SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Senin, 08 Desember 2008

REVITALISASI KEBHINEKAAN ”BERBEDA TAPI MESRA”

Slogan Filosofi bangsa merah putih ini adalah kebhinekaan, walaupun berbeda tetap satu jua. Seolah ini masih difahami dalam bingkai minimalis dan ekslusif. kemajemukan harusnya menjadi bukti dari adanya banyak keragaman SARA yang tetap menjadi ruh kebhinekaan diperingatan sumpah pemuda dan hari pahlawan.
Jika ditarik dari spektrum yang lebih luas terlebih dihubungkan dengan sikap beragama, maka inklusifitas menjadi keniscayaan yang harus diwujudkan dalam berperilaku dikeseharian masyarakat kita. Demikian bukti bahwa pluralitas yang hegemonik dapat difahami sebagai bagian dari wujud demokrasi kebangsaan yang esensial.
Lalu bagaimanakah ukuran keberagaman yang muncul dinegeri ini atas toleransi dan bentuk saling hargai? Inilah yang belum tergarap. Tragedi monas, konflik atas nama suku, ras dan agama menjadi lembaran-lembaran hitam panjang, bahwa keberagaman malah menjadi ajang untuk menciptakan konfllik yang bernuansa politik dan cultural.
Ini diakibatkan dari ketimpangan terhadap pendidikan keberagaman, doktrin setara masif untuk bersatu masih menghegemoni perbedaan adalah niscaya. Lalu bagaimana sebenarnya dengan pendidikan kita? kurikulum yang kita jalani dalam prosesnya dipakai dalam formal? Ini menjadi perhatian bersama bahwa dalam memaknai perbedaan adalah rahmat belum sepenuhnya atau malah masih setengah hati.
Kebhinekaan malah menjadi tak berdaya akibat sekat perbedaan, jargon kebhinekaan hanya sebatas slogan yang dibaca. Dari kondisi inilah diperlukan revitaliassi pemaknaan atas kebhinekaan dengan memahami kondisi kemajemukan benar menjadi dasar penghargaan di tengah konflik bangsa yang kian tak pernah usai.
Pendidikan inklusif ditengah pluralitas latarbelakang masyarakat yang meneguhkan kembali kesatuan atas perbedaan yang didasari dengan kesadaran transenden atas perbedaan. Harusnya dapat dibumikan dalam kurikulum pendidikan kita walaupun tidak harus tersirat. Inipun dapat diterapkan dengan hidden curriculum yang menumbuhkembangkan kesadaran kemajemukan dalam pendidikan kita.
Sehingga tidak difahami sekedar kebaikan negatif (negative good) yang ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme (too keep fanaticsm at bay) yang difahami dan ditrerjemahkan untuk bertoleransi. Kesalihan sosial ini diharapkan dapat terbagun dengan menghargai dan menghormati sesama manusia dalam bingkai kesadaran moderat.
Slogan persatuan akan rapuh bila tanpa didasari dengan kesadaran atas perbedaan dan kemajemukan kebhinekaan, fondasi inilah yang perlu dibangun bersama untuk menciptakan kebersamaan dalam perbedaan tanpa mengesampingkan toleransi dan adaptasi dengan pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan keadaban.
Memahami adalah dengan sedia saling mendengarkan berdialog bekerjasama untuk membangun peradaban manusia sendiri. Agama adalah penyelamatan (the salvic preswence) sehingga bukan dimaknai sebatas aktifitas rutin dengan tradisi saja.
Marilah menciptakan keadilan dengan slogan ”berbeda tapi mesra” ditengah keberagaman dan kemajemukan ummat dan bangsa
lemah gempal 4

Tidak ada komentar: