SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Kamis, 30 Desember 2010

Belajar Dari Kekalahan Untuk Bangkit dan Menang

Kekalahan kesebelasan Indonesia dari Malaysia dalam final pertandingan piala AFF 2010 disebut-sebut sebagai dampak buyarnya konsentrasi bisa dikatakan kurang fokus. Selain dua hal tersebut tekanan mayoritas untuk menang juga menjadi beban tersendiri untuk mereka pikul disaat tanding. Dari realitas kondisi tersebut menjadi beban mental yang terakumulasi dalam permainan. Mau atau tidak kita harus menerima kekalahan tersebut.
Indonesia tidak perlu malu belajar dari kekalahan dalam bertanding, juga harus belajar dari kemenangan tim Malaysia yang menjuarai pertandingan piala Suzuki AFF 2010. Dalam pertandingan ada menang dan kalah, siap juara harus mau menerima hasil dari pertandingan walaupun dengan hasil yang tidak memungkinkan juara. Inilah permainan yang selalu mengedepankan sportifitas.
Beban yang terlampau berat kini pun telah usai, walaupun hanya Runner Up kita harusnya bersyukur, karena masyarakat juga sudah tau kondisi dilapangan dalam pertandingan semalam. Mari kita semua belajar dari pertandingan semalam; pemain kini telah berusaha sungguh sungguh, dan kedepan harus disiapkan lebih matang dalam menyambut pertandingan-pertandingan agar Indonesia bisa menang.
Penonton "suporter" pun demikian sebagai pendukung harus bisa memberi teladan bagi semua, walaupun tim yang didukung kalah jangan sampai kemudian mengalihkan gelora semangatnya ke hal-hal yang negatif yang mencederai pertandingan. Masyarakat publik pun harus bisa memberikan teladan bagi generasi, dengan memberikan nasihat ataupun saran positif bahwa semua ini adalah pertandingan dan setiap pertandingan akan membawa koskuensi, menang atau kalah, dan kita harus siap menerimanya.
Dalam ranah lain, publik kita dihadapkan pada realitas olahraga yang berbaur dengan politik, dengan cara yang kadang kurang pas dalam posisi tertentu, menyambut suksesnya tim nasional menembus final bak pendukung fanatik kemudian elite menghibahkan fasilitas kepada tim nasional sebagai jasa " yang memberikan kesan" politik pun ingin diakui atas prestasi tim garuda Indonesia.
Egoisme politik pun kentara, dalam kondisi tertentu bisa kita lihat instruksi elite dalam mempengaruhi kebijakan PSSI untuk mengambil keuntungan bahwa dalam saat seperti itu siapa yang mempunyai kekuatan dalam ranah politik arogansi juga ditampakkan. Menurut hemat saya gejala "polusi kebijakan" diatas kepentingan olahraga harusnya diminimalisir dalam kondisi tertentu, karena ini juga menjadi faktor penentu lain yang mengakibatkanmempengaruhi mentalitas pemain. Akumulasi lain dari disfungsi tanggungjawab pertandingan elit politik membawa efek kurangnya kesolidan dari semua unsur. Inilah yang berbahaya dan berdampak pada efek kefokusan dalam segalanya.
Persepsi politik yang semakin belukar telah melukai publik, bahkan sikap partisipasi juga, harusnya untuk mendukung kemenangan tim kita, semua struktur yang mempunyai kebijakan harusnya lebih bijak dan tahu bagaimana memberi yang terbaik untuk warganya dalam mendukung tim. Bukan malah sebaliknya memainkan kondisi, tiket harganya dinaikkan dan ini sangat tidak rasional. Ini termasuk bentuk pemerasan dengan eskalasi harga tiket. Diskriminasi dan eksploitasi inilah yang jelas-jelas menindas, dan inilah hamparan sistem yang dikotori oleh kepentingan politik tertentu.
Olahraga dan politik boleh bersanding, tapi ada tempatnya tersendiri. Strategi politik dalam olah raga adalah hal yang wajar tapi ini sebalilknya politik dijadikan komoditas untuk mengklaim olahraga sebagai sebuah keberhasilan. Tendensi kepentingan selalu dominan dan melukai, kenapa saya berkata demikian, karena ini jelas ada kepentingan pribadi diatas kepentingan golongan. Jelas ini tindakan tidak terpuji dan lalim, ideologi "egoisme" telah menjadikan tidak warasnya para pemimpin elite, persekongkolan dan sikap berupa tindakan lain menjadi penyakit yang tidak kunjung usai dan sulit dicari obatnya.
Motif terselubung dan tersembunyi diatas sebenarnya menjadi artikulasi nyata dari perilaku politik yang berat ditanggung, logika yang digunakan cenderung asal tendang, tanpa memikirkan kepentingan mayoritas. Lagi-lagi rakyat hanya sebagai penonton. Seharusnya semua bisa diakhiri dan obatnya mudah, semua harus mengeti, bahwa kejujuran, kesadaran dan kemauan untuk mementingkan kepentingan umum diatas kepentinga pribadi dan menghempaskan komoditas dalam kepentigan tertentu akan mampu mengurai benang kusut hamparan problematika diatas.
Jangan sampai ini berdampak negatif lebih panjang. Semua ini memang permainan, ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi ada yang lebih dari itu untuk kita pikirkan dan kita renungkan. Untuk bisa bangkit dan berhasil dimasa mendatang kita harusnya mau belajar dari masa lalu hingga hari ini, kenapa kita kalah? Dari situ kita akan mampu merefleksikan dan memulai yang baru menjelang tahun baru.
Memang sportifitas, konsentrasi dan fokus adalah sesuatu yang sangat penting. Factor tersebut akan memberi arti sendiri. Indonesia masih ada harapan, tinggal kita memilih kapan kita mau menang dan kita harus memulai dari pelajaran penting dari kekalahan. Untuk mencapai kemajuan ada yang lebih dimasa kita, yaitu mengisi waktu dengan aktifitas yang positif. Kita harus bisa menggulirkan ide menjadi sesuatu yang konkret. Perubahan dan perbaikan untuk masa depan ada pada kita semua, kita masih punya masa depan untuk kita menangkan dalam segalanya yang akan kita tentukan dari pelajaran hari ini.
Tentunya ada yang lebih penting dari kita semua, kita harus menghilangkan ideologi “pragamatisme” yang cenderung merusak moralitas. Kekuatan ada pada harapan dan ideology yang dianut, termasuk para elite yang harusnya member contoh, apalagi para pemimpin! Harusnya mereka lebih mengerti apa yang terbaik untuk rakyat dan negeri ini. Pemerintah, masyarakat, warga dan pasar adalah koneksi yang akan terakumulasi dan kompleks. Siapa yang mudah tergoda dalam tarikan “pragmatisme” maka disitulah akan terjadi penipuan dan penindasan.
Akankah kita diam ? Atau kita tergerak untuk menghentikan kekacauan, marilah kita bersama belajar dan belajar dari realitas hamparan panjang yang terjadi dinegeri ini. Kita bisa, kita punya kekautan dan kita mampu menang siap untuk menjadi juara.

Jakarta,
Akhir tahun,30 Desember 2010

Rabu, 29 Desember 2010

Tahun 2011, Menggugat Indonesia dan Kemungkinan Tak Terbatas


Tahun 2011 sebentar lagi hadir menyambut kita, bahkan tinggal hitungan hari kita akan memasuki tahun yang memberikan banyak kemungkinan tak terbatas. Karena dalam benak saya terlintas spirit positif untuk menatap masa depan dan meretas nasib, semuanya tergantung dari apa yang kita lakukan pada saat ini yang mempertimbangkan sikap kita dari apa yang harusnya kita lakukan hari ini. Kemudian saya menegaskan dalam awal kalimat diatas ada harapan dan kemungkinan dari kata “tak terbatas”, itu menjadi konskuensi dini tatkala kita memberikan harapan dan keberanian untuk bertindak saat ini dan menjadi kebijakan laku untuk menyongsong esok yang lebih baik.

Realitas ke-Indonesiaan
Mari kita tengok sebentar tahun ini, dimana 2010 sebagai tahun yang pernah kita lalui dan kita hadapi. Berbagai hiruk-pikuk kejadian menguraikan bahwa 2010 akan menjadi pijakan untuk merefleksikan hamparan realitas yang ada. Mulai dari beruntun kejadian yang membuat kita tersayat dengan tragedi akibat bencana alam yang datang silih berganti menimpa saudara-saudara kita. Wasior di Papua Barat dengan banjir bandangnya. Di kepulauan Mentawai Sumatra Barat, gempa dan tsunami yang telah meluluh lantakkan banyak infrastruktur, serta letusan letusan Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang kesemuanya menelan korban jiwa dan harta yang cukup
banyak.
Kemudian kebingaran warga Negara ini dengan sebutan “supporter” yang mendukung dan memberikan spirit positif kepada tim nasional sepak bola hingga “Garuda Didadaku” mampu menyihir jutaan mata. Sadar atau tidak kita telah melampaui kebiasaan dan kita harusnya lebih mengerti akan realita yang bergulir setiap detik, hingga menjadi hari, bulan dan tahun. Sehingga 2010 kini mengajarkan kita banyak hal tentang kehidupan. Keberagaman kondisi dan situasi yang mengkerucut dalam uforia social hingga menjulur dan menjadi benangkusut atas nama kebijakan. Bahkan tak banyak yang mengklaim dengan alas an tertentu oleh sekelompok kepentingan dipolitisasi menjadi keberhasilan mereka.
Sedemikian nyata bahwa masa telah memberikan jalan dan menorehkan cita, masa lalu biarlah menjadi pijakan kita dalam perlakuan sikap kita hari ini, mari kita jadikan masa lalu dan saat ini menjadi sejarah untuk kita torehkan menjadi pijakan yang lebih baik untuk masa depan mulai sekarang. Saat ini kita telah mengerti kondisi, dari kendala personal yang mempengaruhi system social hingga kendala mondial yang mempengaruhi cara berfikir hingga menjadi tindakan individu warga negara. Sungguh ini menjadi nyata apa adanya dari sederet masalah yang tak kunjung usai.
Persolan demi persoalan, solusi demi solusi hingga karena tak sanggup menguraikannya bahkan ada yang menggunakan cara lain yang tidak masuk akal dengan menggunakan mantra dengan mencari orang pintar. Memang itulah watak dari masyarakat kita, yang cenderung memilih jalan pintas. Biarlah kejadian yang menjelma dalam wujud lain ditafsirkan dengan berbagai paradigma (sudut pandang) dalam aksi lain yang pasti kita harus lebih bisa menjelaskan dalam langkah nyata.

Indonesia dan Kemungkinan
Indonesia, 2010 dan saya. 2011, semuanya dan dunia kini mulai berbenah dari kekacauan politik, ekonomi, social budaya hingga menerobos kemajuan aksi menjadi barang jadi berupa teknologi. Hingga saya kadang susah menguraikan dalam kata-kata yang terstruktur untuk menjelaskan hamparan 2010 dari yang paling “sepele” hingga yang paling dahsyat tampak dimata kita bahkan kadang tak bisa kita terima dengan akal sehat. Semua adalah hasil dari perlakuan kita dan alampun menjawab dengan caranya. Seperti apapun dan bagaimanapun semua sudah terjadi dan pastinya jika kita uraikan dalam berbagai ekspersi akan menghasilkan kebijakan yang berwatak kebijaksanaan.
Pertarungan ditubuh negera ini pun menjadi tontonan, elit-pun sedemikian rupa mencitrakan diri hingga atas nama rakyat mereka membuat kesepakatan yang membahayakan bahkan bisa menghancurkan akibat dari watak inlender. Bahkan “komparador”pun disematkan sebagai kalimat pengganti untuk memantapkannya. Negeri ini sedang sakit mencoba untuk bangun dan berlari mengejar Negara lain. Dengan segenggam harapan dari segelintir para kelompok pejuang “idealis” yang terus menggelontorkan idenya walau tidak begitu digubris bahkan mereka diacuhkan, semua akibat demokrasi kita telah tercemar oleh polusi.
Bagaimana kita bisa berkompetisi, seperti apakah kita bersikap mengejar harapan yang tersisa? Bahkan pertanyaan bertubi-tubi datang tatkala saya merenungi nasib ini, bangsa kita telah disakiti, rakyat ini telah terjangkiti oleh virus akut” pragmatisme”. Spiral realitas 2010 telah menghempaskan kita dalam kondisi seperti sekarang, membuat kita harus bisa berdiri menjadi tegak untuk menyusuri lorong-lorong gelap. Kapan lagi kalau bukan saat ini kita memberikan spirit baru progresifitas berfikir dan bertindak menatap masa depan.
2011 menjadi tahun baru bersanding dengan tahun baru hijriyah 1432, semua member harapan dan member tantangan dengan serba kemungkinan yang tak terbatas. Tidak ada yang tidak bisa, tidak ada ang tidak mungkin untuk memotivasi diri, karena dengan kebangkitan kita untuk menggugat Indonesia maka akan ada gairah hidup yang menggerakkan dalam bentuk nyata. Indonesia adalah tumpuan rakyat ini, kebangkitan pribadi akan mempengaruhi kebangkitan bangsa. Begitu juga pemimpin kita harus lebih tau apa yang harusnya di lakukan, dan menjadi contoh baik.
Bangsa ini penuh dengan spekulasi, masyarakat kita adalah pemicunya, mari singsingkan semangat yang menyala-nyala dan berkobar-kobar untuk memberi warna baru. Jika kita ingin berkualitas butuh tempaan dan waktu, begitu juga dengan negeri ini, supaya bangsa ini bisa kembali bangkit dari kelesuan dengan semangat nasionalismenya, maka suportifitas dalam bertandingpun harus bisa disemai dalam demokrasi dan tindakan elit negeri hingga ke masyarakat kita. Supaya bangsa kita bisa meraih kesempatan emas, maka 2010 adalah pijakan tahun yang akan berlalu menuju pintu baru tahun baru 1432 H dan 2011 M dan semangat baru.
Semua butuh keseriusan, semua butuh keberanian, kita butuh belajar dari masa lalu. Gagasan Indonesia ditenun dari berbagai harapan, perjuangan dan pengorbanan, semua hasil dari pergulatan ide dan kenyataan historis yang panjang. Mari kita bersama menjadi yang pertama, kapan lagi kalau bukan sekarang. Sejarah baru harus kita torehkan, peristiwa telah memisahkan dengan tegas antara; Indonesia sebagai sebuah harapan, dengan Indonesia sebagai sebuah tindakan.

Menggugat Masa Depan Dengan Harapan
Indonesia bukan lagi kita diamkan, Indonesia harus kita gugat, karena Indonesia adalah milik kita bersama, dengan patokan kesadaran maka kita akan mempunyai keberanian dan kita akan mampu menguraikan sikap dari pilihan terbaik kita. Dengan mengkristalnya persatuan dan kesatuan maka ditengah keberagaman dan toleransi kita harus mampu mengetengahkan gagasan Indonesia yang baru dan lebih mandiri. Bukan hanya sekedar refleksi yang menjadi ritual tiap akhir tahun, dan outlook “pembacaan masa depan” yang tanpa membuka paradigma.
Mari membuka mata, membuka hati dan membuka pikiran untuk menjadikan kebiasaan kita lebih dari sekedar berani dan baik, tapi lebih berani dan terbaik. Selagi kita optimis maka masa depan kita dapat kita ciptakan dengan gemuruh semangat yang ada. Yang jelas tantangan mengajarkan kita lebih bijak dan dewasa.
Masa depan gemilang dimulai hari ini, untuk menyambut esok yang lebih berarti. Semua yang kita pikirkan hari ini akan menuntun kita membuka kemungkinan baru tak terbatas untuk hari esok. Marilah kita siapkan dengan langkah nyata, tak ada yang tidak mungkin karena kemungkinan itu harus kita ciptakan mulai sekarang. Hidup adalah tindakan dan apa yang ada karena pilihan dan sikap untuk meletakkan tanggungjawab guna mendukung masa depan yang lebih cemerlang. Yakinlah pasti kita bisa untuk memulainya, pastinya dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.

Jakarta, 29 Desember 2010

Sabtu, 13 November 2010

STUDI KRITIS GERAKAN LINGKUNGAN UNTUK KERAKYATAN

Indonesia merupakan Negara yang melimpah sumberdaya alamnya mulai dari keanekaragaman hayati hingga keunikan alam lain pun tidak dimungkiri menjadi daya tarik tersendiri. Semua menjadi hamparan keajaiban yang kini mungkin telah mengalami perubahan yang luar biasa. Semua juga tidak lepas dari ulah tangan manusia yang ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya dari alam lingkungan ini.
Bencana tanah longsor, banjir, hingga perubahan iklim yang terjadi merupakan dampak yang ditimbulkan karena berlebihannya manusia mengeksploitasinya hingga dalam titik tertentu alam ini memberi isyarat. Banyak bukti, mungkin dari lingkungan sekitar saya, kini para petani tidak lagi bisa menanam tanaman disawah sesuai dengan perhitungan musim, karena disaat kemarau menanam tanaman palawija (red; jagung,kacang, kedelai, semangka, melon dll) dihadapkan dengan tidak pastinya iklim yang berwujud hujan tiba-tiba yang terlalu sering. Ini jelas mengakibatkan gagal panen dan efek lain adalah kelangkaan atau susahnya produktifitas pertanian untuk memetik hasil, sehingga roda perekonomian masyarakat desa tersekat oleh pemasukan dari hasil panen yang berkurang bahkan tidak ada hasil hingga merugi.
Realitas kehidupan dan isi alam yang kini telah dikeruk tanpa mempertimbangkan efek jangka panjangnya sekarang sudah terasa dan jelas ini menjadi perhatian oleh semua kalangan. Jauh bila kita uraikan apa yang sebenarnya telah terjadi dan bagaimana untuk bisa mengatasi krisis ekologi akibat eksploitasi secara besar-besaran hingga salah urus. Entah mulai dari mana untuk bisa, minimal mengurangi aktifitas pembalakan liar atau sikap tindakan lain yang jelas-jelas mempunyai efek berbahaya untuk keteraturan perputaran isi bumi.

Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup sendiri merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Alam lingkungan juga menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia begitupun sebaliknya kehidupan manusia sangat tergantung pada tersediannya sumberdaya alam yang memadai dalam lingkungan hidup.
Ketergantungan manusia pada alam menjadikan mereka kecanduan untuk mendapatkan segalanya sehingga eksploitasi menjadi kata kunci untuk mengurai problem ekologi. Persoalan lingkungan hidup kini mulai menjadi topik yang mendunia. Ketika manusia mulai tersentak bahwa bumi sudah tidak ramah lagi dan mulai dirasakan dampaknya yang semakin meluas akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri yang dengan teknologinya cenderung eksploitatif dan membangun industri kotor sehingga membuat alam tidak mampu lagi memperbaiki dirinya sendiri secara alami. Dan sekarang persoalan lingkungan hidup lebih kompleks lagi.
Berbagai masalah lingkungan hidup oleh masyarakat dunia coba untuk ditanggulangi melalui pertemuan internasional. Wold summit yang diadakan diindonesia bertempat di bali tidak menghasilkan kesepakatan yang signifikan, bahkan hanya menjadi transaksi politik untuk mendesain kebijakan yang kadang itu dinilai tidak adil. Di belahan dunia antara negara berkembang dan negara maju mempunyai banyak perbedaan, disisi lain masyarakat barat yang mempunyai alat-alat produksi dan melakukan aktifitas perindustrian sehingga menyumbang emisi carbon tidak mau menguranginya diantaranya dieropa, amerika dan china.
Akibat dari bekerjanya sistem ekonomi neoliberal yang telah memperalat negara melalui para pemilik modal yang didukung oleh lembaga-lembaga keuangan internasional telah menambah panjang deretan masalah. Akumulasi dari korporasi negara adikuasa beserta sekutunya membuat kebijakan dengan dalih lingkungan sebenarnya secara eksplisit telah menjadikan bumi ini menjadi komoditas untuk mengeksploitasi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan ruang-ruang lain yang menurut mereka bisa “dikibuli (red ; ditipu untuk diiming-imingi).
Kerusakan lingkungan sudah menjadi hal yang pasti, penindasan dan penghisapan akan terus dilakukan hingga kata kesepakatan berwujud kebijakan yang menguntungkan mereka. Bisa dikatakan efeknya masyarakat lokal terpinggirkan oleh kesewenang-wenangan pemerintah yang sekokongkol memenangkan kebijakan “yang menguntungkan dan basah”. Penggusuran adalah realitas lain yang cenderung tidak mempertimbangkan masyarakat lokal, keamanan dan keselamatan hidup rakyat tidak lagi dipikirkan.
Politik bengis negara melahirkan kebijakan-kebijakan swastanisasi perusahaan negara, penerimaan investor secara berlebihan dan yang lebih berbahaya ekonomi negara berorientasi pada pasar dunia. Secara tidak langsung ini jelas berbahaya dan sudah banyak bukti dilapangan yang berserakan bahwa akibat korporasi negara yang tunduk kepada asing telah menambah banyak kerusakan lingkungan.
Saat ini sampai akhir tahun 2010 pemerintah menargetkan akan membentuk holding (induk) BUMN Perkebunan, rainy seluruh PTPN (I-XIV) dan PT Rajawali Nusantara (RNI) akan disatukan di bawah satu managemen.




Gerakan Lingkungan
Masyarakat secara umum merupakan kekuatan yang menjadi sumbu gerakan dan basis perubahan nyata. Pengalaman menarik bisa penulis uraikan, diantaranya mengurai gerakan social baru. Praktek dinamis kerja kreatif di gerakan organisasi rakyat, setidaknya ada beberapa problem pokok menjadi penyebabnya kenapa gerakan (organisasi tani, nelayan, buruh, perempuan, rakyat miskin kota dll) harus menggulirkan aksi massa.
Problem ekologi akibat kebijakan politik neoliberal telah menjadi bukti bahwa keberpihakan pemerintah lebih dominan memenangkan para investor dan swasta dalam pengelolaan lingkungan atas nama eksplorasi. Pada realitas nyata bukan hanya eksplorasi tapi cenderung eksploitatif. Bencana Ekologis adalah bencana yang diakibatkan gagalnya model pembangunan eksploitatif-destruktif yang diterapkan negara, yang mengakibatkan hancurnya tatatanan ekologis, sosial dan budaya serta sumber-sumber kehidupan rakyat. Akibat dari itu jelas efeknya terasa dan itu harus ada bentuk solusi-solusi, entah itu berupa gagasan maupun aksi praksis nyata.
Pokok dari gerakan lingkungan diantaranya perlu dilakukan satu pembenahan menyeluruh kerangka pengurusan global, regional dan nasional demi menjamin keselamatan warga, produktivitasnya, sekaligus kemampuan merawat jasa layanan alam. Aspek ini harusnya disadari dan difahami oleh semua elemen masyarakat, sehingga gerakan lingkungan bukan sesuatu yang sulit untuk menjaga dan menyelamatkan alam ini.
Disisi lain konskwensi gerakan banyak terjadi fragmentasi diakibatkan kekuatan politik dibajak oleh kepentingan tertentu, sehingga acapkali saling menegasikan diantara gerakan rakyat. Sudah lazim kita saksikan bentuk nyata fragmentasi gerakan dilapangan dalam menyikapi momen-momen tertentu, sehingga ini menjadi sesuatu yang perlu untuk dikonsolidasikan lebih massif, kalaupun ada harus dengan strategi berbeda dan kita harus bisa mengambil pelajaran dari kejadian semua.
Beberapa persoalan lain diantaranya, penguasaan territorial yang lemah, rendahnya semangat kerja dalam front persatuan, akses infoemasi pengetahuan yang terbatas dan lemahnya strategi untuk membingkai gerakan yang lebih massif. Dari beberapa persoalan tersebut sebagai bentuk tanggungjawab social kita semua sebagai bagisn dari gerakan harus ada rumusan yang mampu mengurai rentetan problem yang terus berkelindan di episentrum gerakan.

Resolusi Sederhana
Sebagai manusia biasa kita pun ingin sedikit berperan dan kita juga menyadari bahwa masalah lingkungan adalah masalah bersama. Banyak cara yang ada dipikiran untuk mengurai benang kusut masalah lingkungan hidup. Mau atau tidak kita tidak hidup sendiri suatu saat kita juga ingin mewarisi anak cucu kita dengan sesuatu yang baik, termasuk lingkungan. Semua dimulai dari diri sendiri (ibdak binnafsi) dan kemudian mengajak pada lingkungan sekitar kita.
Secara sederhana kita bisa melakukan banyak cara untuk menyelamatkan alam ini, bahkan dengan cara ekstrim sekalipun. Gerakan lingkungan bisa terwujud diantaranya dengan, membahasakan platform, kata kunci dari itu adalah “perubahan iklim mengacu pada perubahan apapun pada iklim dalam satu kurun waktu, baik karena variabilitas alami atau sebagai hasil dari aktivitas manusia”.
Sebelumnya, iklimlah yang mengubah manusia. Sekarang, kita sedang mengubah iklim, dan kita mengubahnya terlalu cepat. Sadar atau tidak premis itu sudah berlaku, perubahan iklim yang kita alami sekarang diakibatkan oleh ketergantungan umat manusia yang sangat besar akan bahan bakar, khususnya bahan bakar berbasis karbon, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Bahan bakar ini menghasilkan emisi gas rumah kaca
Fakta kerusakan lingkungan dilapangan diantaranya adalah, luas hutan Indonesia 50 tahun terakhir diperkirakan terus menyusut, dari 162 juta Ha menjadi 109 juta Ha. Hingga tahun 2008, WALHI mencatat 77 juta Ha dari 109 juta hektar hutan tropis Indonesia telah hilang, sehingga hutan tersebut tinggal 32 juta hektar. Untuk lahan sawit hingga 2008, total lahan yang dikonversi untuk perkebunan sawit telah mencapai 7,8 juta hektar, dan konflik kebun sawit yang terjadi mencapai 576 konflik. 57 % produksi minyak sawit mentah dijual ke keluar negeri, terutama ke Eropa. Kebutuhan dalam negeri, yang hanya 3 juta liter minyak sawit mentah pun tak mampu dijamin pemenuhannya.
Ancaman lain yang terjadi terbatasnya pasokan air dari rusaknya DAS. Dari 470 DAS di seluruh Indonesia, 64 DAS berada dalam kondisi sangat kritis dan rusak berat. Apalagi di pesisir, total luas wilayah perairan pesisir Indonesia yang berkisar 5,7 Juta KM2, hanya 1,8 juta KM2 atau 30% yang kondisinya masih baik. Sisanya, seluas 3,9 juta KM2, sekitar 70% rusak ringan hingga rusak berat.
Diantara yang bisa segera dilakukan untuk menguraikan saling sengkarut masalah alam lingkungan dengan mengubah paradigm berfikir masyarakat, bahwa persoalan lingkungan adalah tugas kita semua untuk menyelamatkan dan jangan pernah sekali-kali menangani lingkungan hanya dikaitkan untuk sector ekonomi bahkan dijadikan komoditas politik yang ujung-ujungnya duit. Cara selanjutnya memanfaatkan alam dengan tetap mempertahankan daya dukungn kawasan dan tidak melanggar ekosistem. Sebagai contoh pengelolaan terhadap daerah tangkapan air akan mempengaruhi habitat aliran sungai, estuari, perikanan dan terumbu karang
Komponen lain yang lebih penting, sudah saatnya pemerintah dapat memfasilitasi masyarakat social budaya yang partisipasi dengan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya alam serta memberikan peluang bagi pemenuhan kebutuhan sosial/budaya secara lintas generasi, dengan memperhatikan keragaman. Kemudian, memberikan ruang bagi tumbuhnya hukum lokal yang sesuai dengan karateristik daerah, Mendorong terselesaikannya masalah akses terbuka atas sumber daya alam (SDA) melalui kepastian hak atas SDA.
Tidak dibatasinya wilayah administrasi dan mendorong adanya kerjasama antar daerah. Tidak dibatasinya kawasan satu jenis ekosistem (kawasan konservasi), sekaligus sebagai dasar kebijakan untuk melakukan konservasi di luar kawasan konservasi. Ada ketergantungan wilayah darat dan laut yang dapat mengeliminir dikotomi darat dan laut. Hak individu atau hak komunitas dalam satu wilayah bioregion. Hak individu atau hak komunitas dalam satu wilayah bioregion dapat berbeda berdasarkan kesepakatankesepakatan komunal/lokal.
Kongklusi yang paling efektif adalah melibatkan semua organisasi yang focus ke alam dan memberikan ruang yang lebih luas, sekaligus mengadakan pendampingan pada masyarakat sekitar daerah yang benar-benar butuh itu semua. Gandhi pernah mengatakan “bumi bisa mencukupi kebutuhan setiap orang (semua orang di muka bumi) tapi tak bisa mencukupi orang-orang (sebagian orang) yang rakus”. Jadi untuk menyelesaikan semua problem lingkungan semua ada pada persepsi dan sikap dari manusia yang peduli pada perbaikan untuk menyelamatkan alam raya ini.

Minggu, 07 November 2010

Ekonomi Kerakyatan dan Islam Bersanding Menuju Kemandirian Ummat

Banyak orang yang terpukau melihat kemajuan yang dicapai oleh china pada saat ini. Banyak orang yang tidak mengira bahwa china sudah semaju seperti sekarang. Padahal dinegara itu komunisme dominan dipertahankan sebagai simbolnya. Oleh karenanya orang sulit menerimanya, secara ekonomi pasar tidak ubahnya seperti negera-negara penganut faham kapitalisme.
Indonesia sebagai Negara yang penduduknya mayoritas beragama islam, tapi secara ekonomi kalah jauh dengan amerika dan china. Ini menjadi perhatian tersendiri, kenapa bisa seperti itu? Pertanyaan besar bergulir dalam kepala penulis. Entah karena orang-orangnya atau karena akibat kurang tegas pemimpinnya atau bahkan karenan memang indonesia belum punya konsep ekonomi yang sepadan untuk bersaing dengan Negara-negara yang sudah lebih dulu pesat dalam era globalisasi sekarang.
Menjamurnya perbincangan mengenai globalisasi dan pasar bebas beserta antisipasinya untuk berbagai bidang kian marak saja dilakukan. Boleh dikatakan tiada hari dan tempat yang tidak memperbincangkan masalah tersebut, sehingga masalah globalisasi dan pasar bebas sudah seperti layaknya menu makanan saja yang siap saji dan santap. Menurutnya perbincangan masalah globalisasi yang bercirikan pasar bebas lebih berapi-api kita diskusikan daripada orang-orang utara. Kita praktekkan liberalisme dan kapitalisme di sini lebih hebat daripada di negara-negara utara, bahkan menjadi juru bicara sistem ekonomi pasar bebas untuk kepentingan mereka.
Terlepas dari pasar bebas dan persaingan bebas akan terwujud atau tidak, tetapi ada baiknya kita waspada dalam menentukan langkah-langkah untuk berbenah diri dalam menyongsong masa depan yang penuh ketidakpastian. Ibarat "sedia payung sebelum hujan", Globalisasi menggambarkan proses percepatan interaksi yang luas dalam bidang politik, teknologi, ekonomi, sosial dan budaya. Globalisasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan multi lapis dan multi dimensi proses dan fenomena hidup yang sebagian besar didorong oleh Barat dan khususnya kapitalisme beserta nilai-nilai hidupnya dan pelaksanaannya.
Bicara globalisasi dan pasar bebas memang tidak ada habisnya, tapi dari pengetahuan kita tentang genealogi model baru yang berbentuk neoliberalisme harusnya ada ide lain yang digulirkan untuk menjadi penyeimbang. Sehingga ekonomi bukan hanya dikaji dalam artian perspektif barat tapi juga harusnya kita mengkonsumsinya dikaitkan antara ekonomi konvensional dan ekonomi menurut islam.
Ekonomi Islam
Banyak pendapat dari para intelektual muslim dalam menginterpretasikan ekonomi Islam. Diantaranyan menurut M. Abdul Mannan yang memberikan pengertian ekonomi Islam sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Muhammad Abduh al Arabi memaknai ekonomi Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-Qur’an dan as-Sunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan atas landasan dasar-dasar tersebut dengan lingkungan dan masanya. Syed Nawab Husein Naqvi menegaskan ide sentral paradigma ilmu ekonomi Islam ialah memasukkan secara eksplisit nilai-nilai etik (agama) dalam frame work analisis yang terpadu, dan berupaya validitas ide filosofis-normatifnya dapat diaplikasikan dan dipadukan dengan klaim validitas objektif (empiris).
Dari definisi di atas, eksistensi ilmu ekonomi Islam tampak menunjukkan wacana etis yang mengusung nilai-nilai kerakyatan serta wacana religius karena bangunan keilmuannya tidak lepas dari normativitas, yaitu al-Qur’an dan Hadis. Pada wilayah definisi dan filosofis, sistem ekonomi Islam juga disebut sebagai ilmu etis dan religius bukan sesuatu yang apologis, tetapi betul-betul nyata.
Persoalan yang akan muncul justru jika dalam mendefinisikan ekonomi Islam merujuk pada Naqvi, yaitu terjadi konstruksi validitas ide filosofis-normatif ekonomi Islam yang dipadukan dengan klaim validitas objektif (empiris). Oleh karena tatanan sosial yang sudah lazim menjadi perilaku ekonomi sudah bercambur baur dengan segala macam kepentingan dan latar belakang. Ekonomi Islam meng-identifikasi perekonomian yang sedang berjalan jika dikaitkan dengan persoalan etika dan religiusitas sudah tidak begitu jelas mana yang terapan dari Islam atau bukan.
Kemunculan etika terapan dalam wilayah ekonomi dalam perspektif Islam bukan dikarenakan akibat dari perkembangan paradigma etika, tetapi dalam Islam setiap interaksi dalam perilaku kehidupan manusia harus dilandasi nilai-nilai etika, termasuk di bidang ekonomi.
Domain etika juga telah dipelajari da nada di dalam al Qur’an surat al-A’raf ayat 85 yang berarti, “Sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya”. Demikian juga, kajian etika dalam ekonomi telah dikaji oleh para pemikir non-muslim dari zaman klasik sampai modern seperti Adam Smith (1723-1790) mengawali dengan Theory of Moral Sentiments (1759) sebelum akhirnya ia melahirkan karya besar An Inquiry into the Nature and Causes of Wealth of Nations (Wealth of Nations). Max Weber dalam The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Dari kalangan muslim, A.A. Hanafi dan Hamis Salam dengan “Business Ethics: An Islamic Perspective” dalam F.R. Faridi (ed) dalam Islamic Principles of Business Organization and Management. Syed Nawab Haider Naqvi dalam Ethics and Economics: An Islamic Synthesis, Ahmad Mustaq dalam Islamic Business Ethics in Islam, dan masih banyak lainnya.
Jadi, jika aktualisasi sistem ekonomi Islam sebagai representasi “ilmu, etika, dan agama”, maka epistemologi keilmuannya harus dikonstruksi lebih detail yang dapat dijadikan sebagai paradigma alternatif dalam regulasi pasar global, yang banyak menimbulkan persoalan serta kompleksitas perilaku ekonomi dan persaingan pasar yang hanya mendahulukan keuntungan maksimum. Menurut A. Sony Keraf mengibaratkan bisnis seperti halnya permainan judi, bisnis adalah bentuk persaingan yang mengutamakan kepentingan pribadi. Dari permainan yang penuh persaingan, aturan mainnya pun seringkali berbeda pula. Apalagi kaum kapitalis dalam strategi keuntungan akan memanfaatkan segala kesempatan transaksi yang ada.
Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh pemikir dan praktisi Islam untuk berusaha menghadirkan epistemologi sistem ekonomi yang dapat mewakili semua aspek perilaku yang diharapkan dapat menjadi ‘jalan tengah’ dan diminati oleh mayoritas publik. Sebagai kaum muslim, rasanya tidak lengkap jika tidak ikut mencurahkan pemikiran tentang ‘jalan tengah’ apa yang ideal secara Islam.
Konstruksi Kerakyatan
Represents para pemikir dan praktisi islam dalam menguraikan tentang konsepsi system ekonomi islam menjadi alternative baru. Dalam epistemology keilmuan dikonstruksikan sebagai paradigma alternative dalam regulasi pasar global. Di Indonesia pasar bebas telah menjajah hampir merata di semua level masayarakat, tak terkecuali sampai kemasyarakat didesa-desa.
Kemiskinan merajalela menghiasi wajah negeri, bukan karena miskin akibat tidak dapat kerja bahkan makan, tetapi akibat kemiskinan tersistem yang segaja dibiarkan oleh Negara. Potret buram kemiskinan ini minimal harus ada penyelesaiannya, dengan menggunakan analisis kultural dengan memanfaatkan lembaga-lembaga yang berlabel agama.
Ekonomi kerakyatan merupakan istilah yang dibuat sebagai usaha untuk menggali potensi ekonomi rakyat indonesia melalui sistem ekonomi alternatif yang sebenarnya sudah dijalankan oleh rakyat . Secara praktek, ekonomi kerakyatan sudah dijalankan oleh rakyat sebelum kata-kata ekonomi kerakyatan itu sendiri lahir. Istilah tersebut memang bukanlah sebuah mazhab ekonomi baru, namun Ia hanya sebagai melainkan suatu konstruksi pemahaman dari realita ekonomi yang umum terdapat di negara berkembang.
Dalam pemahaman penulis antara ekonomi kerakyatan dan ekonomi islam harusnya bisa bersanding untuk mengentaskan kemiskinan. Karena banyak kesamaan antara ekonomi Islam dan ekonomi kerakyatan, khususnya pada bagaimana Islam berusaha untuk mengatasi ketidak merataan pendapatan dan menjalankan apa yang dinamakan ”maqosid Syariah.
Pemerataan pendapatan (maqosid syariah) inilah yang sebenarnya menjadi kendala besar bagi ekonomi kapitalis. Mereka berpendapat bahwa kemakmuran itu seperti air yang dituangkan kedalam gelas. Bila gelas sudah penuh , maka airpun akan melimpah kedaerah disekitarnya. Namun mereka lupa, bahwa manusia yang bebas nilai tidak akan cukup dengan harta sebanyak apapun. Timbullah ketimpangan ekonomi, ketidakmerataan pendapatan yang semakin hari semakin besar. Ini yag menjadi salah satu tujuan ekonomi islam. Ada nilai moral yaitu Qonaah, menghindari mubadzir, tidak serakah, tidak bersifat konsumtif. Ada instrumen pemerataan seperti zakat, infaq shadaqah. Ada peran pemerintah (tadakhul dauliyah) yang menjaga maqasid, menjaga kemaslahatan orang banyak.
Tumbuhnya BMT (baitul Mal wa Attamwil) bertebaran dimana-mana menjadi warna baru pada sector mikro yang mampu memberikan peran dan sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tapi bentuk dari perputaran finansial akibat dominasi konglomerasi, pemusataan kekayaan terjadi karena ”market failure” sistem kapitalis yang berdasarkan pasar jelas menjadi problem yang semakin akut. Uang semua berputar dikota dan berpusat di internasional (Capital outflow) dan sebaliknya BMT mencoba uang dikembalikan di sector ekonomi mikro daerah (Capital inflow).
Pasar bebas menyebabkan kemiskinan, karena mengakibatkan ketidaksetaraan pertumbuhan ekonomi, sehingga jangka panjang BMT menjadi alternatif. Proses pemberdayaan mikro berupa wirausaha permodalan kepada warga untuk mencapai produktifitas. Kita bisa belajar dari Prof Muhammad Yunus dengan Instrumen ekonomi kerakyatannya di Banglades yang bernama Grameen Bank, Banking for the poor.
Sebagaimana yang diceritakan Oleh Reynald Kasali dalam bukunya Re-code Your Change DNA, Beliau melihat kemiskinan dimasyarakatnya sudah begitu merejelala, karena masyarakat terjerat pada rentenir, padahal mereka hanya membutuhkan bantuan beberapa dollar saja. Hal yang banyak orang mampu melakukannya. Dengan operasi yang sangat sederhana, melayani kaum wanita didesa, bahkan sampai pengemis, dengan pinjaman bebas bunga pada awalnya dan berbunga sangat rendah setelah mampu, dengan sitem grouping, Grameen Bank telah menolong berjuta-juta orang terbebas dari kemiskinan. Inilah yang sedang dan seharusnya dilakukan oleh BMT-BMT didaerah-daerah, sehingga akses terhadap modal bagi Usaha kecil dapat lebih mudah.
Harapan dari masyarakat bukan lagi sesuatu yang mustahil, Ekonomi Islam dan Ekonomi kerakyatan sesungguhnya secara implementatif memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana mensejahterakan msayarakat dan menegakkan keadilan ekonomi. Masing-masing sudah berjalan dan ada pada msayarakat sebagai suatu kenyataan dan jawaban alternatif dari sistem ekonomi kapitalis yang gagal. Tinggal sekarang adalah political will pemerintah, apakah mau memajukan dengan legitimasi, atau hanya tetap membiarkan apa adanya. Semoga saja konsep ekonomi kerakyatan dan ekonomi islam dapat bersanding dan menjadi solusi atas dominasi kapitalisme, dan sanggup mengentaskan kemiskinan di negeri ini.

Kamis, 21 Oktober 2010

Refleksi Aksi 20 Oktober; Memberi Harapan Rakyat

Unjuk rasa yang berlangsung kemarin bertepatan pada tanggal 20 oktober menjadi momen penting dalam dinamika politik-sosial ke-Indonesiaan. unjuk rasa memperingati satu tahun pemerintahan SBY -boediyono yang berlangsung didepan istana ke-presidenan pun bahkan menggema diberbagai pelosok penjuru daerah. ini menjadi bukti bahwa mahasiswa, buruh dan LSM menyuarakan aspirasi rakyat.
Aksi yang terjadi memperlihatkan mata saya bahwa realitas yang terjadi memberi bukti diantara massa ada yang terkoordinir solid dan ada yang memang mereka membuat suasana menjadi ricuh. bila saya telisik lebih dalam kacamata idealisme gerakan, menjadi menarik jika dipetakan dalam paradigma dan alasan kenapa mereka aksi. banyak diantara masyarakat bertanya terhadap aksi yang terjadi dimana-mana, apakah massa aksi tersebut adalah titipan yang dibayar oleh elit? pertanyaan itu menjadi keprihatinan dari saya, apalagi dalam kondisi genting saat ini kita bisa melihat mana yang seharusnya aksi-aksi disuarakan oleh mahasiswa yang memilih idealis dan independen atau malah cenderung pragmatis.
Aksi unjuk rasa tentunya mempunyai alasan tersendiri dan pastinya akan mengusung pesan kekacewaan atas kebijakan yang berdampak pada masyarakat secara mayoritas. apalagi aksi kekacewaan terhadap pemerintahan SBY-budiono, jelas jelas menjadi bukti bahwaprsiden beserta kroni-kroninya tidak dapat mengemban amanah rakyat, apalagi janji-janjinya saat kampanye PILPRES acapkali hanya menjadi lipstik kampanye politik dan berujung pada pembualan-pembualan.
Sadar atau tidak mahasiswa telah menggelorakan semangat revolusi walaupun masih ada yang setengah hati. aksi kemarin menjadi sederetan PR panjang kita semua, saat saya ditengah kepungan massa aksi melihat betapa bengalnya pemerintahan dinegara ini, mereka yang dipercaya tidak mampu mengambannya sedangkan aksi dengan ribuan massa ternyata disambut oleh aparat yang bersiaga dengan jumlah yang lebih banyak, apakah ini yang dinamakan "PENGAMANAN", mengerti atau tidak bahwa ini menakut-nakuti masyarakat yang tidak mempunyai nyali dan menjadi teror tembak ditempat bagi aksi yang dinyatakan ricuh.
klaim-klaim diatas merupakan bentuk demoralisasi aparat dan melawan asas demokrasi yang harusnya bersinergi tanpa ada represifitas aparat terhadap rakyat. jangan sampai kejadian yang mengakibatkan seorang mahasiswa terkena peluru dijakarta kemarin dan penangkapan massa aksi diliaht sebalah mata, kita perlu mengoreksi. memang ada beberapa massa aksi tidak sehat " berkepantingan untuk sekedar diekspose media" untuk pencitraan organisasi dan inilah yang kemudian memecah soliditas aksi aliansi dan front besar yang harusnya bisa bersatu. ada yang berkepentingan dengan titipan dan ada yang berkepentingan dengan bertabrakannya masalah dilapangan disulut oleh oknum-oknum yang menginginkan kericuhan. yang paling menyedihkan terindikasi beberapa massa aksi sudah dulu meminum-minuman keras (alkohol) inilah yang membuat saya sedih,kenapa disaat idealisme menggema ada orang yang tidak senang kemudian menyusup massa aksi tandingan dengan cara yang sangat tidak intelek.
Tapi itulah realitas, dalam kurun massa yang begitu besar ada saja ulah yang dilakukan oleh massa aksi untuk berebut media dengan menampilkan aksi yang mungkin lebih seksi dengan anarkis. tuntutan rakyat jelas mereka semua ingin membangunkan keadilan yang kini tersita dan terbelenggu oleh para penguasa. probelem kemiskinan kian hari bukan malah berkurang tapi malah kian bertambah, rakyat belum sejahtera, apalagi msalah kedaulatan negara dan dpenghormatan terhdap hak asasi manusia. kooptasi jelas nyata terhadap semua kebijakan yang diputuskan dan tangan asing bermain cantik dengan menghasilkan undang-undang ayang sengaja sudah dipesan melalui elit penguasa.
teriakan masayarakat dalam massa aksi yang dimotori oleh mahasiswa menjadi bukti bahwa sebagisn besar msyarakat menginginkan perubahan akan nasib bangsa. Berbagai kebijakan neoliberal yang merupakan kelanjutan dari pemerintahan SBY yang pertama ini seharusnya dapat diakhiri bila pemerintah sungguh-sungguh menegakkan kemandirian ekonomi dan kedaulatan nasional. Namun kini jelaslah bahwa kepentingan bangsa bukanlah agenda prioritas pemerintahan SBY-Budiono. Sejak dilantik setahun yang lalu, pemerintahan SBY-Budiono hanya meneruskan dan bahkan menegaskan sifat kebijakan yang merugikan bangsa seperti di bawah ini:
1. Pro Penjajahan Asing.
Sejak sebelum terpilih pun SBY-Budiono adalah pasangan yang difavoritkan oleh kekuatan finansial di pasar modal dan perusahaan-perusahaan raksasa asing seperti Chevron, Halliburton, Freeport, ExxonMobil yang telah mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan serakah dan menyebabkan kemiskinan dan penderitaan penduduk setempat. Sebagai contoh, perusahaan transnasional raksasa asal AS, Freeport, mengeruk tambang emas terbesar di dunia yang terletak di Papua, sementara nilai royalty yang dibayarkannya ke pemerintah adalah yang terendah di dunia. Bentuk-bentuk penjajahan seperti ini berlangsung di seluruh penjuru negeri tanpa ada inisiatif sungguh-sungguh oleh pemerintah SBY-Budiono untuk menghentikannya atau menegosiasikan kesepakatan yang lebih menguntungkan.

Begitu pun institusi keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) berdiri di belakang SBY-Budiono karena pemerintahan ini gemar menggunakan utang yang mereka tawarkan, yang sesungguhnya menjerat bangsa ini dalam ketergantungan. Cara pembayaran utang yang dilakukan oleh SBY-Budiono - yakni dengan bergantung pada pengetatan anggaran, pemotongan subsidi, dan ekspor bahan baku - dilakukan menurut dikte negeri-negeri penjajah/imperialis (negeri G-7) yang diinstruksikan kepada negeri-negeri berkembang dalam pertemuan-pertemuan G-20. Sebagai bentuk kepatuhannya, SBY-Budiono memangkas subsidi sebesar Rp 26,5 trilyun dalam RAPBN 2011.
Pemerintah SBY-Budiono menunjukan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB/GDP) sebagai bukti keberhasilan kebijakan ekonominya. Yang tidak disinggung oleh mereka adalah sebagian besar angka PDB tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Sementara yang dirasakan oleh mayoritas rakyat adalah biaya hidup yang melonjak, kemiskinan yang meluas, dan lapangan kerja yang menyusut.
Tidaklah mengherankan bila SBY-Budiono mendapat berbagai pujian dan penghargaan dari pihak asing. Majalah “Time” menempatkan SBY sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia, “The Economist” menyebut SBY sebagai “kampiun bagi investor asing”, dan pidato SBY di Universitas Harvard diklaim sebagai terbaik dalam abad ke-21 oleh seorang penulis AS . Sebaliknya, di mata rakyat Indonesia, SBY semakin tampak sebagai seorang Gubernur Jendral yang bekerja untuk kaum penjajah dan oleh karenanya tidak pernah berpihak pada kepentingan bangsa.
2. Menyingkirkan Rakyat dari Demokrasi.
Bertentangan dengan klaim keberhasilan SBY-Budiono tentang demokrasi yang berkualitas; di bawah pemerintahan mereka kualitas demokrasi justru merosot tajam. Dalam menjamin hak dasar demokrasi saja, yakni hak berserikat dan berkumpul, SBY-Budiono telah gagal melaksanakan kewajibannya. Penyerangan kelompok Islam fundamentalis terhadap acara-acara politik kerakyatan, hingga terhadap jemaat HKBP di Bekasi, menunjukan bahwa pemerintah SBY-Budiono berulangkali tidak mampu melindungi warga negara dan menjamin pelaksanaan hak berserikat dan berkumpul sebagaimana termaktub dalam UUD 45 pasal 28.
Praktek demokrasi elektoral sendiri semakin penyakitan dengan maraknya politik uang yang menyebabkan politik berbiaya tinggi (high-cost politics). Dengan praktek politik seperti ini, peran rakyat dalam menentukan pilihan dan mencalonkan diri untuk dipilih menjadi tersingkir dan digantikan dengan kepentingan pihak-pihak yang memiliki modal raksasa. Tak lain dari SBY-Budiono dan partai pendukungnya, Partai Demokrat, yang paling diuntungkan oleh politik uang semacam ini.
3. Gagal Memberantas Korupsi.
Catatan pemberantasan korupsi menunjukan perkembangan yang minus. Alih-alih korupsi diberantas, SBY-Budiono justru mengambil kebijakan-kebijakan yang menolong koruptor. Bulan-bulan awal SBY-Budiono memerintah ditandai dengan upaya kriminalisasi dan pelemahan Komite Pemberantas Korupsi (KPK). Kasus Bank Century yang begitu penting dan kakap diupayakan untuk digiring ke jalan buntu oleh para wakil-wakil Partai Demokrat di DPR. Ketika mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dipanggil oleh KPK untuk memberikan keterangan terkait kasus tersebut, SBY memindahkannya ke AS. Kekecewaan demi kekecewaan semakin bertambah ketika momen-momen perayaan seperti Lebaran dan Hari Kemerdekaan justru digunakan oleh SBY untuk memberikan remisi dan grasi kepada koruptor-koruptor kakap. Setahun pemerintahan SBY-Budiono telah terang-terang menghapus kebohongan citra ‘bersih’ yang hendak mereka ciptakan untuk diri mereka sendiri.
4. Gagal Turunkan Harga
Kebijakan liberalisasi perdagangan dijalankan pemerintah tanpa mempedulikan kepentingan industri nasional, sehingga industri-industri domestik terancam bangkrut akibat membanjirnya barang-barang impor. Di bidang pertanian, ketergantungan terhadap produk impor semakin mematikan penghidupan kaum tani dan menjadikan negeri ini sangat rentan terhadap lonjakan harga pangan, yang banyak dipengaruhi oleh spekulasi finansial terhadap komoditas pertanian dasar. Dengan menjalankan kebijakan neoliberal yang bertumpu pada kehendak pasar, SBY-Budiono membengkalaikan upaya membangun kedaulatan pangan dan tidak akan mampu mengontrol kenaikan harga yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Atas alasan-alasan di atas kami menyatakan bahwa pemerintahan SBY-Budiono telah gagal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk memajukan bangsa dan menyejahterakan rakyat. Dengan ini kami menyerukan kepada segenap rakyat untuk melibatkan diri dan menggalang kekuatan untuk menyuarakan kegagalan pemerintahan SBY-Budiono dan menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan yang mereka sebabkan.
Karena itu, kami akan melakukan konsultasi dengan rakyat, yaitu dengan menggalang tanda tangan mosi tidak percaya terhadap rejim neoliberal SBY-Budiono. Ini akan dilakukan dengan terjun langsung ke kampung-kampung, pemukiman, pabrik-pabrik, desa-desa, dengan mengetuk satu per satu pintu rumah rakyat dan menawarkan petisi untuk mosi tidak percaya untuk mengetahui bahwa telah banyak rakyat yang memandang SBY-Budiono gagal dan perlu segera diganti.
semoga apa yang disuarakan dari massa aksi mampu membuka mata fisik dan mata hati para pemimpin dan elit dinegeri ini. sadar atau tidak semua untuk kebaikan dan perbaikan bangsa kita.
saya hanya menginginkan sedikit dari aspirasi perwakilan massa masyarakat, bahwa semua hanya ingin satu yaitu perubahan bagi rakyat dan keadilan bersanding dengan kesejahteraan.
mari kita kritis dan peduli mengerti akan tugas kita, bahwa aksi kedang memang perlu sebagai penyampai aspirasi. dan masih banyak yang lain misal dengan menulis dan pastinya kita akan tahu dan sadar dengan sinambungnya tanggungjawab bersama dan kitalah sebagai generasi muda yang harus tampil untuk menginspirasi seluruh elemen masyarakat yang ada. saya sakin suatu saat pastu\i semua yang kita usahakan saat ini akan menuai hasil.
perubahan memang tidak hanya disuarakan tapi perlu ditambah dengan semangat dan aksi nyata.....
salam revolusi untuk perubahan.
sahardjo, malam hari dalam keheningan 20/10/2010

Jumat, 20 Agustus 2010

Menemukan Ketenangan

cerita ini mungkin sudah pernah didengar atau mungkin perna anda baca, tapi bagi saya ini menaring untuk dikaji. karena memberikan saya banyak inspirasi tentang kehidupan, khususnya dalam menghadapi keadaan. sehingga representasinya adalah pikiran dan ketenangan jiwa kita.
Coba anda lempar sebutir kerikil ke dalam telaga yang tenang. Berpusat dari tempat jatuhnya kerikil itu akan tercipta sebuah riak gelombang yang mengalun ke penjuru telaga.
Kini, bisakah anda menghentikan laju riak gelombang itu? Mungkin anda mencoba dengan memasukkan telapak tangan anda ke dalam air. Atau. menghadangnya dengan ke dua belah kaki anda. Namun yang terjadi adalah semakin banyak anda melakukan sesuatu pada permukaan telaga, semakin banyak riak gelombang baru bermunculan. Satu-satunya cara menghentikan laju riak gelombang itu hanyalah dengan membiarkannya berhenti sendiri.
Demikian pula dengan ketenangan dan pikiran. Semakin keras anda melakukan sesuatu pada pikiran anda. semakin sulit anda mencapai ketenangan itu. Amati saja. Jangan tolak atau menghentikan riak pikiran anda. Biarkan pikiran berangsur-angsur tenang. Ketenangan diri dimulai dari ketenangan pikiran; sedangkan ketenangan pikiran bermula dari ketenangan bernafas. Dalam nafas yang tenang temukan jiwa yang tenang.
saharjo, tebet.

Kamis, 19 Agustus 2010

Selasa, 17 Agustus 2010

Seikat Pendaran suci dari nikmat Allah

blockquote
Menyusuri fajar dengan keyakinan, ungkapan ini sedikit saya jadikan kata yang jadi pembuka dalam perjalanan pagi ini. Entah itu kuasa atau memang jadi permulaan dalam menatap aktifitas hari ini. Habis tadarus sambil menunggu adzan subuh menikmati sholawatan terjalin bait untaian ayat dibaca untuk mengisi waktu fajar ini, inilah rutinitas yang mengisi hari dibulan ramadhan. Selesai membaca dan mengkaji dalam setiap ayat saya mendapatkan makna yang inspiratif dan luar biasa dari bacaan ayat-ayat suci al Qur’an pagi ini.
Bukti-bukti kekuasaan Tuhan: Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan DIa Maha Mengetahui segala sesuatu. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan yang serupa dan untuk mereka didalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal didalamnya (kenikmatan syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani, maupun rohani).
Begitu balasan bagi orang yang beriman disampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Allah menyediakan banyak keberkahan dan kenikmatan yang tiada terkira, termasuk anda yang membaca tulisan ini. Karena saya sendiri bisa menulis ini mungkin tidak biasanya dan saya bisa menuruti tangan dan ide kreatif ini untuk menggerakkan jari jemari dengan rapi. Lebih dari apa yang kita nikmati dan Allah berikan pada semua makhluknya yang dijelmakan melalui segala kenikmatan hingga kita semua harusnya mengucapkan banyak terimakasih karena semuanya gratis.
Bensin satu liter saja dihargai Rp. 4500,- sedangkan kita bisa menikmati air dan sirkulasi dalam tubuh ini tanpa syarat apapun dan Allah memberikannya Cuma-Cuma. Gas LPG tabung tiga kilogram dihargai 13-15ribu sedangkan kita setiap hari, jam, detik bahkan sekon tanpa apapun Allah memerikannya pada kita semua, apa yang kurang dari apa yang telah diberikan kita tidak menyadarinya. Bila kita ukur dengan nilai fisik atau materi mungkin kita hutang banyak pada sang pemberi hidup ini Allah SWT, tapi Allah tidak pernah meminta baik yang tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semuanya tidak dibedakan dan mereka yang hidup diberikan banyak dan tinggal kita apakah sadar mengakuinya atau malah lupa tanpa peduli.
Rentetan uraian diatas saya hanya menganalogikan betapa banyak dan tak terhitung kita diberikan banyak dan bila dalam perumpamaan; tatkala manusia diciptakan dan nyamuk diciptakan, banyak alasan mungkin diciptakan pula kita sebagai manusia bila menjawab; ada yang merasa nyamuk itu merugikan dan ada yang bilang menguntungkan. Merugikan karena kita merasakan darah kita dihisap dan bahkan datang penyakit demam berdarah mungkin, tapi bagi mereka yang bisa menangkap peluang dijadikan berkah atau keuntungan besar mereka menciptakan obat nyamuk dan sejenisnya untuk menghindarkan manusia dari gigitan nyamuk dan mungkin dalam keadaan tertentu jadi sebab penyakit demam berdarah yang bisa mengakibatkan matinya manusia.
Semua sudah ada skenarionya, Allah maha tahu dari apa yang dipikirkan makhluknya. Kita hanya mengerti sedikit dapi apa yang kita prediksi dan itulah yang perlu kita renungkan. Sayapun merasakan hal sama pada pagi ini, entah apa tatkala kumandang azan subuh bersahut-sahutan dari masjid dan mushola yang ada disekitar rumah yang ditempati, saya mengajak teman untuk jamaah dan ketika itu saya menunggunya ternyata sudah datang iqomah, saya pun segera menuju masjid terdekat dengan jalan kaki. Sholat subuh pun sudah dimulai rekaat pertama, tiba-tiba saya mendengar bacaan ayat surat dalam al Qur’an dilantunkan setelah saya lihat ternyata didepan halaman rumah didirakan jama’ah shalat subuh, saya pun bergegas menuju barisan jamaah shalat tersebut. Tak terpikir lagi menuju masjid karena niatan saya adalah berjamaah. Selesai sholat saya baru sadar dan memikirkan kenapa bisa saya memilih jama’ah dihalaman rumah tersebut? Kembali keawal, bahwa keyakinan akan harapan saya untuk berjamaah ternyata terjawab dan adanya kekuasaan Allah bahwa dalam pesan yang didapatkan adalah uraian makna yang saya dapatkan keterkaitan dalam ayat al Qur’an tadi. Bahkan dalam makna lain yang saya dapatkan diantaranya adalah “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. Dalam makna yang lebih luas shalat sendiri merupakan fase spirit-ritual yang terkandung didalamnya yaitu shalat sebagai penolong dan menjadi tolok ukur dalam subtansi kesabaran. Memang berat untuk mencapainya karena yang bisa mencapainya adalah orang-orang yang khusuk.
Ya, mungkin banyak yang lain dan tersirat dalam fakta yang berbeda, karena kita sebagai ummat Nabi Muhammad pasti mengharapkan syafaatnya dan itu merupakan usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi oran lain. Jelas rincian nikmat tidak dapat kita uraikan hingga keujung yang lebih rumit, tapi dipastikan bahwa kita semua adalah ciptaan Allah yang harusnya mensyukuri dalam segalanya dan mengerti atas ciptaannya.
Sebagai akhir tulisan ini saya hanya merenungkan betapa dahsyatnya kekuasaan Allah. Kita kadang mengeluhkan apa yang ditimpakan pada kita sewaktu-waktu, padahal kalau dirunut dan dipikirkan ternyata Allah mempunyai maksud yang lebih untuk mengangkat derajat manusia bukan karena materi, tapi karena tingkat kesabaran dan ketakwaannya. Yaitu ketika menghadapi ujian cobaan yang dihadirkan dan kalau kita meyakini ternyata banyak yang tersirat tanpa syarat.
Begitu panjang bila saya uraikan, semoga apa yang tertulis ini mampu menjadi inspirasi bagi saya pribadi dan menjadi manfaat bagi pembaca sekalian yang mengerti, karena masih banyak kekurangan dari apa yang saya uraikan. Tapi bukan berarti tidak ada maknanya. Demikian dari apa yang menjadi inspirasi pagi bahwa keyakinan menjadi awal dari eksekusi sikap kita dan yang pasti kita harus bergegas untuk memulai dari apa yang sudah kita niatkan dengan keyakinan dan tinggal kita menjalankan diri dalam ranah kemanfaatan. Maha suci Allah dengan segala firmannya.
Saharjo, menjelang pagi.05.30/17/08/2010

Senin, 16 Agustus 2010

Ritual Merdeka VS Sengsara, Menyambut Dirgahayu Indonesia ke-65

Tidak terasa telah 65 tahun berlalu Negara ini diperingati atas nama “KEMERDEKAAN”, lalu apakah selama ini benar adanya kemerdekaan ada di hati kecil kita? Realitas tidak bisa dipungkiri bahwa penjajahan sudah musnah penindasan telah usai hanya isapan jempol belaka. Sudah 65 tahun diperingati setiap tanggal 17 agustus dengan upacara bahkan lomba bahkan kadang kemenyanpun ikut meramaikan ritual untuk menyatakan satu persyaratan bahwa Negara ini dilegitimasi sudah “MERDEKA”.
Ironi ritualitas dan keterpaksaan sejarah mengakibatkan semua meyakini bahwa Indonesia kini layak di peringati, Agustus dan 17 adalah sandingan yang menguatkan bahwa segalanya menjadi “WAH” padahal menurut saya menjadi terbalik dan kemerdekaan menjadi semu bahkan sirna. Bisa kita dekte satu persatu diantaranya kesengsaraan berwujud kemiskinan dan gelandangan menghiasi negeri ini. Bahkan banyak lagi yang terus menyeruak dimata kita akan realitas yang sesungguhnya bahawa merdeka hanya menjadi tanda Tanya besar (?).
Mungkin sengsara yang pantas, ternyata merdeka masih jauh disana, mungkin Indonesia butuh meditasi untuk mencapai kemerdekaan dan pembebasan sejati. Meditasi ekstra dan mendalam adalah konskwensi karena kemerdekaan masih jauh dari panggang api yang hadir adalah paradoks Negara yang penuh dengan hamparan penderitaan rakyat akibat system yang tidak memihak rakyat kecil agar mereka dapat terentaskan.
Mungkin lembek tidak tegas bahkan terlalu kasar untuk diucapkan oleh kita, tapi keadaan itu ada dan dilakukan oleh pemimpin negeri ini. Semoga kita sadar di tengah kemeriahan yang dipaksa untuk dijejalkan dimata rakyat yang masih susah mencari sesuap nasi. Sumber alam dieksploitasi, kesejahteraan hanya retorika dan lipstick untuk pencitraan. Bila kita sandingkan dengan bulan ini adanya ramadhan ditengah pikuk kemeriahan peringatan maka kita akan sadar bahwa merdeka tidaklah mudah merdeka adalah rakyat bisa bebas bisa menikmatinya dengan bertanggungjawab.
Investor menari-nari dari tangan panjang neoliberalisme, sumber daya alam and sumber daya manusia ikut diobok-obok dibeli murah bahkan tidak dihargai. Kesejah teraan Indonesia justru dinikmati bangasa asing, dan rakyat harus mengatakan merdeka tapi realitasnya mereka sengsara. Notabene orang Indonesia asli diinjak-injak oleh kartel konglomerasi internasional dengan dalih pemerataan kerja sehingga buruh hanya dijadikan tenaga kontrak.
Rakyat miskin yang sesuai undang-undang dasar 1945 seharusnya dipelihara oleh negara malahan dibiarkan nasibnya terlunta-lunta di negeri sendiri. Perekonomian negara selalu dibimbangkan dengan ulah pialang-pialang yang memainkan mata uang rupiah yang semakin terbuang sampai-sampai tidak ada lagi bangsa Indonesia yang tahu arti besarnya uang Rp 1,-, bahkan meng-isukan alih lain dengan istilah”redenominasi” siapa yang akan menjamin perekonomian indonesia akan dapat disejajarkan dimata dunia bahkan bangkit secara nyata dibuktikan pada dunia.
Sangat menyedihkan, untuk digambarkan sejatinya negeri ini, siapakah yang akan bertanggungjawab untuk semuanya? Pemerintah, pengusaha, atau rakyat yang jadi penguasa? Pemerintahlah yang memberikan andil yang sangat besar pada keterpurukan bangsa Indonesia. Pemerintah tidak berpihak pada rakyat...!!! Rakyat tidak bangga pada Bangsa Indonesia ... !!! Pihak Asing hanya mengeruk kekayaan Indonesia semata ...!!! Itulah kunci pokok permasalahan kenapa selama ini Indonesia masih merasakan penjajahan.
Lalu dari semuanya saya hanya bertanya 65 tahun ini mau dibawa kemana? Sanggupkah pemerintah membela rakyat? Berantas korupsi, kolusi dan nepotisme, mengangkat kesejahteraan dalam realitas nyata bukan retorika. Merebut kemerdekaan nyata adalah suatu keharusan, kapan pemimpin yang bekerja atas nama rakyat dan hinggap di pemerintahan akan bekerja nyata untuk Negara dengan tegas bukan “letoy” atau bahkan curhat untuk mengait hati rakyat. Dibutuhkan karya nyata untuk semua melepaskan belenggu kesengsaraan yang saat ini singgah dan betah dikehidupan rakyat Indonesia. Kapan lagi kalau bukan dimulai sekarang juga, kita semua sudah tidak tahan penjajahan terus menerus dipelihara dalam atmosfer yang mengkondisikan pemimpin-pemimpin seperti dicocok hidungnya dan dikenadalikan oleh asing.
Semoga kita tahu dan sedia untuk mengurai benang yang kusut kesengsaraan untuk sanggup dengan tindakan dan hati mengatakan merdeka. Saya menjadi miris tatkala 17 agustus diperingati bahkan, harusnya semua rakyat disadarkan bahwa hari ini kita harus bangkit untuk membangun jati diri bangsa yang kini telah diinjak-injak. Mari kita menggugat kemerdekaan untuk membangun indonesia yang baru. Indonesia yang bebas dari intervensi asing dan berani tegas dimata dunia.
Tunjukkan harga diri bangsa ini bukan hanya pencitraan yang sebatas utopis berwujud mengelabui. Mari tegaskan stop dan hentikan kesengsaraa dan penderitaan rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan disemua lapisan masyarakat. Karena kemiskinan, ketidakberdayaan menjadi kunci bahwa kita belum merdeka dan kita harus mau membaca, tegas katakana tidak untuk semua itu.
Marilah bersama di bulan ramadhan ini, dibulan agustus ini bertepatan dengan bulan suci untuk memerdekakan diri untuk kembali bahwa kita harus merdeka dengan senyatanya. Sesuai dengan itu maka ramadhan, agustus dan Indonesia butuh teladan, uswah dari semuanya khususnya pemimpin negeri ini bukan ritual tirakatan yang dilakukan tiap tahunan.
Stop dan hentikan kemiskinan dan kesengsaraan akibat dari system Negara yang semakin tidak karuan jeluntrungnya. Hidup adalah untuk member dan bukti untuk bermanfaat demikian juga dengan kemerdekaan adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar ulang dan harga mati seperti gagasan tan malaka “MERDEKA 100%”.
Saharjo, 16/08/2010.
Menjelang peringatan ritual kemerdekaan ke-65/2330,

Kamis, 12 Agustus 2010

Sisa Umurku

Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru…

Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah

Ya Allah….
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?

PASTINYA
Allah kan menjawab sanggupkah engkau menjalani kehidupanmu dengan pilihan-pilihan yang lebih......
Lebih keras
lebih terencana
lebih giat
lebih semangat
lebih memanfaatkan kesempatan diwaktu yang tersisa....
Lebih...lebih dan......

Datang sudah hari ini,
Hari dimana dulu aku dilahirkan
Hari dimana orang tertawa sekaligus haru
Menjelang perkenalanku dengan dunia ini

Hari ini aku mengenang kembali
Kerikil-kerikil tajam yang memperkaya arti hidup
Kemudian dalam diri ini bertanya lagi
Tuhan, berapakah sisa umurku?
Apakah setahun lagi?
Sepuluh tahun lagi?
Atau malah sisa sehari?

Tuhan berilah hamba kekuatan untuk menjalani proses
Karena semakin bertambahnya usia berarti dikurangi jatah kehidupannya.....
Sehingga harus tetap dan selalu bersyukur dan memanfaatkan etiap waktu yang tersisa....
Semoga diberikan tambah ilmu dan rezeki dan lainnya.........
Semoga allah mendengar ikhtiar dan doa doa .........

Tuhan, kalau memang ini perbuatan baik,
Sekali-kalinya yang bisa kulakukan dalam hidupku,
Ijinkanlah aku berterima kasih padaMu
Terima kasih atas umurku….

Barokallah….
Amien…..

Minggu, 08 Agustus 2010

santunan rasa

Selayang mengembang
Bersandar dalam perlawanan
Seperti ada yang memanggil

Bening berkaca-kaca
Menyayat kesunyian
Berurai kalimat tak terbatas
Mewarnai pesona keramahan
Kadang tak terlihat Nampak nyata

Barisan barisan
Suara menggarang
Menyusuri belantara belukar
Menusuk cerita yang berumur nasehat

Cukup didapat pesan
Dibawa mau ditinggal lari
Melingkar tak tentu

Siapa yang tahu tentang semua ini
Supaya menjelma menjadi penjarah
Berpaling dari peradaban

Wahai kawan…
Kapan kita membelah kesunyian masa
Mari solidkan…..

Suatu saat akan dating
Keberanian yang nyata
Mungkin menyayi dalam realitas
Menjawab untuk member
Satu menang hingga menjadi dikenang

Wahai…..
Pengelana……
Marilah peradaban ini kita warnai
Ungkap misteri mendulang rizki
Semoga kita mengerti
Jejak nyata ini semua

Kamis, 15 Juli 2010

Mengurai Jati Diri Melalui Kemandirian Bangsa

Dalam setiap aktifias adalah implementasi dari kreatifitas yang bermuara pada kekuatan gerakan, termasuk menelaah segala gejala sosial. Kita akan terperanjat untuk terlibat dalam perilaku guna mewujudkan perubahan lingkungan yang lebih baik. Mungkin sudah menjadi fitrah manusia bahwa ketika setiap insan diberi indra untuk merasakan dan merespon apa yang ada di sekitarnya.
Demikian juga orang-orang yang mempunyai daya linuwih (intelektual) mereka pasti selau ingin terlibat aktif, kalau dalam istilahnya antonio gramsci “setiap orang itu intelektual tapi tidak semua orang menjalankan fungi-fungsi peran intelektual”. Perspektif inilah yang menjadikan menarik bahwa terkait definisi dan peran akan memunculkan argumentasi berbeda dari setiap kepala dan bermuara pada dialektika. Apalagi membincang masa depan kemanusiaan sehingga terbentuknya kebudayaan dan peradaban, pasti tidak lepas dari keterlibatan tradisi kultural untuk menjalankan tugas kolektif kejamaahan.
Dewasa ini peradaban dan kebudayaan telah banyak mengalami perubahan yang signifikan. Transfigurasi konsep penguasaan arah peradaban telah menyebabkan ketidakseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Kearifan budaya lokal, paradigma positif, kemurnian ideologi menjadi sasaran empuk quo vadis hegemoni barat yang pada akhirnya menyebabkan disharmoni. Dalam konteks ke-indonesiaan kita dapat melihat ciri khas dari masyarakat yang hidup di nusantara yang sangat akrab dengan kearifan lokal, keramahtamahan, kesederhanaan, inklusifitas dalam kehidupan masyarakat. Kemurnian identitas tersebut sedikit demi sedikit mulai terkontaminasi dengan pengaruh Barat. Barat membuat sentimen-sentimen negatif bahwa kesederhanaan hanya akan membuat manusia tidak berdaya, kearifan budaya hanya akan menyebabkan eksklusifitas dalam menjalankan peran di masyarakat, internalisasi pandangan negatif tentang ideologi yang sarat dengan muatan materialisme membuat manusia hanya berorientasi kearah hedonisme dan pragmatisme. Melalui kemasan yang sedemikian rupa indahnya hingga mampu menghipnotis pelaku menjadi tak berdaya dan menjadi membenarkan segala perilaku yang sebenarnya tidak pantas untuk dilakukan. Upaya ini semakin memperjelas bahwa ada tujuan hegemoni Barat yakni menjadikan Kebudayaan dan peradaban Barat sebagai kiblat dunia dalam segala bidang.
Peradaban Barat yang dikenal dengan sistem Kapitalisme nya telah bertransfigurasi menjadi Neoliberalisme yang secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui berbagai kartel pengelolaan perdagangan seperti IMF, WTO dan Bank Dunia, kini bermetamorfosa menjadi gaya ekonomi baru (read: neokolonialism) yang dewasa ini dalam berbagai bentuk, misalkan: persenjataan yang menghancurkan tenaga listrik dan rumah sakit, bencana alam yang menghancurkan infrastrukur, badai yang menyapu bersih desa dan kota, konflik ideologis, tsunami, gempa, dsb. Naomi Klein menyatakan bahwa dewasa ini ketidakstabilan global tidak hanya menguntungkan perdagangan senjata saja, juga membawa keuntugan yang luar biasa bagi sektor keamanan yang menggunakan high teknologi, perusahaan konstruksi besar seperti perusahaan rumah sakit swasta, perusahaan minyak dan gas, dan kontraktor industri. Bayangkan rekonstruksi Iraq yang menghabiskan 30$ Milyar, tsunami 13$ Milyar, new orlands 110 $ Milyar, pendapatan yang didapatkan dalam rekonstruksi itu cukup untuk memicu booming ekonomi, perusahaan minyak dan gas sangat dekat dengan “ekonomi bencana”, baik sebagai penyebab utama maupun sebagai penerima manfaat utama dari bencana tersebut. Ketika tidak ada bencana, lantas apa yang dilakukan, tentu saja memunculkan bencana sebagai alat konspirasi yang dasyat Perusahaan dalam pandangan Naomi Klein disebut sebagai “Honorary adjunct of the disaster capitalism”. Dari realias ini hendaknya bangsa Indonesia mampu menganalisa setiap perjanjian bilateral dan bilateral yang berselimut kapitalisme neolibaralisme. Tentu Indonesia membutuhkan kekuatan internal, yakni tegaknya reformasi birokrasi yang kuat sehingga tidak akan dengan mudah terhegemoni oleh sistem kapitalisme neolibaralisme.
Reformasi birokrasi untuk mengembalikan jatidiri bangsa
Negara yang kuat dan berjatidiri adalah sebuah keniscayaan apabila didalamnya terdapat sistem yang tegas mengatur keadilan, personal (birokrat) yang mampu mengendalikan sistem yang dipakai demi sebuah tujuan, kesejahteran bangsa serta komitmen kemandirian yang akan membuat negara lain segan dan tidak akan mudah digoyang oleh sistem kapitalisme yang menyengsarakan rakyat.
Perjalanan kepada penyadaran bangsa dapat kita lihat dari konsistensi dan komimen visi bangsa untuk menjalankan pemerintahan. Max Webber membaginya menjadi 2, yakni birokrasi (sistem) dan birokrat (pelaku/ yang menjalankan sistem). Fungsi sinergis yang ketika diterapkan di kedua entitas itu tentunya akan menghasilkan keputusan yang menyejahterakan rakyat. Tidak mungkin sistem itu buruk dalam sebuah pemerintahan melainkan ketika para pelaku yang menjalankan sistem enggan melakukan perubahan sistem tersebut. Tidak membuat sistem yang benar sesuai dengan kehendak rakyat serta melaksanakan secara benar apa yang telah dituliskan dalam sistem tersebut. Jadi ketika birokrat sendiri enggan melakukan perbaikan pada sistem tersebut, tentunya akan menimbulkan masalah diantaranya: kelembagaan birokrasi yang besar alias gemuk dan didukung oleh sumber daya aparatur yang kurang profesional, mekanisme sentralistik, kontrol terhadap pemerintah yang dilakukan dari, oleh dan untuk pemerintah, KKN, kurang bertanggungjawab karena lemahnya jerat hukum, jabatan yang tidak diisi sesuai dengan kemampuannya.
Masalah utama dari ketidakberesan birokrasi adalah kontrol rakyat pada pemerintah yang lemah, feodalistik pada birokrasi pemerintahan, dan birokrasi yang tidak demokratis. Hal ini dapat kita perkecil menjadi 3 unsur penting birokrsi yaitu: lembaga (institusi), sistem dan birokrat. Melihat permasalahan yang terjadi di pemerintahan, lantas sering muncul “reformasi birokrasi” yang menawarkan sebuah solusi. Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk memperbaiki struktur sistem, dan kelembagaan birokrasi sendiri dan yang terpenting adalah perbaikan mental para birokrat penyusun sistem. Seiring dengan waktu yang terus bergulir, proses reformasi yang sudah masuk pada tahun ke 11, namun selama itu pula ternyata amanah reformasi masih banyak yang belum dilaksanakan. Kita mengetahui pemberantasan KKN belum optimal, keadilan belum sepenuhnya memihak kepada kebenaran, rakyat miskin yang menantikan uluran tangan pemerintah merupakan sebagian kecil dari tugas pemerintah yang belum terselesaikan. Sejak proses reformasi di berbagai bidang dilaksanakan pada tahun 1998, saat itu juga dimulai pula reformasi dalam tubuh birokrasi. Maswadi Rauf mengatakan bahwa reformasi birokrasi dilakukan melalui perbaikan kinerja birokrasi, peningkatan profesionalism, pemberantasan KKN dan pelayanan publik yang lebih baik.
Pembenahan internal (sistem pemerintahan) yang diupayakan demi dan untuk kesejahteran rakyat merupakan upaya yang tak kunjung usai, proses konsistensi dalam mempertahankan sistem yang baik dan menciptakan birokrat jujur ditambah dengan jerat hukum yang adil adalah sebuah kerharusan. Dengan langkah ini tentu pemerintah akan sangat teliti dalam menciptakan produk hukum berupa kebijakan, apalagi kalau sudah berkaitan dengan sistem yang ditawarkan kaum kapital (read:barat) yang pada akhirnya adalah menyengsarakan rakyat. Ketegasan dan kepercayaan diri sebagai bangsa yang mampu berdiri dengan kaki sendiri melaui research dan development dalam sisi SDA dan SDM akan membuat bangsa lain merasa segan dengan komitmen kuat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kemandirian bangsa sebagai visi besar Indonesia
Keseimbangan dalam sisi SDA dan SDM menjadi pemicu dari konsepsi umum kemandirian bangsa yang diupayakan. Kemandirian bangsa di bidang politik, ekonomi dan budaya sangat perlu dibangun kembali. Lebih-lebih dalam hempasan arus globalisasi sebagai tantangan bagi terwujudnya kemandirian bangsa, yang saat ini dihadapkan pada bahaya sistem kapitalism dari paham global neoliberal/ neokolonial yang semakin memperlemah bangsa. Ditambah lagi dengan aspek ketidakadilan yang melanda bangsa Indonesia, padahal cita-cita bangsa yang didirikanya adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Berbicara mengenai kebangsaan dapat kita ketahui melalui sejarah yang telah tertoreh dari upaya para pelaku sejarah dalam mempertahankan bangsa Indonesia. Ben Anderson merumuskan bangsa secara unik, menurut pengamatannya bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan (imagined political community) dalam wilayah yang yang jelas batasannya dan berdaulat. Otto Bauer mengemukakan bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul yang karena persatuan nasib. Perumusan kedua ahli tersebut biasanya dilukiskan sebagai perumusan yang klasik. Bung Karno mempunyai pemahaman yang relatif baru daripada keduanya. Berkat analisis Geopolitiknya, ia menekankan persatuan antara orang dengan tanah air sebagai syarat bangsa. Bangsa menurut Moh. Hatta ditentukan oleh keinsyafan, sebagai suatu persekutuan yang tersusun menjadi satu, yaitu terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan yang bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang sama diderita, mujur sama didapat. Oleh kerena jasa bersama, kesengsaraan bersama, singkatnya oleh karena peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak (Sutrisno, 1983:38).
Dalam konteks kebangsaan, kemandirian menjadi visi besar yang ditandai dengan proses menuju perbaikan disegala aspek dan penguatan elemen pendukung terciptanya visi besar bangsa tersebut. Indikator kemandirian bangsa itu tidak berbeda, seperti kemampuan menyelesaikan masalah kebangsaan dengan caranya sendiri tanpa bantuan dari negara lain, kmampuan mengimplementasikan keadilan sebagai amanah rakyat yang berlaku dalam jangka pendek dan jangka panjang, mampu menjaga martabat bangsa dimata rakyat dan internasional, serta mewujudkan kesejahteran bangsa. Upaya mencapai kemandirian tersebut tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan, karena dalam wilayah kebangsaan tidak hanya melibatkan orang perorangan, tetapi melibatkan negara - negara yang mungkin memiliki orientasi yang berbeda. Tantangan dalam prwujudan kmandirian iu diantaranya adalah pergaulan dengan bangsa lain, hegemoni globalisasi yang membawa sistem kapitalisme neo-liberalism, Bantuan financial menggiurkan negara lain (SAP read: structural adjustment program), dll. Disinilah konsistensi bangsa yang diwakili oleh pemerintah harus tegas membuat keputusan yang lebih melihat kepada manfaat yang dihasilkan yang dapat dinikmati rakyat banyak, bukan perseorangan, ataupun persekongkolan pembagian kekuasaan pemrinah dengan pemodal asing.
Karakter bangsa menjadi faktor utama untuk meningkatkan daya saing bangsa selain dalam sisi pendidikan dan teknologi. Bila bangsa Indonesia memiliki karakter bangsa yang kuat, maka bangsa Indonesia akan dapat mengalami kemjun seperi negara Cina dan India. Meskipun kedua negara tersebut belum dapat di setarakan dengan Amerika dan Eropa, akan tetapi jika dihitung dari keadaan pada tahun 70an, apa yang dicapai saat ini merupakan prestasi yang luar biasa. Cina misalnya, bangkit dari keterpurukan dan berhasil menjadi raksasa ekonomi baru Asia. Sedangkan India menjadi negara yang satu-satunya di Asia yang mampu mencukupi nyaris seluruh kebutuhan warga negaranya dengan produk dalam negeri. Harus diakui bahwa kedua negara itu bisa mandiri karena memiliki jatidiri atau karekter kebangsaan yang sangat kuat.
Cina sangat menonjol dalam hal disiplin, semangat kerja, diambah dengan penerapan law enforcement yang digunakan unuk membasmi penyelewengan dan penyimpangan di lingkup pemerintahan, diantara yang dapat membuat negara ini mampu mencapai efisiensi besar-besaran. Hal ini terbukti dengan telah masuknya produk-produk Cina hampir ke semua negara yng membuatnya menjadi negara Industri seperti sekarang. Sedangkan India dengan semangat swadesi nya (kurang lebih: membuat sendiri) mampu membangkitkan semangat masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dengan prinsip “memenuhi kebutuhan sendiri”. Produknya yang sudah berkembang diantaranya adalah perangkat mandi, hingga mesin dan industri dan ketergantungan akan produk impor sangatlah rendah, bahkan ada yang mengatakan hutang luar negeri India hampir tidak ada.
Berkaca dari kedua negara tersebut, peluang Indonesia untuk mencapai kemajuan sebenarnya sangatlah besar. Sumber Daya Alam yang dimiliki Indonesia sangatlah jauh lebih banyak dibandingkan kedua negara tersebut, masalah utama yang dihadapi adalah karakter dan visi besar bangsa untuk menghadapi tantangan kapitalisme global. Karakter dan kemandirian bangsa terutama terletak pada generasi pemuda, seperti sosok founding father bangsa. Selain dari tokoh yang mewarnai perjuangan bangsa, organisasi yang dibentuk sebagai wadah perjuangan pun tidak kalah turut serta mengisi dan mempertahankan kesucian gerakan perjuangan

Sekolah Alam Sebagai Alternatif Pendidikan Membentuk Karakter

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan.1 Pada bidang pendidikan konsepsi sekolah merupakan salah satu unsur penting keberlangsungan sistem pendidikan nasional. Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu sekolah alternatif yang sekarang diminati adalah sekolah alam.
Salah satu bentuk sistem pendidikan yang digagas untuk merubah keadaan dunia pendidikan Indonesia saat ini, dan mulai dikembangkan di Indonesia adalah pendidikan sekolah alam.2 Alam adalah sumber pengetahuan yang luas dan berlimpah. Beberapa penemu terkenal di dunia mampu menghasilkan karya-karya fenomenal lantaran memanfaatkan alam. Diantaranya, Isaac Newton yang berhasil menemukan ide tentang teori gravitasi hanya karena duduk di bawah pohon apel yang buahnya terjatuh di dekatnya.
Sistem pendidikan sekolah alam ini berbeda dari sekolah formal umumnya. Sekolah alam hadir dengan konsep pendidikan fitrah. Sekolah bukan lagi beban. Sekolah adalah realitas kehidupan yang mereka jalani dengan penghayatan penuh. Sekolah adalah sumber kegembiraan, bukan sumber stres yang biasanya membuat mereka kehilangan gairah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya, pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah saat ini.3
Berdirinya sekolah alam ini terutama dilatar belakangi sebuah gagasan bagaimana menciptakan sistem belajar mengajar yang menyenangkan yang bisa menempa kecerdasan natural anak dengan kualitas menjadi nomor terdepan sehingga mampu menarik minat anak didik untuk terus belajar. Bahkan buku berjudul Gadis Kecil di Depan Jendela karya Toto Chan, menjadi inspirasi kelahiran dan pengembangan sekolah alternatif berbasis alam. Karena disekolah yang digambarkan dibuku tersebut menerima berbagai keunikan anak dan fasilitas yang ada disekolah tersebut menyatu dengan alam.4
Diharapkan inspirasi dari hadirnya sekolah alam menjadi alternatif dalam menciptakan susana belajar yang menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan bukan sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan.
Sekolah Alam
Sekolah alam5 berusaha mengembangkan pendidikan bagi semua (seluruh umat manusia) dan belajar dari semua (seluruh mahluk di alam semesta). Sehingga fitrah manusia dapat berkembang dan tumbuh sesuai dengan kompetensinya dengan belajar bersama alam bersifat nyata menuju kualitas manusia yang paripurna.
Sekolah alam merupakan salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Sekolah alam menjadi sebuah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang mengangankan dan menginginkan perubahan dalam dunia pendidikan. Diharapkan dari adanya alternatif sekolah alam tidak sekedar perubahan sistem, metode dan target pembelajaran melainkan paradigma pendidikan yang akan mengarah pada perbaikan mutu dan hasil dari pendidikan itu sendiri. Target strategisnya adalah anak didik dapat menjadi investasi sumber daya manusia untuk masa depan yang menghargai dan bersahabat dengan alam.
Sekolah alam dapat menjadi alternatif sekolah yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada hal-hal yang positif. Sekolah alam cenderung membebaskan keinginan kreatif anak sehingga anak akan menemukan sendiri bakat dan kemampuan berlebih yang dimilikinya.6
Sebagai sekolah alam, lanskap sekolah adalah jantung sekolah. Menyatu dengan jiwa sekolah dan harmoni dengan alam.7 Hakikat dari konsepnya merupakan sekolah dengan berbasis konsep pendidikan yang memanfaakan alam semesta. Dasar dari konsep tersebut adalah Al Qur'an dan Hadits, bahwa hakikat penciptaan manusia adalah untuk menjadi pemimpin di muka bumi.
Pembelajaran Sekolah Alam
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.8 Menurut Mulyasa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.9
Pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu sekolah alternatif yang sekarang diminati adalah sekolah berbasis alam. Sekolah alam dalam pembelajarannya menekankan proses keterpaduan manusia bersama alam yang ada pada lingkungan sekitar (insitu development).
Alam semesta yang dimanfaatkan antara lain sebagai media pendidikan, observasi dan riset.10 Sesuai dengan ajaran Islam manusia disilahkan untuk memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan fital manusia dan akan dipertanggungjawabkan perbuatan di atas bumi.11 diantara cara terbaik yakni mengintegrasikan sains dengan al Qur’an, atau dikenal dengan istilah integrasi ilmiah ilahiah. Dengan cara mengamati dan memahami langsung gejala alam yang terjadi, sehingga kita bisa mendapatkan media belajar yang bermutu dan murah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-khafi ayat 109 :
Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".(QS. Al Kahfi:109)12
Kondisi fisiologis mereka ketika belajar di alam terbuka juga akan sangat berpengaruh terhadap keefektifan cara belajar mereka. Suasana dan kondisi lingkungan yang menyenangkan (Fun Learning), akan sangat mendukung dalam proses pembelajaran ini. Berdasarkan hal tersebut, sangatlah penting bagi kita untuk mengkonsep sebuah pendidikan yang menyelenggarakan sistem belajar mengajar yang menghargai setiap potensi yang ada. Dalam pembelajaran dapat diselaraskan dengan kondisi psikologis siswa, sehingga otak mereka akan sangat mudah untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran dan proses belajar pun akan menjadi sangat optimal dan efektif.13
Sekolah alam pada umumnya menggunakan sistem pembelajaran dengan konsep tematik dan tetap diintegrasikan dengan pembelajaran yang ada. Setiap tema dibahas dari berbagai sisi akhlak, seni, bahasa, kepemimpinan, dan ilmu pengetahuan. Tiap tingkatan memiliki sejumlah tema pembahasan yang berbeda-beda.14 Selain memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada umumnya, sesuai dengan namanya, suasana yang disuguhkan pun membuat siswa dekat dengan alam.
Siswa sekolah alam merupakan anak usia sekolah yang disesuaikan dengan jenjangnya, sehingga tidak membeda-bedakankan. Dalam praktiknya anak diberikan kebebasan dalam keinginan kreatifnya sehingga akan menemukan sendiri bakat dan kemampuan yang dimilikinya dengan berbasis alam sekitarnya. Metode belajarnya menggunakan lingkungan alam sekitar. Penggunaan lingkungan alam sekitar tidak hanya sebagai obyek observasi saja tetapi juga sebagai sarana dalam proses pembelajaran (learning experience).
Dengan menggunakan metode belajar aktif dimana guru betul-betul berfungsi sebagai fasilitator sehingga akan tercipta suasana belajar yang akan menimbulkan kreatifitas dan kapabilitas dengan lebih optimal (student centris). Guru harus merancang berbagai tema pembelajaran tentang lingkungan seperti air, serangga, sampah dan yang lainnya dan kemudian dipraktikkan dengan metode outing (kegiatan keluar).15
Guru atau tenaga pengajar sekolah alam yang baik tentu merupakan lulusan PTN yang diharapkan memiliki wawasan pendidikan dan wawasan kemandirian yang bagus dan memadai. Sehingga diharapkan mampu mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran model sekolah alam. Guru sekaligus sebagai fasilitator dan patner yang baik bagi anak didiknya.
Dalam pembelajarannya konsep sekolah alam yang dipakai adalah dengan cara belajar sambil bermain dengan harapan orientasi fokusnya mengembangkan kelebihan yang dimiliki anak dengan metode pencarian yang tak baku dan relatif menyenangkan diterima anak dalam bentuk permainan tertentu. Metodologi pembelajaran yang dipakai cenderung mengarah pada pencapaian logika berpiki inovatif yang baik dalam bentuk action learning (praktik nyata).16
Yang menarik dari sekolah alam, tidak hanya siswa yang belajar guru pun dituntut untuk terus belajar, bisa dari murid atau guru-guru lain. Yang sangat penting dalam pembelajaran adalah penanaman dasar bahwa semua makhluk berkewajiban untuk belajar, belajar dalam konteks toleransi sosial. Bahkan yang lebih dalam proses pelajaran, bukanlah hanya mengejar nilai, namun bagaimana memahami seberapa jauh proses belajar dapat dinikmati dan diterapkan dengan baik.
Dengan kata lain, antara kurikulum, toleransi sosial, dan pemanfaatan kehidupan keseharian dapat ditarik benang merah transformasi ilmu secara teknis, moral, kemanusiaan dll.

Kamis, 04 Februari 2010

Mengembalikan HMI Pada Khittah Perjuangan

Bertepatan pada hari Jum’at tanggal 5 Februari 2010, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hari ini telah memasuki usia ke-63 tahun. Kiprahnya di negeri ini telah menjadi bukti bahwa HMI terus berbenah peran gerakan dari generasi ke-generasi. Hingga tak terhitung sudah berapa kader terbaiknya turut mengisi peran, baik sebagai pakar politisi, pengusaha hingga akademisi. Demikian banyaknya hingga hari ini HMI masih layak disebut organisasi kemahasiswaan yang tetap konsen di lahan garap perjuangannya.
Tentunya menjadi kebanggaan bagi kita sebagai kadernya, karena HMI sebagai organisasi besar, organisasi tertua di Indonesia, kaya dengan pengalaman, pelopor dan pencetak para intelektual, banyak anggota dan alumni yang tersebar diseluruh pelosok negeri. Kemudian ini menjadi menarik untuk kita simak apakah hingga sekarang HMI masih tetap konsen mengkader dan menyiapkan para pejuang yang siap menjadi pelopor disetiap zamannya kelak seperti dahulu.
Karena bila kita tilik dari proses hingga sekarang himpunan ini banyak mengalami metamorfosa posisi kultural akibat tantangan, baik dari internal maupun eksternal. Semua pastinya berdampak pada peningkatan kuantitas hingga tradisi menuju kualitas sumber daya manusia (red-kader). Sehingga besarnya HMI, tuanya dan banyaknya alumni yang hebat menjadi kelemahan kader-kader sekarang. Karena banyak yang mengekor, bahkan menggantungkan eksistensinya pada kebesaran seniornya, berlindung di balik bangunan sejarah HMI yang tidak dibuatnya namun ia terus memparasitkan diri “ngalap berkah” darinya.
Reposisi Gerakan HMI
Milad ke 63 saat ini menjadi refleksi bersama bagaimana HMI sebagai organisasi yang mengedepankan jargon “intelectual movement”, dengan menghadirkan dirinya dan turut berkiprah dalam menginvestasikan kader-kadernya di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Sambutan panglima besar Jenderal Soedirman dalam peringatan 1 tahun HMI berdiri pernah mengatakan “HMI hendaknya benar-benar HMI, jangan sampai suka menyendiri”, HMI yang benar bukan hanya Himpunan Mahasiswa Islam melainkan Haparan Masyarakat Indonesia.
Menurut apa yang diharapkan oleh Jenderal Soedirman bukan mengada-ada, yang disampaikan beliau menjadi inspirasi para pendiri dan kader waktu itu. Bahwa HMI harus tetap menjadi bagian sejarah perjuangan menuju harapan kemerdekaan indonesia seutuhnya. Analisa penulis, HMI berdiri memang sudah menjadi jalan untuk mencetak para intelektual progersif yang siap memimpin dizamannya. Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, kiprah HMI dalam perjuangan sangat aktif, melebihi organisasi mahasiswa yang lain. Dasar letak perjuangan panjang hingga ke 63 tahun sekarang patut kita koreksi bersama apakah himpunan ini tetap menjadi harapan atau malah menjadi mitos yang kabur tak tentu arahnya karena kebesaran jubah sejarah yang menyelimuti.
Bahkan pergulatan akibat tekanan represif rezim pemerintahan Orde Baru dan godaan kekuasaan menjadikan HMI pecah menjadi dua pada tahun 1986, yaitu HMI MPO yang tetap mempertahankan asas Islam sebagai azas organisasi dan HMI DIPO yang menerima asas pancasila. Sejarah panjang tersebut tak bisa dimungkiri dan menjadi dampak luar biasa untuk perkembangan peran HMI dalam pusaran sistem keindonesiaan hingga kini. Tapi bukan kemudian kita memperdebatkan bagaimana posisioning HMI dalam menghadapi tantangan berikutnya. Sebagai kader HMI saya melihat kini himpunan yang sudah mulai menua harusnya mampu kita deskripsikan lagi fungsi dan perannya dalam bingkai keindonesiaan sebagai iluminasi gerakan untuk dapat meningkatkan keunggulan komparatif tanpa terpancing tubuh HMI menjadi dua. Justru ini menjadi peluang bagi kader-kader HMI untuk bisa bersaing dalam berperan untuk membuktikan bahwa HMI harus tetap menjadi garda yang terdepan dalam mencetak kader-kadernya.
Perjalanan yang terjal dan penuh liku biarlah berlalu dan saatnya kini kita memikirkan bagaimana agar ruh HMI dapat kembali dan mampu menjadi inspirasi perjuangan. Karena HMI bukanlah apa-apa, tapi menurut penulis dalam sistematika dan proses perkaderannya telah dan mampu menjadi sebuah konstruksi luar biasa karena mampu mencetak generasi yang tahan banting dan siap pakai. Karena itulah segalanya bisa berawal dari HMI.
Kembali ke Khittah perjuangan
Seiring perjalanan tumbangnya rezim Orde Baru muncul keberanian masyarakat kita untuk melakukan kritikan dalam berbagai bentuk, termasuk HMI juga telah menjadi sasaran kritik berbagai kalangan, baik internal maupun eksternal HMI. Kritikan pedas yang terlontar dari almarhum Cak Nur “HMI sekarang tidak sesuai lagi dengan misi awal pendiriannya, kader HMI cenderung elitis dan banyak berpolitik dari pada memikirkan persoalan umat dana bangsa”. Sebagai orang yang pernah besar di HMI, kritik Cak Nur tersebut tentu tanpa alas an tetapi melewati pengamatan dan analisis yang mendalam.
Melalui refleksi sejarah atas banyaknya kritikan dan evaluasi yang berdatangan dari segala penjuru, menjadi sesuatu yang penting untuk sebuah organisasi. Ibarat pohon HMI sekarang semakin menjulang tinggi dan pastinya terpaan badai, hembusan angin pastinya semakin kencang, demikian kritik tajam yang bertubi-tubi harus menjadi kontrol bagaimana masa lampau yang berlalu dan menatap masa depan dengan pijakan kritik yang konstruktif.
Banyak hal yang perlu penulis ketengahkan diantaranya tiga hal yang menjadi koreksi bersama, diantaranya yang menjadi masalah himpunan ini. Pertama menurunnya populasi kajian rutin strategis. Kedua, split karakter sehingga berujung pada dekadensi kualitas kedirian dan Ketiga, pragmatisme oriented. Dalam konteks kekinian tiga kelemahan tersebut menjadi tantangan kita bersama. Untuk meretas stagnasi harus dengan kerja keras. Diantaranya kita sebagai kader HMI harus siap merebut kembali dan mengetengahkan tradisi intelektual HMI ditengah arus pragmatisme. Semuanya harus dimulai dari kesadaran diri dan bersama bahwa ruh spirit identitas kader harus direvitalisasi mulai sekarang dengan kembali ke-khittah perjuangan.
Usia bukan menjadi halangan untuk membuktikan bahwa sejarah layak untuk kita konstruksi bahwa keberhasilan HMI pun juga tergantung bagaimana generasi saat ini secara kualitas dapat diandalkan. Diantara khasanah intelaktual yang perlu dikuatkan tersebut adalah; Pertama, kemampuan melihat kompleksitas realitas dengan kapasitas keilmuannya kedua, kemampuan kompotensi keilmuan yang diharapkan mampu memecahkan kebutuhan praktis masyarakat.
Menjadikan kembali HMI sebagai harapan masyarakat Indonesia adalah tugas berat dan butuh perjuangan. Bahkan dalam proporsi penulis HMI bukan hanya menjadi Harapan Masyarakat Indonesia tapi juga menjadi Harapan Masyarakat Internasional. Bahkan dalam idealita kesejarahan menjadi Harapan Masyarakat Islam (madinatul munwaroh) adalah sebuah keniscayaan bagi kita dan seluruhnya. Semua bisa diwujudkan selama kita mengerti tujuan himpunan ini.
Milad ke-63 harusnya menjadi momen untuk berintrospeksi dan berbenah bagi seluruh kadernya dalam aktifitas gerak juangnya. Dari tujuan besar yang ingin dicapai dari Khittah Perjuangan yaitu terbinanya mahasiswa islam menjadi insan ulul albab yang turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai allah SWT menjadi benang hijau untuk mengusung peran gerakan kekinian. Sudah saatnya HMI merumuskan strategi gerakannya untuk bangkit dengan kembali ke khittah perjuangan sehingga mampu mengembalikan citra keorganisasian dengan peran iluminatif-nya. Amien.. Yakin Usaha Sampai, Bahagia HMI!

*) Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang 2009-2010 dan Direktur Lingkar Studi Alternatif (LASTA ) Semarang.