SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Senin, 10 Oktober 2011

Perjalananku; Realitas Asahan Yang Terhimpit Kapitalisme Birokrat


Kisah ini merupakan bagian dari perjalananku dibulan maret 2011, diakhir bulan tersebut saat berada di Provinsi Sumatra Utara, tepatnya di kabupaten Asahan.  Disinilah saya merasakan hal yang baru yang tidak saya dapatkan dipulau jawa. Dari perjalanan itu terpampang jalan yang sangat unik, mungkin bila dibilang jalan ini baru saya temui seumur hidup. Dipinggiran kabupaten asahan ternyata sangat miris, karena jalan yang saya lewati rusak parah bahkan mungkin jarang dikunjungi oleh penguasa asahan.

Ketika memasuki sei kepayang tengah menuju sei sembilang saya melihat realitas jalan rusak dan tidak tersentuh oleh dinas pekerjaan umum yang harusnya melihat langsung kondisi jalan rusak tersebut yang memang membutuhkan sentuhan perbaikan oleh pemerintah setempat, dan mungkin juga bisa dibilang “jalan tanpa punggung”.
Bila digambarkan memang susah, karena jalan yang penuh dengan berlubang (red ; dalam bahasa jawa diartikan penuh dengan jeglongan) dan memang parah sekali. Bahkan di legok’an lubang jalan tersebut dikasih warga dengan potongan bantang kelapa ( red; glugu).
Sesampainya ditempat teman saya, bahkan sempat berdialog dengan warga sekitar dipinggiran laut sei sembilang ada yang melontarkan bahwa desa mereka tidak tercantum dalam peta. Semakin dinamisnya dengan logat bahasa saya saya mencoba menjelaskan bahwa memang itu menjadi PR saya bersama teman untuk menyelidiki apakah benar dengan pernyataan warga yang meguraikan kondisi desa mereka yang tidak tersentuh oleh pemerintah dan sangat terasing oleh zaman.
Memang ketika saya menyusuri kehidupan disana sangatlah ironis, bahkan anak-anak usia sekolah banyak tidak sekolah. Keluhan warga banyak yang menyampaikan bahwa akses pendidikan sangatlah sulit, diantaranya karena tidak adanya sekolah SMA dan juga demografi alam dan jalan yang seperti penulis gambarkan diatas.

Realitas paradok pemerintah dan rakyat
Sungguh ironis ditengah ramainya dan pikuknya aktifitas warga asahan yang merayakan ulang tahun kabupaten asahan yang ke-65, dengan berjejal pesta yang seolah digambarkan asahan sangat indah dan merata dalam pembangunan, ternyata di pinggiran kabupatennya masih menyisakan PR besar.
Dari apa yang penulis paparkan menjadi artikulasi tersendiri, saat pertama saya menginjakkan kaki diasahan hingga tersentak dalam hati, penulis ingin melihat kondisi nyata yang terjadi di kabupaten asahan dengan perhelatan ULTAH yang sangat meriah dengan motto visinya “ religius”

Mungkin ini masih jauh dari panggang api bahwa kepedulian pemerintah daerah terkait dengan pemerataan pembangunan untuk memaksimalkan fungsi dari pembangunan yang lebih mampu bernilai etis. Dan semua memang diperlukan partisipasi oleh semua stake holder dan tentunya diperlukan sikap kejujuran dan kebersamaan.
Asahan, awal April 2011

Tidak ada komentar: