Perhelatan panjang tahun 2008 kini telah berakhir. Banyak permasalahan pelik bangsa baik berupa kemiskinan, pengangguran, kelaparan dan lainnya. Demikian juga krisis politik mungkin dikatakan telah menjadi bagian dari itu semua. Istilah merdeka yang dirayakan tiap bulan Agustus dengan diperingati secara Akbar hanya sebagai lipstik dan itupun dirasakan oleh segelintir orang.
31 Desember 2008 itu adalah tanggal terakhir di tahun ini, yang memikul banyak tanggungan, masyarakat seolah lupa atas semua. Realitas ini bukanlah ilusi namun adalah fakta. Bisa kita lihat mulai malam ini ketika detik terakhir menjelang pukul 24.00. dengan pesta-pora seluruh masyarakat baik dari berbagai kalangan tumpah ruah untuk merayakan tahun baru. Inikah bangsa indonesia, sebagai bangsa yang selalu lupa akan penderitaan panjang dan tersistem. Seolah ritualitas akhir tahun ini mencairkan kebekuan politis sosial, tanpa terkendali beragam cara dilampiaskan untuk mengucapkan selamat datang tahun baru, selamat tinggal 2008.
Sejanak kita berfikir apakah ini sudah menjadi kebiasaan yang membudaya dan mengakar di seantero masyarakat negeri ini. Bukankah bangsa ini bangsa yang bijak, dimana para masyarakat merasa tidak nyaman dengan berbagai kebijakan pemerintah. Baik itu masalah, pendidikan, politik, budaya, ekonomi, pertahanan keamanan, hukum dll. Namun disisi lain menghadirkan kontras, orang percaya pada ramalan nasib, orang berlomba mengadu pada lotre kehidupan. Haruskah diakhir tahun ini terulang di tahun 2009 mendatang?, inilah liku bangsa yang tak tentu arahnya.
2009 seolah harapan baru yang menghipnotis seluruh lapisan masyarakat, inipun bersanding dengan tahun baru 1430 hijriyah. Apakah ini hadir hanya diharapkan dan dipercayai sebagai keberuntungan, atau sebaliknya akan hadir ketergantungan besar bagi seluruh masyarakat akibat paceklik ketidak pastian pemerintah menentukan kebijakan untuk menghalau kemiskinan dan krisis multidimensi yang merebak bak jamur hadir dimusim hujan. Harusnya ini menjadi introspeksi bersama akibat ketidak jelian kita melihat realitas dengan berbagai aspek strategis.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menggunakan slogan Jas Merah-Sukarno (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Itu akankah menjadi bagian besar identitas kebangsaan yang hadir karena uforia masa lalu tanpa kita tanamkan pada setiap diri kita. Demikian besar permasalahan yang tidak bisa diselesaikan pada tahun 2008 ini dan membumbung tinggi kebijakan politis atas nama untuk rakyat, ini kalau tidak diantisipasi segera maka akan menjadi bumerang besar di tahun 2009. kalau saya istilahkan tsunami politik akan menghantui dan melanda ditahun 2009 mendatang. Krisis melanda pada berbagai sektor termasuk akibat politisasi diberbagai kebijakan untuk penanganan masalah. Outlook politic 2009, itulah istilah yang saya kemukakan dan menjadi pembacaan bersama atas kondisi bangsa yang tidak pernah lepas dari permasalahan kemiskinan yang pelik.
Apakah kita akan optimis diakhir tahun ini atau sebaliknya pesimis menghadapi 2009? Tentunya ada dua karakteristik untuk bisa menjawabnya. Bangsa ini adalah bangsa yang besar dimana dari pencandraan geopolitik dibutuhkan sosok pemimpin kedepan yang mempunyai optimisme akan perubahan akbar diantaranya mempunyai integritas, keberanian mengambil resiko, berkarakter tegas memihak rakyat kecil dengan kacamata keadilan dan tidak memihak pada antek-antek asing, mempunyai harapan dan visi kepemimpinan yang jelas. Seberapapun hebatnya pemilu 2009 di gulirkan kalaupun tidak bersih dan tidak bisa membawa perubahan maka akan hanya menjadi beban yang terulang ditahun-tahun sebelumnya.
Tahun 2009 adalah harapan besar untuk menyongsong optimisme perubahan. Dari pembacaan politik kebangsaan harusnya kita sadar dan mengerti akan keterpurukan yang terulang ditahun 2008. meng-amputasi kemiskinan (menghalau) adalah cara terbaik dan harus dilakukan dengan berbagai cara yaitu membuat kebijakan strategis memihak kaum mustadhafien. Kedepan bangsa ini harus mempersiapkan estafet kepemimpinan politik yang lebih matang. Semua perlu disiapkan mulai sekarang guna menyambung lidah masyarakat. Bukan sebatas janji tapi adalah bukti. Trush and change is answer.
Lemah gempal, 13.00 sonten.31 Desember 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar