SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Minggu, 06 Maret 2011

Kepemimpinan Generasi Muda Dalam Mewujudkan Kemandirian Bangsa

Sebagai awal untuk mengantarkan tulisan ini, saya sebenarnya menggarisbawahi judul tema seminar yang diberikan panitia. Diksi kata dari pemuda dan kemandirian bangsa adalah dua istilah yang dimunculkan, secara kuat mampu menjelaskan apa yang akan dibahas dalam seminar kali ini. Kemudian saya menilik pemuda dalam ranah peran, karena menjadi menarik untuk dibicarakan tentang pemuda, maka yang akan terpikir ada dua hal, yaitu pertama dari segi usia pemuda dapat dilihat dari perkembangan psikologis.

Secara psikologis pemuda lebih identik dengan remaja dan dewasa awal. Pada tahap perkembangan ini manusia mempunyai sikap yang lebih memberontak, penuh dengan inisiatif, kreatif, cenderung antikemapanan, dan penuh dengan segala intrik yang bertujuan untuk membangun kepribadian. Kedua, lebih kepada jiwa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Pemuda tidak lagi dibatasi oleh usia dan perkembangan psikologis.

Pemuda juga dapat dikategorikan dalam sekup wilayah yang luas, Bahkan pemuda selalu menarik untuk diperbincangkan, mulai dari kapan munculnya hingga apa tugas dan peran nyatanya. Bila kita mencermati definisi banyak interpretasi yang muncul, mulai dari perspektif demografis usia hingga perspektif sosioligi-politik perannya. Lepas dari itu semua kita harus melihat potensi yang dimiliki. Banyaknya pemuda bukan hanya menjadi peluang tapi juga menjadi tantangan masa depan. Karena kebanyakan pemuda tidak siap dengan prosesnya.

Idealisme Pemuda

Dalam realitasnya, tidak sedikit kaum muda yang kemudian masuk dalam ranah kekuasaan yang pada akhirnya bergelut dengan berbagai kepentingan kekuasaan dan politik. Berbagai generasi akhirnya terjebak kepada pola kerja dan tuntutan kekuasaan sehingga tidak jarang terjadi benturan idealisme dan kepentingan. Idealisme pemuda seharusnya mampu membawa bangsa ini menuju perbaikan dan kemajuan dalam berbagai sektor kehidupan.

Lingkaran kekuasaan baik eksekuif, legislatif, dan yudikatif terlalu banyak membawa kepentingan sehingga terus menggerogoti idealisme dan melunturkan karakter kaum muda. Tidak saja di lingkaran kekuasaan, kaum muda yang kemudian memilih jalur-jalur profesional pun tergerus oleh kompetisi global yang semakin menghimpit berbagai sektor-sektor kehidupan. Dan perjuangan kaum muda pun perlu merevitalisasi pola pembangunan karakter untuk menghadapi persaingan tersebut.

Lunturnya idealisme dan karakter pemuda tersebut bisa saja karena tidak dipersiapkannya kompetensi sebagai bekal kaum muda dalam menghadapi persaingan global. Kompetensi yang sedikit kemudian melunturkan karakter kaum muda yang berimbas pada daya juang dan semangat kaum muda secara umum. Idealisme kaum muda dalam perjuangan tidak bisa lepas dari benturan kebutuhan ekonomi, sehingga mengalami dekadensi. Di tengah kompetisi global, kaum muda tidak cukup hanya berbekal idealisme semata. Idealisme perlu dibarengi dengan kemandirian sehingga mampu menciptakan kaum muda yang berdikari secara ekonomi.

Konteks hari ini telah menuntut adanya kekuatan ekonomi yang harus dimiliki untuk meneruskan cita-cita sehingga kemandiran bangsa terus dapat dijaga. Soekarno, Presiden pertama RI menyampaikan tiga hal yang perlu dilakukan untuk mencapai bangsa yang mandiri. Ketiga hal tersebut kemudian dikenal dengan trisakti; (1) berdaulat secara politik, (2) berdikari secara ekonomi, (3) berkepribadian secara sosial budaya. Soekarno menekankan ketiga hal tersebut sebagai bagian yang saling terkait untuk mencapai kemandirian bangsa.

Kaum muda sudah seharusnya mencermati makna dari trisakti tersebut sebagai inspirasi untuk mampu membangun kekuatan ekonomi, politik, dan sosial budaya sebagai karakater kaum muda yang tidak tergoyahkan. Berdikari secara ekonomi, bagi penulis dalam konteks hari ini merupakan kekuatan untuk mampu mencapai kedaulatan politik, dan kepribadian sosial budaya. Dengan berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan memiliki kepribadian secara sosial budaya, idealisme kaum muda tidak akan mampu ‘dibeli’ dengan berbagai kepentingan.

Saya ingat pesan singkat dari catatan harian Ahmad Wahib “keberhasilan satu generasi adalah keberhasilan kita, kegagalan satu generasi adalah kegagalan kita”. Dari pesan itulah penulis merasa bahwa pemuda adalah penopang masa depan bangsa. Bila kita berhasil satu generasi saat ini, maka kemungkinan sepuluh dua puluh tahun kedepan kita akan mampu menerobos stagnasi rezim yang ada. Tapi sebaliknya, bila genarasi kita acuh tak acuh bahkan tak mau peduli dan berproses dengan zamannya, maka saya menjamin tinggal menunggu waktu untuk merapuhkan tiang penopang negara kedepan.

Dekonstruksi Gaya Hidup

Pemuda lebih mudahnya menurut hemat penulis bila dilihat pada jiwa yang dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jika yang suka memberontak, penuh inisiatif, kreatif, anti kemapanan, serta ada tujuan lebih membangun kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pemuda. Dari pola perilakunya jelas menggambarkan arogansi, walaupun tidak semuanya bisa dikategorikan seperti penggambaran diatas. Yang menjadi perhatian adalah gaya hidup yang cenderung seenaknya, tidak mau diatur bahkan memilih melakuan perlawanan. Bahkan tanpa kita sadari dari gaya berperilaku hingga berfikir kita telah dijajah oleh tren yang acapkali kita anggap itu modern dan nyentrik.

Mulai dari realitas media yang sangat bebas sehingga yang dinamakan apapun ya itu harus sesuai media, bahkan jalan, bicara, hingga hal yang paling privat juga didefinisikan menurut tren. Disinilah gaya hidup yang perlu digaris bawahi, untuk kita kritisi bersama dalam seminar kali ini. Lalu apa kaitannya dengan hedonisme dan pragmatisme? Mungkin bila anda sudah membaca tema dari seminar yang disodorkan.

Jelas dan nyata, bahwa dua istilah itu menjadi keterwakilan para pemuda yang gandrung dan memuja mode, dan apakah anda masuk didalamnya? Apakah anda datang seminar karena tertarik untuk mengetahuinya atau memang tren sekedar ikut agar dianggap pemuda yang gaul atau bahkan datang karena orientasi pragmatis?

Sengaja saya mencoba santai dalam mengupasnya, karena itulah realitas bahwa masih banyak pemuda belum mengerti akan dirinya. Bisa dicek, coba tanyakan ke diri anda masing-masing, siapakah saya?, apa falsafah hidup saya?, untuk apa saya hidup?, apa aspirasi terdalam saya?, dan apa yang membuat saya paling bahagia?.

Coba anda renungkan dan hayati, apakah sudah ketemu jawabannya, bila anda mampu menemukannya maka itulah visi hidup, yang akan mengajak anda memilih terbaik. Peran kunci pribadi adalah yang menentukan untuk anda pilih dan anda definisikan. Selain itu juga coba anda tanyakan lagi pada diri anda masing-masing; mau kemana saya menuju?, apa yang ingin saya wujudkan?, apa tujuan jangka panjang saya?, apa yang ideal buat saya?, dan apa yang saya pertahankan dalam hidup saya?. Sebenarnya sederhana untuk kita ketahui sehingga kita mengetahui apa sebenarnya kita hidup dan disitulah akan muncul dengan misi hidup. Dan pribadi anda akan mengatakan dan memilih proses yang lebih baik, bukan hanya sekedarnya.

Mengasah Kapasitas dan Kualitas

Dua istilah mungkin bisa menjadi keterwakilan atas kondisi pemuda saat ini. Dari keduanya penulis berani menjamin ketika keduanya terpenuhi maka masa depan bangsa dipastikan akan mengalami perubahan pesat. Lalu kenapa hanya dua istilah? Kalau dilihat dari peluang menatap masa depan pemudalah yang harusnya berani beresiko untuk berproses menempa kualitas. Dengan komitmen berjuang maka masa depan ada ditangan kita hingga menunggu waktu kapan kita akan membuktikan.

Jalan kita masih panjang, sejarah membuktikan dari sebelum kemerdekaan. Mulai starting point bangkitnya pemuda delapan puluh tiga tahun silam (red-1928) melalui sumpah pemuda menjadi kunci kita sebagai pemuda harus sadar untuk berbenah. Hingga bergulirnya waktu kemerdekaan berhasil diraih juga atas inisiatif tokoh pemuda terbaik bangsa. Bahkan setelahnya gerakan pemuda yang dimotori mahasiswa memanifestasikan gerakan dan menghasilkan angkatan 66,74,78 dan Reformasi 98.

Tak bisa dipungkiri, bila kita telisik lebih dalam gerakan pemuda 1928 menjadi spirit kepemudaan untuk terus berjuang tanpa membeda-bedakan asal-usul dan latar belakangnya. Bahkan setelah merdeka banyak organisasi kepemudaan muncul seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), IMM, GMNI, PMII dll. Lepas dari itu semua, berdirinya organisasi kepemudaan salah satu tujuannya adalah untuk menggodog pemuda menjadi berkualitas. Bahkan menyiapkan calon kader ummat dan bangsa, sehingga siap dipakai setiap zamannya.

Peran generasi muda atau pemuda dalam konteks perjuangan dan pembangunan dalam kancah sejarah kebangsaan Indonesia sangatlah dominan dan memegang peranan sentral. Baik dalam perjuangan yang dilakukan secara fisik maupun diplomasi, perjuangan melalui organisasi sosial dan politik serta melalui kegiatan-kegiatan intelektual. Masa revolusi fisik dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah ladang bagi tumbuh suburnya heroisme pemuda atau generasi muda yang melahirkan semangat patriotisme dan nasionalisme.

Pemuda atau generasi muda yang hidup dalam nuansa dan suasana pergolakan kemerdekaan dan perjuangan akan cenderung memiliki kreativitas tinggi dan keunggulan untuk melakukan perubahan atas berbagai kerumitan dan masalah yang dihadapi, akan tetapi bagi para pemuda atau generasi muda yang hidup dalam nuansa nyaman, aman dan tentram seperti kondisi sekarang, cenderung apatis, tidak banyak berbuat dan hanya berusaha mempertahankan situasi yang ada tanpa usaha dan kerja keras melakukan perubahan yang lebih baik dan produktif atau bahkan cenderung tidak kreatif sama sekali.

Generasi muda memiliki posisi yang penting dan strategis karena menjadi poros bagi punah atau tidaknya sebuah Negara. Kaum muda adalah pelurus dan pewaris bangsa dan negara ini, baik buruknya bangsa kedepan tergantung kepada bagaimana generasi mudanya, apakah generasi mudanya memiliki kepribadian yang kokoh, memiliki semangat nasionalisme dan karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya (nation and character), apakah generasi mudanya memilki dan menguasai pengetahuan dan tekhnologi untuk bersaing dengan bangsa lain dalam tataran global dan tergantung pula kepada apakah generasi mudanya berfikir positif untuk berkreasi yang akan melahirkan karya-karya nyata yang monumental dan membawa pengaruh dan perubahan yang besar bagi kemajuan bangsa dan negaranya.

Secara umum terdapat dua sudut pandang yang membuat posisi pemuda strategis dan istimewa yaitu; secara kualitatif pemuda memiliki idealisme yang murni, dinamis, kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Idealisme yang dimaksud adalah hal-hal yang secara ideal diperjuangkan oleh pemuda, bukan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, tetapi untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Posisinya pemuda dalam peran pembangunan nasional maupun daerah sangatlah penting dan strategis. Untuk itu posisioning pemuda tidak lagi berada dalam ruang yang sangat elitis, tetapi pemuda harus berada di tengah-tengah masyarakat dan selalu mewarnai berbagai lini kehidupan bangsa karena masa depan bangsa terletak di tangan pemuda yang senantiasa memprakarsai perubahan-perubahan untuk kemaslahatan dan menganalisis problematika bangsa kita.

Saat ini peran elit (the rolling class) dan kelas menengah (middle class) sangat siginifikan dalam menggerakkan dan mengarahkan perubahan sosial. The Rolling Class berasal dari kelas menengah dari berbagi kalangan dan kelompok strategis diantaranya kelompok intelektual, pengusaha, birokrat, politisi dan militer. Agar pemuda dapat melakukan mobilitas vertikal dan masuk ke dalam kelas menengah haruslah berbasis kompetensi, bukan patronase politik. Dengan masuknya pemuda dalam midle class dan the rolling class, akselerasi pembangunan dapat dioptimalkan. Percepatan pembangunan harus dimulai dengan perubahan mental dan cara berpikir, walaupun pemerintahan saat ini sudah on the track, tapi jalannya masih lambat.

Dengan kematangan mental dan perbedaan cara berfikir yang segar, the next rolling class siap membantu dan mengakselerasi pembangunan nasional maupun daerah. Selain itu, konteks peran pemuda dalam memanifestasikan perubahan bangsa hendaknya tidak hanya terpaku pada persoalan-persoalan lokal dan nasional, tanpa menyadari konteks internasional. Ajakan John Nesbit perlu dilakukan: yaitu “Think Globally, Act Locally” bahwa walaupun kita bertindak lokal, tetapi cara berpikirnya adalah global. Bahwa pemuda hidup dalam komunitas internasional, yang sedikit banyak akan membawa pengaruh bagi dinamika aneka kehidupan lokal dan nasional.

Menjawab tantangan diatas, sudah saatnya pemuda sebagai kandidat pemimpin nasional maupun daerah di masa datang harus dipersiapkan dengan baik dan matang. Peran pemuda hendaklah direvitalisasi sejak dini, sebab kepemimpinan kedepan butuh integritas, kapasitas, kemampuan, keahlian/kecakapan, pengetahuan/wawasan, pengalaman, solidaritas, kemampuan memecahkan masalah, juga kematangan emosional. Ujung dari semua itu adalah kebijaksanaan (wisdom) dan kebijakan (policy), artinya bagaimana seorang pemimpin muda mampu memutuskan kebijakan secara bijak, cepat dan tepat, berdampak bagi kemajuan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Kekuatan pemuda untuk menjadi pemimpin nasional dan daerah adalah sebuah keniscayaan. Setidaknya ada dua rahasia besar kekuatan pemuda, yaitu kekuatan personal dan keunggulan mengorganisasi kekuatan. Al-qur’an mengabadikan keunggulan personal pemuda yang mempunyai sifat qowiyyun amiin (kuat dan dapat dipercaya), hafiidzun aliim (amanah dan berpengetahuan luas), bashthotan fililmi wal jism (kekuatan ilmu dan fisik), ra’uufun rohiim (santun dan pengasih). Sifat-sifat unggul tersebut merupakan potensi besar, yang menumpuk pada individu pemuda, dimana masyarakat sangat mengharapkannya.

Semua butuh kerja keras untuk bisa terwujud, termasuk kemandirian bangsa. Kearifan dan kerjasama pemerintah, organisasi pemuda dan lainnya harus disinergikan untuk bisa melaksanakan aksi menuju perubahan kearah pembangunan khususnya dibidang ekonomi dengan ditopang melalui karakter. Stake holder tersebut dapat memfasilitasi pemuda agar dapat ikut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah, khususnya dengan memberikan kemampuan terbaik sesuai dengan potensi diri yang disesuaikan dengan potensi daerahnya.

*) Makalah ini disampaikan dalam Seminar Kepemudaan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang pada hari Selasa, 8 Februari 2011 di Ruang Seminar Balai Kota Semarang.

Tidak ada komentar: