Gerimis itu
Suara riuh air menghujam bumi
Membasuh rimbunnya daun yang kerontang
Jalan berkelok yang membara
Kini tersayat oleh hempasan cepat lepasnya serpihan air
Hingga tak sanggup mata ini menghitungnya
Berapa jumlah hantaman air bertubi tersebut
Itulah hujan
Yang selalu dinanti oleh gurun sahara
Karena teriknya matahari yang ganas
Hingga dahaga itu seketika terobati
Air hujan
Menyapa telinga dengan gemericiknya
Mengajarkan mata sederhana
Merelakan diri agar memberikan arti
Ditemani guntur bergema
Hingga kadang terurai menjadi lain
Entah karena apa
Air hujan itu ditakuti
Hingga manusia sadar
Banjir dan bencana semua karena ulah manusia
Hujan menjadi berkah
Mendinginkan suasana
Daun pun santainya bergoyang
Menerima hentakan irama air itu
Hamparan alam dihipnotis oleh berkah
Menerima hujan dengan lapang
Untuk menebus panasnya bumi
Melalui hati
Menjadi suci
Air itu
Menjadi gerimis
Menjadi hujan
Hingga air itu mengalir dari ketinggian
Menuju dataran
Mengisi aliran sungai
Menjadi berkah
Menjelang Sore
Kaliurang Jogjakarta, 25 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar