SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Selasa, 03 Mei 2011

Sekolah Alternatif Berbasis Kearifan Lokal Model Untuk Sekolah Alam


Pembelajaran sering di istilahkan dalam mendefinisikan tentang transformasi pengetahuan. Hal ini sering dikaitkan dengan guru dan murid, apalagi kalau bukan melegitimasi bahwa guru menjadi sumber prioritas belajar. Disini menjadi penting untuk di redefinisikan dengan peran dan fungsi sekolah untuk memberdayakan anak didik dengan difasilitasi oleh guru.
Proses merupakan suatu perubahan yang dilakukan secara continue, menjadi penting bahkan menjadi permanen dalam memberikan timbal balik atas perubahan kemampuan manusia dan diikuti oleh sikap dan perilakunya.
Begitu juga dengan belajar, seharusnya mampu menghasilkan perubahan perilaku anak didik dan guru adalah pelakunya untuk mengeksplorasi potensi menjadi maksimal sesuai dengan fitrahnya. Untuk mencapai perubahan pada lembaga pendidikan diperlukan kontrol dan gebrakkan sistem yang membutuhkan waktu lama.

Pembelajaran Kreatif Aktif
Pembelajaran sendiri bukan dimaknai sebagai pengetahuan ansich yang dikenalkan melalui kelas-kelas formal. Bila ditelisik dalam realitasnya sekolah konvensional cenderung pakem sehingga tidak membebaskan “menjadi penjara”, yang memisahkan anak didik dari dinamika persoalan sosial masyarakat nyata. Semakin lama bersekolah semakin jauh pula dirinya dengan ralitas sosial. Fenomena ini menjadi perhatian bersama bahwa hasil perbincangan yang diketengahkan sekarang yakni tentang penanaman nilai dalam sekolah cenderung materi oriented. Sehingga anak didik kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Pola pendidikan lama yang bersifat tradisional inilah yang harus kita konstruksi, karena polanya melahirkan sistem pendidikan yang menuntut pada sikap kepatuhan, penerimaan dan ketaatan. Buku teks menjadi representasi utama dari pengetahuan. Guru menjadi pelaku yang menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan serta memaksakan peraturan kepada murid. Pembelajaran model ini hanya dipahami sebagai proses memperoleh apa yang sudah terkumpul dalam buku-buku dan kepala yang lebih dewasa.
Anak usia dini merupakan fase dasar perkembangan luar biasa. Karakternya sangat peka dan memiliki rasa ingin tahu yang besar serta ditunjukan melalui beberapa tahapan yaitu berusaha untuk mengontrol diri sendiri, memakai bahasa kognitif, motorik dan keterampilan sosial. Melalui hal tersebut maka anak akan memakai informasi untuk berfikir membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Begitu juga tahapan pembelajaran dan penanaman nilai kepedulian dapat dilalui dengan berbagai cara pertama, mengetahi perkembangan anak dengan pengenalan lingkungan pembiasaan oleh pendidik. Kedua, dengan berbagai macam metode pendekatan pembelajaran melalui keterlibatan anak didik menjadi pelaku langsung. Ketiga, melalui kegiatan outing (tamasya) berkunjung ke tempat pembelajaran lingkungan semisal kepada tempat kebun binatang dan pantai.
Dengan melibatkan anak didik dalam praktek nyata, akan menjadi sebuah pengalaman yang membekas dan memberikan pembelajaran nilai yang lebih total. Karena anak usia dini merupakan the golden age (masa emas) dimana anak mengalami kepekaan belajar yang luar biasa sehingga dalam kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini merupakan fase anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

Belajar dan Bermain
Melalui bermain, anak diajak bereksplorasi, menemukan hal baru, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda sekitarnya. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Untuk mengembangkan ketrampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki disiplin diri.

Alternatif Untuk Problem Solving
Pembelajaran kontekstual dan sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik atau guru. Hendaknya proses ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak, agar konsep dikuasai dengan baik. Semua ini dilakukan dengan menyajikan kegiatan berulang-ulang.
Disinilah yang menjadi keunikan, bahwa pendidikan adalah alternatif bagaimana peserta didik dapat mencapai pengembangan diri secara maksimal. Sekolah alam hadir sebagai pendidikan fitrah. Sekolah bukan lagi beban. Sekolah merupakan realitas kehidupan yang mereka jalani dengan penghayatan penuh. Sekolah adalah sumber kegembiraan, bukan sumber stres yang biasanya membuat mereka kehilangan gairah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya, pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Tidak ada komentar: