Akal dan ilmu adalah dua fariabel yang bertransformasi dalam menguraikan ide dalam kerangka konseptual. Merupakan suatu perkara keniscayaan yang penting dalam menalar sebuah permasalahan. Kadang orang yang memiliki kemampuan berfikir tetapi transformasi keilmuannya sangat sedikit bahkan bisa dikatakan lemah.
Diibaratkan seperti pabrik yang tidak memiliki bahan baku yang akan diolah atau bahan bakunya sangat sedikit dan ini jelas mempengaruhi hasil produksi dan bisa dipastikan hasilnya sedikit pula, karena kuantitas dari produksi ditentukan oleh bahan bakunya.
Pengolahan dari pabrik pun demikian pula walau bahan bakunya melimpah tapi bila mesin pengolahnya tidak difungsikan seperti layaknya pabrik yang produktif maka akan terjadi kelumpuhan.
Pengolahan dari pabrik pun demikian pula walau bahan bakunya melimpah tapi bila mesin pengolahnya tidak difungsikan seperti layaknya pabrik yang produktif maka akan terjadi kelumpuhan.
Dari sedikit awalan diatas merupakan realitas kekinian dari kreatifitas kemanusiaan yang saya analogikan seperti pabrik dan bahan baku yang mensyaratkan wujud produksi dan sistem yang melingkupinya. Sementara akal dan ilmu merupakan instrumen yang mempengaruhi dalam pribadi manusia yang mewakili dari produksi gagasan-gagasan besarnya.
Antara pengembangan nalar kritis kemanusiaan untuk kreatifitas manusia dalam tradisi modern cenderung mengesampingkan nilai estetika dan cenderung pada arogansi intelektual. Sadar atau tidak kita telah melampaui dari tujuan sebenarnya kita hidup didunia, karena manusia mengikuti akalnya yang dijadikan budak oleh nafsu.
Sudah banyak fakta hasil riset dari berbagai disiplin ilmu yang meneliti dan mengkaji tentang perilaku manusia, baik dari kontribusi pra anggapan hingga fenomenologi yang melibatkan sains modern. Kontribusi dari penelitian tersebut dalam pendekatan eksperimentatif pun mulai memasuki perilaku manusia dalam mengejawantahkan kenyataan apa yang sering diistilahkan “homo homini lupus atau juga sering dikaitkan dengan homo economicus.
Entah berapa banyak yang sudah memasukkan model stimulus dari disiplin keilmuan psikologi behavioristik hingga riset sosial yang melibatkan data seecara kolektif untuk bisa menghasilkan validitas data yang mampu menerjemahkan kehidupan manusia yang sangat kompleks.
Intepretasi yang terjadi merupakan penerjemahan yang dilakukan antara realitas yang dikaji dalam disiplin ilmu hingga memfokuskan pada aspek kebudayaan-tradisi lokal yang menjadikan riset antara model, konsep hingga rata-rata para pelaku yang menggunakan scientific research mampu memahami berbagai masalah menjadi temuan dalam kesimpulan riset itu sendiri.
Memang kalau kita kaji dan sedikit fokus dalam konteks sains adalah justifikasi yang pada dasarnya tak ada batasan yang jelas dari keilmiahan sebuah metode. Mau tidak mau dari konteks penemuan adalah verivikasi yang cenderung koheren dari koresponden yang bersifat ilmiah. Semuanya merupakan bagian pengembangan akal yang didasarii ilmu lewat berbagai cara baik itu pengalaman empiris, penalaran rasional, imajinasi bahkan hingga mimpi. Inilah pentingnya ilmu yang harus didasari pada kehadiran ilmu hudhuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar