SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Selasa, 17 November 2009

Peran Jurnalisme Islam Dalam Fenomena Globalisasi Informasi

Bicara peran media pers jurnalistik menjadi menarik ketika dikaitkan dengan fenomena kekinian. Ini bisa kita lihat dari bahasa yang digunakan dalam beberapa media. Mulai dari majalah hingga surat kabar harian. Demikian penting fungsi media menjadi poros utama dalam membangun opini di masyarakat luas.
Sangat khas saat kita membandingkan gaya tulisan di media massa, missal dilihat dari jenisnya, karakter hingga jenis reportase investigasi yang digunakan. Menjadi berbeda tentang tolok ukur kaidah-kaidah jurnalistik saat kita menjumpai berbagai tulisan. Karena dalam bahasa jurnalistik sendiri juga memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis berita utama..
Dalam menulis banyak faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik bahasa jurnalistik karena penentuan masalah, angle tulisan, pembagian tulisan, dan sumber (bahan tulisan). Kalau kita mencermati bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana. Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa dalam masyarakat.
Demikian adanya bahwa dalam kepenulisan tidak hanya ragam bahasa jurnalistik saja yang harus dipenuhi tapi juga sifat-sifatnya. Karena lapisan masyarakat dalam hal ini pangsa pasar minat pembaca menjadi penentu karakter bahasanya. Dengan kata lain bahasa jurnalistik dapat dipahami dalam ukuran intelektual minimal. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang memiliki cukup waktu untuk membaca surat kabar. Oleh karena itu bahasa jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk menyampaikan semua informasi yang dibawa kepada pembaca secepatnya dengan mengutamakan daya komunikasinya.
Bicara jurnalis adalah menjadi kekuatan tersendiri. Sebuah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Misal, menginformasikan berita dan karangan utuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.
Bisa dikatakan jurnalistik merupakan proses kewartawanan dan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang actual dan factual dalam waktu yang secepat-cepatnya. Dalam jurnalistik selalu harus ada unsur kesegaran waktu (time liness atau aktualitas). Seorang jurnalis memiliki dua fungsi utama. Pertama, fungsi jurnalis adalah melaporkan berita. Kedua, membuat interpretasi dan memberikan pendapat yang didasarkan pada beritanya.

Definisi Jurnalistik dan Jurnalisme
Jurnalistik atau jurnalisme berasar dari kata Journal yang berarti catatan harian. Catatan mengenai kejadian sehari-hari atau bisa juga berarti surat kabar. Journal berasal dari kata latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan Jurnalistik. Dalam istilah ilmu publisistik adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari-hari yang umum dan actual dengan secepat-cepatnya.
Menurut hemat saya jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta & melaporkan peristiwa. Sehingga ada sebuah usaha untuk mentransformasi informasi seaktual mungkin seobyektif mungkin, walaupun tidak lepas dari ideologi dan karakter si penulis berita. Melihat dari beberapa definisi yang beragam mengenai jurnalistik yang ada membuat kita dapat menyelami makna yang terkandung dan peran yang harusnya dapat mengemban tugas dakwah. Dengan mengelaborasikan tugas untuk mencerdaskan para penikmat informasi terkait apa yang disajikan maka kegiatan atau aktifitas jurnalis menjadi sesuatu yang bermanfaat. Bila kita tilik dari sisi media dakwa islam, jurnalistik dapat dikaegorikan sebagai usaha proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan khusus nilai Islam yang menyangkut umat Islam dengan perspektif dogma Islam kepada publik melalui media.
Proses pemberitaan atas informasi berbagai hal yang sarat muatan ideologi menjadi menarik untuk dikaji. Kondisi sekarang menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk memahami arah dan karaker media yang kita konsumsi. Sebagai ummat islam kita harusnya lebih selektif dalam memperoleh informasi. Secara sadar kita sebenarnya mengetahui begitu kuat arus perlawanan media untuk mengadopsi karakter sebuah kelompok tertentu. Bahkan dalam dunia jurnalisme media ada usaha untuk membela bahkan memperjuangkan opini atau fakta untuk memasukkan nilai perlawanan terhadap bentuk penindasan.Kondisi saat ini harusnya menjadikan kita lebih sadar dan mengerti bagaimana memfilter arus modernisasi informasi atas hegemoni informasi yang semakin kebablasan.

Dakwah Islam
Puluhan abad silam, hasil dari produk jurnalistik Islam memainkan peran luar biasa dalam mengisi hiruk-pikuk kebangkitan Islam secara menyeluruh. Bahkan dalam beberapa referensi yang saya dapat gagasan revolusioner Islam yang menyeru kepada budaya baca-tulis dengan ayat-ayatnya terlahir di tengah-tengah komunitas yang justru ''antihuruf'' dan turunlah wahyu dengan awalan “iqra’”. Dari latar belakang kebangkitan islam dalam ranah karya dan perannya, jurnalistik menjadi sesuau yang tidak boleh dipandang sebelah mata.
Bahkan dari salah satu referensi menjelaskan bahwa peran Al-Quran dalam sejarah panjang jurnalistik Islam menjadi referensi utama yang menegaskan pentingnya menulis. Saya melihat ada korelasi panjang dari perkembangan peradaban islam menjadi pelopor peradaban dunia. Adanya hubungan ini bukan sekedar spirit Islam yang terkandung dalam Al-Quran. Dengan meluasnya area informasi akibat dari percepatan dan perkembangan teknologi informasi maka kia sebagai ummat Islam harus bisa mensiasati laju perkembangan informasi.
Tak bisa dipungkiri akibat arus percepatan informasi di era globalisasi menegaskan kita perlunya kembali menilisik signifikansi hubungan timbal-balik peran Islam dan jurnalistik, sehingga sejarah tidak hanya berhenti sebagai saksi bisu hubungan antara keduanya, namun ada upaya mewujudkan kembali secara maksimal hubungan yang pernah bersemi itu. Dengan demikian, jurnalisme Islam tidak hanya menjadi jargon tanpa realisasi.

“Dan hendaklah ada sebagian di antara kamu sekelompok orang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf, dan mencegah yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S. 3:104).

Dari kutipan diatas adalah penegasan bahwa untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar juga dengan ajakan. Dalam definisi dakwah islam banyak cara dilakukan. Dakwah bil lisan (ceramah, tabligh), dakwah bil hal (pemberdayaan masyarakat secara nyata, keteladanan perilaku) atau dakwah bil qalam (dakwah lewat pemberitaan atau tulisan) juga harus lebih digalakkan.
Dari cara-cara yang dapat dilakukan untuk berdakwah merupakan pilihan. Termasuk dengan dakwah melalui pemberitaan lewat tulis-menulis. Merupakan cara kita bagaimana bisa memanfaatkan media massa dalam hal berdakwah dapat dilakukan melalui penulisan opini yang umumnya terdapat di berbagai surat kabar harian, mingguan, tabloid atau majalah-majalah, jurnal hingga bulletin.
Begitu besar peran yang dapat kita laksanakan dalam berdakwah mensiarkan islam, termasuk dengan menulis. Memang bukan pekerjaan yang mudah untuk memulai dari menulis, karena kebiasaan yang sering dilakukan adalah kebiasan dakwah melalui lisan dan praktek nyata. Dari kerja kreatif menulis begitu luar biasa efeknya. Bila kita cermati dari perannya jurnalis memiliki tugas peran dan tanggungjawab meluruskan informasi yang saat ini cenderung diketengahkan kearah stereotype negatif. Bisa kita lihat bagaimana islam dikerdilkan melalui informasi yang cenderung menyuarakan citra islam semakin buruk. Dari isu terorisme hingga diberitakan sedemikian rupa seolah perilaku massa islam merugikan barat.

Informasi yang deras mengucur kearah pikiran masyarakat kita yang mayorias islam tidak henti-hentinya menghujam bahwa islam seolah-olah mengajarkan kekerasan. Fakta inilah yang berkelindan dipikiran para pemuda-pemudi yang cenderung labil tak menentu. Dengan doktrin informasi yang liberal dan global mengakibatkan jatidiri kemanusiaan lambat laun tereliminasi akibat budaya glamour efwk westernisasi. Jauh kedepan kita perlu kreatif untuk bisa menjembatani kondisi masyarakat kita yang konsumtif. Dengan berbagai cara kita sebgai generasi muda harusnya bisa mengambil posisi strategis. Diantaranya mengcounter informasi yang cenderung negatif dengan cara membuat tandingan media. Misal dengan bulettin, majalah ataupun media alternatif lainnya. Ini bisa dimulai dari diskusi-diskusi dan referensi yang memadai.

Jurnalisik Islam Sebagai Alternatif
Kita melihat begitu dahsyat tipu daya barat terhadap budaya Islam, melalui media teknologi dan informasi. Maka menjadi sebuah kewajiban untuk setiap kader umat Islam agar supaya semakin jeli dan kritis dalam menyerap setiap informasi yang datang dari manapun. Sebagai sebuah jawaban yang paling taktis adalah mengembangkan jurnalistik Islam yang benar-benar kokoh dan kuat. Dengan memasukkan nilai ideologi para penulis muslim demi membela kepentingan umat, khususnya menyuarakan nilai keadilan yang berujung pada pembelaan pada kaum mustadh’afien.
Di era globalisasi sekarang, dimana setiap negara berlomba-lomba untuk mendistribusikan produk secara bebas kenegara lain. perkembangan teknologi menjadi peran utama. Akses informasi yang melaju begitu sangat cepat, menyebabkan manusia memanfaatkan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Kondisi inilah yang membuat perubahan pola pikir manusia menjadi pragmatis. Sehingga terkooptasi dengan hegemoni teknologi, yang banyak dihasilkan oleh bangsa barat, berubah menjadi pribadi yang tidak lagi memperhatikan etika, moral, dan akhlak, karena pengaruh faham kapitalisme dan sekulerisme terwujud dalam sebuah teknologi.
Sehingga dampak perbedaan yang terpaut jauh antara informasi media masa barat dan timur, jelas tampak sekali dari produk informasi yang dihasilkan. Media Masa Barat lebih cenderung kepada hingar-bingar kebebasan, kapitalisme dan sekulerisme. Hal ini sangat mempengaruhi Media Massa Timur, yang dahulu sangat terkenal dari sisi-sisi etikanya. Perubahan semacam ini seharusnya disadari oleh insan jurnalis dalam memperoleh informasi supaya tidak memberikan efek negatif kepada masyarakat yang memperoleh informasi tersebut.
Pengaruh-pengaruh negatif Barat inilah yang harus kita minimalisir bahkan harus kita cut. Bila dibiarkan tanpa ada filterisasi maka kedepan akan berbahaya bagi masa depan anak cucu kita. Wacana konsepsi islam harus segera digelontorkan dengan lebih kreatif supaya anak-anak muda tidak merasa jadul. Dengan melakukan proses kreatif tanpa mengesampingkan nilai-nilai islam maka akan menjadi keharusan untuk melawan laju teknologi informasi dari barat. Jurnalis mempunyai peran penting dalam memberikan akses informasi kepada masyarakat yang sejatinya masih terbelenggu dan terjebak dalam hegemoni barat yang cenderung pada minsed negatif.
Saat ini kita adalah pelaku dan kitalah yang harus mencari format alernaif ditengah hegemoni budaya barat yang tidak karuan arahnya. Solusi alternatif menjadihal yang paling fundal. Kita bersama harus bisa mengapresiasi diri melalui media. Bisa tidak bisa kita harus terlibat aktif dalam pembaharuan teknologi. Dengan cara inilah kita akan mampu mewacanakan konsep islam lebih kritis dan dengan cara kreatif islam tidak harus diwacanakan keras. Islam adalah universal membawa misi perdamaian.
Tak ada ayang tidak bisa kia kerjakan dalam kondisi seperti ini. Konsistensi atas idealisme perjuangan kita untuk menciptakan masyarakat baldatun toyyibatun warobbun ghofur. Dengan sarana pendakwahan akan memberikan kontribusi yang jauh lebih besar dari pada sekedar esensi perkembangan teknologi itu sendiri. Dan kita ditantang untuk berani berjuang menembus batas ruang dan waktu. Dengan kita berdakwah melalui menulis maka kita telah menginformasikan islam saat ini akan mampu dibaca dan difahami oleh cakupan yang lebi luas. dakwah bil qalam Islam yang dituliskan dapat dibaca oleh ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu hingga jutaan orang pembaca dalam waktu yang hampir bersamaan.

Tidak ada komentar: