
Paras cerah mengintai
Menerobos tebalnya kabut awan
Memberi semangat harapan
Wahai engkau sang pelana kehidupan
Dengan seruan panggilan
Yang berdenyut menanda
Berlangkah seruah pasti menyertai
Mengungkap bisunya pagi
Wahai sang penggilas kejumudan
Telah kau lawan
Telah kau singkap
Dengan sekuat isyarat
Akan lantunan suara alam
Mengintari lorong seruan sunyi
Maka kawan
Dengan sederet jibaku
Engkau lawan kebodohan
Beranikan melangkah menuju
Keesaan raga
Luangkanlah kawan
Mencipta
Menjawab
Menyambut
Tegaknya silsilah kehidupan
29 1428 H
Menuju Kesempurnaan Fitri
Hamba yang butuh dengannya
Jauh dari kesempurnaan
Kadang diri mencoba
Mengelak akan fitrah
Congak menimpa besarnya ego
Kebiasaan yang angkuh
Layaknya kita sejenak menghayati diri
Apa-apa yang telah kitarasakan
Melakukan dengan seharian
Kadang kita lupa
Butuh segalanya
Tapi mematikan kekuatannya
Kita merasa segala
Ogah menengok, malas bersandar
Lupa esensi, sudi kiranya
Kita sebagai diri yang hakiki
Seharusnya saatnyalah sadar diri
Saatnya kita merenung, merunduk sejenak
Merefleksi sediri dihaari nan suci
Fitri, fitrah yang istimewa
Kita sambut dengan semangat
Melawan egoisme spiritual
Menuju kesalihan sosial
Yang baru dan membara
Bukan lebaran untuk lebaran
Tetapi lebaran unttuk berbagi
Untuk memahami dan menghayati diri
Marilah kita sambut datangnya fajar
Saatnya tiba mengharap
Sambutlah hari kemenangan penuh syarat pengampunan
Dengan membuka pintu maaf
Dalam qalbu yang suci
Menuju yang salih
Secara kedirian, pribadi dan sosial
Untuk mencapai pengharapan ridhanya.
01 syawal 1428 H
Dari Ramadhan ke Hakikat Fitri
Layakya seorang muslim secara dhohir mereka melebur diri dengan hingar-bingar layaknya perayaan dan bertaburan melimpah ruah yang dilakukan pada bulan suci, biasanya masjid, mushala tau surau sepi, ramadhanpun luar biasa berubah drastis seolah berlomba-lomba melakukan ibadah amalan dibulan ini.
Kini kita telah kedatangan tamu agung yaitu idul fitri yang merupakan puncak setelah melalakukan ibadah puasa untuk menyambut kemenangan hakiki bukan hanya isyarat ritual ansich melainkan apa yang terkandung dalam hari kemenangan itu sendiri. Tentu semua tahu bahwa hari raya idul fitri merupakan momen yang luar biasa, syarat dengan pesan, namun kadang dibalik itu penuh dengan sisipan nilai diantaranyaa simbolisme ibadah ritual yang hanya dimaknai sebagai esensi yang fitri pada fitrah diri tanpa melihat komunal masyarakat yang dimiskinkan oleh sistem. Malah sebaliknya orang memaknai lebaran untuk berlebaran dengan banyaknya orang dihari-hari terakhir ramadhan menuju pasar menjadi berjejal banyak orang berlomba-lomba untuk menyambutnya dengan sesuatu yang baru, baik itu baju atau makan-makanan yang enak dan seolah lepas dari pesan ramadhan yang penuh sarat dan isyarat.
Selayaknya kita mampu mengambil pesan singkat dari ramadhan menuju idul fitri, yang semula asal jalan kini setidaknya lebih mengerti kenapa melakukan semua itu. Kadang semua hanya jadi tren performance dari idul fitri tetapi tidak menyentuh daya kesalihan diri.
Apakah kita telah lupa pada lingkungan sosial masyarakat ini yang notabenenya sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya muslim, tetapi kita seolah lupa nasib apa yang telah menimpa saudara-saudara kita dijalanan, kolong jembatan, fakir miskin, anak yatim dan banyak yang sebenarnya butuh uluran tangan kita.
Inilah bentuk realitas moralitas masyarakat kita yang cenderung dilematis sehingga banyak yang saleh secara individu tetapi tidak dibarengi dengna kesalehan sosial. Sehingga selama ramadhan kita seraya cenderung mendidik diri menjadi esensi egoisme spiritual tanpa melihat holistical spiritual.
Makanya dari itu perlulah kita mengerti dan memahami pola kehidupan perilaku masyarakat bangsa ini yang unik dibanding dengan bangsa-bangsa lain. Indonesia yang katanya demokratis, pluralis sosialis dan transenden tetapi itu dipahami secara sempit sepihak.
Marilah kita jadikan idul fitri ini menjadi ajang penyucian diri kembali pada fitrah kita yang suci bukan dari performance saja tetapi ditekankan pada upaya penyadaran kita sebagai khalifah dan abduh yang senantiasa mampu menjadi perayaan bersama.
Implementasi idul fitri dalam masyarakat harus imbang bahkan mampu meningkatkan iman, takwa sekaligus setelah pemaafan itu dimulai dan menjadi hiasi nilai yang kita lakukan sehari-hari. Idul fitri bukan sekedar ritual agama, budaya tetapi lebih dari itu yang mana mampu menjadi proses keterkaitan kita dengan tali silaturahmi bersama menuju keseimbangan diri kita.
Yang tadinya minim praktek dalam keseharian ibadahnya dalam keseharian maka setelah ini mampu meningkat bertahap atau bahkan drastis dengan semangat dan penghayatan kita yang lebih. Hari raya idul fitri kita setidaknya mampu menjadi momen baru pula untuk memulai bersosialisasi dan merekonstruksi tata nilai yang masih belum teratur, sarat dengan pemberdayaan dan pembangunan umat yang insyaallah diridhai olehNya. (01 Syawal 1428H)
Saturasi
Ratapan batin tak menentu
Gerangan apa ini
Gelisah suntuk menghiasi
Kesadaran pikiran
Suntuk mendayu mengarungi
Skeptis akan hidup
Akibat kompresi qalbu
Biarkan itu semua
Saatku penat
Khayalku risau akan hidup ini
Batasan waktu mengingatkanku
Dalam kejenuhan
Pendosa sebutan itu
Teriringkan selalu
Ratapan basahi hidup
Sikapi hidup tak beralasan
Pertandakan sukar
Itulah penatan hidup
Ketidaksesuaian batin yang berlebihan
Rabu, 12 September 2007
BARISAN
Menatap kerasnya bumi
Dalam baringan bersandar
Wahai awan yang menatap bumi
Engkau apakan mereka
Sembari mengayunkan derai
Berjungkal menyisiri beribu kehidupan
Jadikan harapan kepenatan
Setetes lantunan buih
Mendayung membasahi hijaunya fajar
Terangnya harapkan kehidupan
Aktifitas bertaburan
Kesunyian heningkan suasana
Lambat laun mengikis
Menciptakan kerak sorai
Oh barisan …
Kenapa engkau diam
Bicaralah untukku
Berikan suaramu
Kalaupun tak mampu maka
Wujudkanlah dengan segala kemampuanmu
Untaianmu memprakarsai kejamnya kehidupan
Lengkapkan sukmamu untuk menjadi
Kegunaan yang manfaat
LG02090907
Kemiskinan, Indonesia dan Islam
Dibalik semua yang dibangun saat ini berbanding lurus dengan apa yang telah dicitrakan dipublik, kadang mengelabuhi masyarakat sendiri. Setiap hari kita disuguhi bermacam-macam film sinetron yang kontras dengan realitas kehidupan inipun semakin hari semakin menjamur. Padahal disisi lain realitas kehidupan di negeri yang konon melimpah sumber daya alamnya tidak dibarengi dengan human reseourcess yang memadai.
Jerit tangis, busung lapar, dan banyak lagi gelontoran masalah yang setiap saat melanda mulai dari masyarakat kota, desa bahkan kolong jembatan. Problem bangsa yang semakin parah ini tidak segera di tangani, ini PR besar buat bangsa yang menjelang besar.
Instansi pemerintah yang berebut sendiri menangani yaa inilah, itulah sok sibuk apalagi paradigma kebijakan dan politik machiavelispun mendominasi keseluruhan orang-orangnya dan memperebutkan masalah kekuasaan, maka yang timbul adalah permasalahan dan hanya menjadi ajang perebutan wilayah untuk kepentingan sesaat, pribadi bahkan kelompok. Dengan berlomba-lomba mengiming-ngimingi banyak janji yang tak pasti sehingga membuat kejenuhan.
Ini memberi jarak antara Das Sein dan Das Sollen sehingga menjadi sebuah pertanyaan lalu apa kaitannya dengan mayoritas masyarakat kita yang Islam?. Ini menjadi auto kritik bagi kita, dan kalau di telisik maka ada beberapa permasalahan yang menyebabkan bangsa ini seharusnya isin. Hal mendasar pertama yaitu terjadi perduksian Islam di bangsa ini. Islam disini hanya dimaknai bahkan dipahami oleh mayoritas sebatas hubungan vertikal saja. Islampun hanya dibicarakan diberbagai forum, tapi tidak direalisasikan dalam kehidupan.
Sikap dan behavior keberagaamaan model seperti ini lambat laun akan menjadikan suram. Seperti ditayangkan ditelevisi kita setiap saat disuguhi film yang notabenenya religi dengan wujud pesan yang menakutkan kesanya sehingga itu menjadikan momok bagi masyarakat, seolah agama khususnya Islam menjadi tidak membebaskan malah menjadi instrument/alat untuk menindas. Ini pun sesuai dengan prediksi Marx bahwa agama itu candu bagi masyarakat.
Kedua, maraknya ideology kapitalisme yang mengakar dan merebak dibangsa ini sehingga pola pikir pragmatis dan hedonis menjalar kesemua lini tidak mengenal tua muda kaya atau miskin. Khusunya kaum muda banyak yang terserang virus ini, waktu seakan dapat dihambur-hamburkan. Realitas publik menjadi kemenangan opini sehingga banyak hal bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seolah mereka bangga mengikuti tren yang sedang marak dan digandrungi. Sehingga waktu yang seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah malah digunakan untuk seenaknya, asal saya senang. Ruh Bangsa semakin lama terkikis oleh penetrasi kebudayaan barat dan adat, tata karma, sopan-santun layaknya hampir kurang berlaku dibangsa ini.
Ketiga, kemiskinan, kenapa? Karena umat islam yang menjadi komunitas terbesar makin miskin baik membaca, berfikir apalagi sukarela bekerja untuk kepentingan bersama. Padahal banyak hal yang mestinya dibaca baik keadaan, lingkungan baik teks maupun alam, sehingga apa yang ditanam laiknya akan di panen oleh bangsa ini yaitu kejumudan yang merebak dengan maraknya stagnasi pemikiran yang semakin akut.
Akibat dari dominasi paradigma berfikir sempit yang mengakibatkan minimya proses yang terjadi adalah ketumpulan. Dengan membaca menjadi alat yang pertama untuk mencetak analisis tapi kadang kita malas, sungkan sehingga tak terbiasa dengan semua. Terbiasa pragmatis itu akan menjadikan kita terbelenggu dengan minimnya landasan teori yang kita punya kitapun asal debat ngomong asal nyeplos.
Kondisi seperti ini akan menjadikan kita buta segalanya, bahkan kita menjadi permainan yang tanpa disadari seperti boneka dan penonton yang asal mau/maut wae.
Seharusnya kita sadar saatnya kita bangun dan bersatu untuk melawan berbagai penindasan baik di masyarakat terlebih penindasan wacana. Baik yang itu berasal dari Islam sendiri, Timur maupun dari Barat.
Saatnya bangkit bersatu padu dan idealnya kita menguatkan pondasi keislaman kita dan menjadikannya menjadi pedoman. Mengembalikan Islam sebagai spirit dalam kehidupan adalah sebuah keniscayaan”Islam is Progress”. Siapkah kita kita dianggap sebagai bangsa yang miskin?
RAMADHAN DAN LILITAN KEBIJAKAN
Masyarakatpun melakukan pemborongan barang-barang tersebut sehingga secara otomatis akan menjadikan melambungnya harga, sebab semakin banyak permintaan dengan ketersediaan jumlah barang terbatas maka menjadikan harga semakin naik.
Keadaan itu baik disadari atau tidak menjadikan kita harusnya lebih mempu memanajemen mana kebutuhan yang pokok dan mana kebutuhan yang sampingan, sehingga kita pun harus pandai-pandai memilah dan memilih kebutuhan.
Sayangnya keadaan ini tidak begitu diperhatikan pemerintah, toh kalupun pemerintah tahu atas kejadian yang bergulir setiap tahun ini mereka berujar” “ kita akan tetap mengupayakan penanganan masalah ini secara serius” dan kadang juga di barengi dengan adanya operasi pasar. Padahal itu mengakibatkan upaya dari orang-orang tertentu memainkan keadaan “harga” yaitu dengan menimbun atau bahkan menaikkan harga kalaupun masyarakat yang butuh tidak mau membeli dengan harga yang di permainkan bereka juga berdalih stok habis.
Sungguh menjadi dilema tersendiri sudah jatuh tertimpa tangga itu laik menjadi pepetah yang berlaku karena masyarakat kecil yang harus menjadi korban dan tertindas kebijakan, akibat dari kebanyakan para pemain yang membadrol harga, lagi lagi masyarakat grasroot hanya bisa pusing melihat cekikan harga yang melambung tinggi.
Setidaknya pemerintah mampu membaca dan bisa langsung melakukan penanganan khusus berkaitan dengan menjalankan langkah-langkah strategis skaligus taktis, bukan haorang-orang tertentu yang dapat menikmati. Gejolak harga melambung ! STOP, saatnya kita menjalankan puasa. Marhaban Ya Ramadhan
KUASA TUHAN
Tuhan yang menyukai keindahan
Yang merupakan manifestasi cinta
Seorang hamba pada Tuhan
Dengan bersemainya cinta dalam hidupku
Maka timbullah semangat perjuangan
Cinta merupakan realitas mutlak
Seseorang yang mengekspresikan kehidupannya
Dengan kuasamu
Kau ciptakan alam
Dunia tempatku beraktifitas
Kuasamu merupakan kemahaanmu
Kau ciptakan malam
Aku carikan lampu
Kuharapkan pencerahan untuk menerangi malamku
Dinegeriku yang asing dunia
Indonesia terjangkiti uforia
Negeri yang merana
Harapan rakyat jelata.
KERAJAAN CINTA
Kau pasti akan melihat keindahan sedang tersenyum.
Dan gerimis hujan telah turun dari lubang cucuran
Orang beriman merenungi sembari berdiri
Menyambut orang yang memperoleh keindahan
Wahai pengagum cinta
Apakah setulus yang engkau cintai
Sejenak ingat semua cipta
Merenungi hikmah
Jika memang cintamu itu tulus
Maka semua akan menjadi mudah
Seandainya cinta bergemuruh
Diantara kita akan ada tanda
Gerak ritme bertandang
Maka wahai pecita cinta
Renungkanlah dengan mengharap
Secercah harapan bertabur ridhaNya
Takkan terelakkan
Dengan bukti hakiki
Jika pertemuan didunia terasa begitu mulia
Maka ketika bertemu denganmu adalah sebuah kebahagiaan bagi kami
Ketika datangnya dari Allah
Maka berharaplah
Kekekalannya mampu menguasai indahnya hidup
Dalam samudra keRidhaan
Dan ini semua merupakan suatu kekuatan
Yang mampu menjadi pemicu semangat
Suka citaku terobati jika perpisahan ini hanya sekali
Dan akan kembali selamanya
Untuk selama-lamanya
Lemah gempal, 9 September 007
RADIKALISASI HUMANISME PENDIDIKAN
Kita menjadi babu dinegara kita sendiri dengan majikan orang-orang luar , sungguh ironis bangsa ini. Maka sadarlah akan ketertindasan yang membelenggu kreatifitas kita dan kekritisan kita.
Ivan Illich, kritikus pendidikan yang banyak melakukan gugatan atas konsep sekolah dan kapitalisasi pendidikan, mengatakan bahwa kita harus mengenali keterasingan manusia dari belajarnya sendiri ketika pengetahuan menjadi produk sebuah profesi jasa (guru) dan murid menjadi konsumennya. Kapitalisme pengetahuan pada sejumlah besar konsumen pengetahuan, yakni orang-orang yang membeli banyak persediaan pengetahuan dari sekolah akan mampu menikmati keistimewaan hidup, punya penghasilan tinggi, dan punya akses ke alat-alat produksi yang hebat. Pendidikan kemudian dikomersialkan. Sehingga tidak ada kepedulian seluruh elemen pendidikan untuk lebih memperhatikan nasib pendidikan bagi kaum tertindas.
Implikasi atas kapitalisasi pendidikan itu maka masyarakat kita akan susah mendapatkan akses yang lebih luas untuk memperoleh pengetahuan. Yang mampu mengakses adalah mereka yang memang mempunyai banyak uang karena pendidikan adalah barang dagangan yang mewah. Hal ini nampak dalam kondisi pendidikan bangsa kita. Akhirnya, kita semua terpaksa harus membayar mahal demi memperoleh pendidikan. Padahal, belum tentu kualitas yang dihasilkannya akan menjamin atas pembentukan kepribadian yang memiliki kesadaran atas kemanusiaan
Letak kapitalisasi pendidikan sedemikian rupa telah menjelma di negeri ini dengan meneguhkan liberalisasi pendidIkan. Sebagai bukti adanya RUU BHP yang saarat dengan komersialisasi dan ajang politisasi kebijakan.
Apakah kita hanya diam meratapi nasib? Lalu seberapa pentingkah kita apabila melakukan perubahan? Masih banyak PR yang harus kita kerjakan besok lusa
Upaya menggerakkan kesadaran ini bisa menggeser dinamika dari pendidikan kritis menuju pendidikan yang revolusioner, ingat bahwa pendidikan revolusioner adalah sistem kesadaran untuk melawan sistem borjuime yang menjadi wujud kapitalisasi pendidikan saat ini, karena tugas utama pendidikan (selama ini) adalah mereproduksi ideologi borjuis/kapitalis. Artinya, pendidikan kita sat ini telah menjadi kekuatan kaum borjuis untuk menjadi saluran kepentingannya. Maka, revolusi yang nanti berkuasa akan membalikkan tugas pendidikan pada awalnya telah dikuasai oleh kaum borjuis kini menjadi jalan untuk menciptakan ideologi baru dengan terlebih dahulu membentuk “masyarakat baru”. Masyarakat baru adalah tatanan struktur sosial yang tak berkelas dengan memberikan ruang kebebasan penuh atas masyarakat keseluruhan. Pendidikan pembebasan akan dicapai dengan menumbangkan realitas penindasan, yaitu dengan mengisi konsep pedagogis yang memberikan kekuatan pembebasan terbarukan.
Saatnyalah kita memulai dengan sadar akan penindasan mondial yang merenggut kesadaran kritis kita.(86) Semarang,090907.
Antara Ramadhan dan Pribadi dan Kesalihan
Dalam berpuasa banyak hal terkandung didalamnya, merupakan bentuk ritual yang dijalankan sehingga menjadikan kita merasa lebih dekat dengan Allah. Dimana kita tidak hanya menahan rasa lapar dan dahaga tetapi juga menahan hawa nafsu dan segala hal yang mengurangi bahkan menjadikan batal puasa itu sendiri. Argument ini menunjukkan bahwa puasa bukan secara fisik tetapi juga secara batiniah (Rohani).
Menahan rasa lapar dan dahaga seharian penuh (puasa) dapat menjadikan sebuah bentuk upaya menuju kepada rasa ketaaatan kepada Allah. Selain itu juga memberi makna lain bagi yang menjalankan puasa diantaranya menahan segala bentuk tingkah laku dan ekspresi seperti marah jengkel, iri dan dengki. Rasa simpati dengan sendirinya dapat muncul dan dirasakan oleh pelakunya, sehingga akan lebih respon terhadap kondisi yang sedang melanda umat. Hal inidapat dilihat dalam realitas sosial warga masyarakat dinegara ini seperti dalam kehidupan sehari-hari banyak menderita, baik secara jasmani maupun rohani dalam konteks kesejahteraan hidup. Sehingga puasa sendiri merupakan bentuk ibadah ritual yang dapat membentuk pribadi “melek” terhadap keadaan bangsa ini.
Sia-sialah mereka yang melakukan puasa dan ibadah ritual lain seperti yang ada dalam rukun islam. Baik salat, zakat dan ibadah haji apabila dilakukan sebatas ritual fisik tapi mengabaikan apa yang terjadi disekitarnya.
Sangat ironis sekali tatkala ibadah yang dijalankan selama ini hanya dilanggengkan sebagai ritualitas atau seremoni tanpa arti yang dilakukan setiap saat. Apa gunanya semua itu tatkala melihat kekerasan, kezaliman dan penindasan dimana-mana hanya diam dan melihat saja tidak mau bertindak. Ritualitas yang menunjukkan layaknya taat secara vertikal (antara hamba dan sang khalik) tetapi tidak respek terhadap dilema kemanusiaan yang meraja lela, sama saja kita membiarkan dan mentolerir kejahatan seketika itu. Dari kenyataan sosial seperti bertingkah laku membabi-buta menginjak norma-norma secara otomatis membumi-hanguskan harkat martabat kemanusiaan itu sendiri.
Puasa merupakan ibadah yang sangat signifikan dalam menggembleng dan membentuk pribadi individu yang saleh. Tapi itu hanya imajiner belaka manakala melihat realitas yang bobrok tapi hanya diam saja, itu justru mengeliminer ruh dan subtansi dari ritualitas ibadah dan puasa sendiri.
Lalu apa bedanya orang yang melakukan ibadah dengan orang yang tidak melakukannya, diam ketika melihat kesemena-menaan senyum tatkala orang lain menderita, tertawa disaat orang lain menangis diam pura-pura tidak tahu dikala melihat umat ini tertimpa musibah.
Kita dapat melihat realitas social masyarakat dari bangsa ini bahwa dalam menajalankan puasa, tarawih dan ibadah-badah lain dan banyak orang berlomba-lomba beribadah, ada yang berzikir, ada yang berceramah bertutur kata manis dan ritualitas yang menunjukkan ketaatannya secara fisik.
Tapi itu hanya sebatas ibadah da’wah bil maqal (lisan) yang menjamur di masyarakat tanpa diimbangi dengan da’wah bil hal (behavior/tingkahlaku) itu terbukti dari aktifitas keseharian. Dari bermacam-macam dilema ritual diatas mungkin terasa hampa dan sia-sia ibadah itu tanpa diimbangi oleh rasa empati dan tindakan yang nyata.
Dengan kata lain kepedulian terhadap sesama, sehingga puasa dan ritual ibadah yang kita lakukan bukan sekedar hubungan vertical (antara hamba dan Tuhannya). Tetapi juga diimbangi dengan hubungan secara horizontal (antara manusia dengan manusia yang lain).
Sehingga dapat tercipta komunitas masyarakat yang humanis dan harmonis. Rasa solidaritas dan kasih sayang terhadap sesama makhlukNya bila sudah mengakar dan mendarah daging pada pribadi individu ketika menjalankan ibadah pun akan terasa khusyu’. Itu menunjukkan bahwa etika moral dan akhlak harus bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun terlihat sederhana puasa itu tetapi, kalau dibarengi dengan keikhlasan dan rasa tanggung jawab dalam menjalankannya akan berdampak pada pribadi yang peduli akan nasib orang lain sehingga kepedulian social dapat menghiasi ritualitas secara holistic.
Sehingga puasa dapat berimplikasi pada diri yang taat dan peduli terhadap problema keummatan sehingga puasa akan terasa lebih afdhol (mendapat nilai plus) dan esensinya pun tercapai.10.05/prev
Minggu, 09 September 2007
TEBANG PILIH
Melihat fenomena tebang pilih koruptor yang terjadi seakan menjadi kegelisahan tersendiri bagi negara ini, memang tanpa disadari itu merupakan lubang besar yang harus segera ditambal supaya tidak menjalar ke sektor lain. Menjamurnya koruptor yang terjadi di Indonesia selama ini bak penyakit yang sangat akut bahkan sulit di obati atau disembuhkan.
Lembaga yang merupakan penegak hukum dan dipercaya masyarakat selama ini dalam menjalankan tugasnya sebagai algojo pilihan, tetapi malah menjadi polemik tersendiri bagi kedilan yang notabene sebagai lembaga yudikatif (pelaksana UU) malah melakukan penyimpangan sendiri entah itu disadari atau pura-pura tidak disadari dan telah berlangsung sampai sekarang.
Penyimpangan ketidaksengajaan ini mungkin terjadi disebabkan beberapa faktor di antaranya kurangnya pengawasan atau ketidakberanian para penegak hukum dalam menegakkan hukum. Di mungkinkan juga terdapat oknum(mafia peradilan) yang ikut andil di dalamnya dalam melakukan proses peradilan tersebut, sehingga penyimpangan hukum tidak dapat dihindari.
Bagaimanapun itu merupakan fenomena yang dilematis dan perlu adanya pengusutan masalah yang jelas demi kebaikan negeri, mungkin kita perlu sedikit menilik dari lirik lagunya Iwan Fals “ Tegakkan hukum setegak-tegaknya adil dan tegas tak pandang bulu, pasti kuangkat engkau menjadi manusia setengah dewa” yang merupakan hiburan sekaligus sindiran atas persepsi masyarakat bagi lembaga hukum negeri ini ketika dalam dataran praksisnya masih sebatas panggung sandiwara.
Berlaku adil mungkin cukup sulit tapi setidak-tidaknya itu suatu kewajiban dan tugas berharga yang harus segera dilaksanakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, pemerintah harus berlaku adil, tanpa pandang bulu apa itu Lembaga Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif.
Kedua pemerintah harus berlaku tegas bukan karena kelatahan “berantas korupsi sampai keakar-akarnya” tapi perlu keseriusan juga kejelasan dalam mengimplementasikannya dan disertai dengan prilaku nyata yaitu penegakan hukum kepada para koruptor dan pelaku mafia peradilan untuk memperbaiki kebobrokan bangsa yang nantinya jadi cerminan bagi penerus bangsa mendatang.
Ketiga, pemerintah perlu dengan segera melakukan itu semua dan dengan sikap atau tindakan tersebut merupakan poin tersendiri yang akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat selama ini telah menyurut, ternyata mencegah lebih baik daripada mengobati itupun layaknya masih berlaku juga bagi peradilan negara ini.
Ironi negara dalam dialektika idelisme menjadi pendewa uang, sungguh nistanya sebuah harapan menuju keadilan. jadikanlah anda sebagai pelawan yang pertama dan utama dalam memporak porandakan kerusakan sistem birokrasi yang nyata. siapkah?
Sabtu, 08 September 2007
Diam
Menanti fajar meyingsing di ufuk
Menatap detik-detik berlalu
Sirna di telan waktu
Di alam yang gelap gulita
Kusongsong butiran terang yang datang
Dengan gemerlap penuh harap
Membawa damai tak terkira
Kutatap jauh ke depan
Hamparan padi menguning
Bulir-bulir tergerai merunduk ke tanah
Diterpa angin sepoi
Disini aku duduk
Di bukit berumput hijau
Menjadi saksi bisu
Keindahan alam tak terlukiskan
Disini aku diam
Dalam pagi yang senyap
Embun pagi menemani
Sejahtera membasahi hati
Perlawanan
Ingat ........
Masa depan bukan untuk dinanti
Tapi untuk dihadapi
Dengan dedikasi tinggi
Disiplin, desire
Beranikan diri untuk menjadi
Menjadi lebih
Menjadi wah
Menjadi segalanya
Tapi bukan berarti semena-mena
Dengan perang melawan nafsu
Menghadapi kerasnya hidup
Merubah tipologi
Kepastian
Jangan fokuskan diri kepada kelemahan.
Tapi pandanglah jauh ke depan.
Karena di balik setiap kelemahan,
Tersimpan suatu kekuatan tersembunyi,
Rahasia yang hanya akan terkuak
Bagi mereka yang mau berhenti
Mengasihani diri sendiri,
Dan belajar untuk melepaskan diri
Dari masa lampau
Serta berusaha kembali
Ingat perubahan itu yang pasti
Untuk maju menuju yang hakiki
Revolusi melawan tirani
Gerakan menuju kebenaran
Hadapi dengan perlawanan
Kawan...........
Kemana peran kalian
revolusi
Sudah Saatnya Mengangkat Harkat Petani
Suburnya tanah Indonesia didukung pula dengan luasnya lahan untuk pertanian. Sehingga dengan demikian, lengkaplah sudah kegembiraan kita sebagai bangsa. Akan tetapi, timbul pertanyaan bagaimanakah nasib masyarakat Indonesia, khususnya para petani dari dulu hingga sekarang ini? Sudahkah mereka mengalami taraf hidup yang relatif baik, selayaknya kekayaan tanah dari negara yang mereka diami sekarang ini?
Pertanyaan tersebut amat penting untuk kita refleksikan. Karena hampir tak ada yang membantah bahwa nasib atau keadaan petani pada umumnya dan kaum pinggiran lainnya, cenderung terpuruk. Salah satu penyebabnya adalah posisi petani yang lemah ketika diperhadapkan dengan berbagai dimensi kehidupan lainnya. Petani sebagai bahagian dari masyarakat, selama ini cenderung dimarginalkan. Artinya, nasib petani hampir mirip dengan nelayan, buruh, dan kaum miskin kota lainnya, yang selalu menjadi korban pertama dari setiap ada kebijakan pemerintah, seperti kenaikan harga BBM yang memicu kenaikan harga Sembako. Kemudian nasib petani semakin terpuruk lagi, karena ulah para cukong dan tengkulak yang dengan kekuatannya mampu mengontrol harga-harga. Disinilah pemerintah kurang memainkan perannya.
Adanya kebijakan pemerintah yang belakangan dinilai oleh banyak kalangan sebagai kebijakan yang kurang populer, ternyata sangat memberatkan bagi petani. Tingginya biaya hidup, sementara produksi cenderung menurun, membuat lilitan lingkaran setan kemiskinan menjadi amat menyakitkan bagi mereka. Anak-anak mereka pun banyak yang akhirnya putus sekolah.
Bagaimanapun, petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian harus ditolong untuk bisa keluar dari penderitaan tersebut. Produksi hasil pertanian mereka harus dipacu. Harga-harga harus distabilkan. Mata rantai penderitaan harus diputus. Disinilah peran pemerintah, mulai dari pemerintah daerah hingga pusat, diharapkan agar lebih maksimal.
Salah satu penyebab lingkaran setan tersebut adalah soal mahalnya harga pupuk. Pada hal, seperti kita ketahui bahwa pupuk adalah komponen penting dalam meningkatkan hasil produksi pertanian. Jika harga pupuk mahal, maka hampir dapat dipastikan petani akan kesulitan dalam mendapatkannya, dan pada akhirnya akan menyebabkan produksi menjadi menurun.
Mahalnya harga pupuk, banyak bibit asli yang beredar di masyarakat, menurut para petani, telah membuat mereka kesulitan untuk meningkatkan hasil produksinya. Karena itu, mereka sangat berharap adanya perhatian serius dari pemerintah. Salah satunya adalah dengan menghentikan impor beras. Pemerintah harus melindungi petani yang terus dalam kondisi terpuruk dengan menghentikan impor beras. Karena disamping stok beras yang masih mencukupi, hal ini juga berarti terbuka kesempatan yang luas bagi para petani untuk memasarkan hasil produksinya.
Persoalan selama ini yang dihadapi para petani adalah menyangkut rendahnya harga jual hasil pertanian mereka. Ini seolah menambah mata rantai penderitaan para petani. Jika harga bahan atau keperluan petani mahal, maka seyogianya harga jual produksi pertanian juga harus tinggi. Dengan demikian ada keseimbangan. Petani akan dapat bernafas lega. Jika tidak maka penderitaanlah yang menghantui mereka. Berkaitan dengan itulah, kini saatnya pemerintah untuk semakin memperhatikan nasib petani.