SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Minggu, 09 September 2007

TEBANG PILIH

Melihat fenomena tebang pilih koruptor yang terjadi seakan menjadi kegelisahan tersendiri bagi negara ini, memang tanpa disadari itu merupakan lubang besar yang harus segera ditambal supaya tidak menjalar ke sektor lain. Menjamurnya koruptor yang terjadi di Indonesia selama ini bak penyakit yang sangat akut bahkan sulit di obati atau disembuhkan.

Lembaga yang merupakan penegak hukum dan dipercaya masyarakat selama ini dalam menjalankan tugasnya sebagai algojo pilihan, tetapi malah menjadi polemik tersendiri bagi kedilan yang notabene sebagai lembaga yudikatif (pelaksana UU) malah melakukan penyimpangan sendiri entah itu disadari atau pura-pura tidak disadari dan telah berlangsung sampai sekarang.

Penyimpangan ketidaksengajaan ini mungkin terjadi disebabkan beberapa faktor di antaranya kurangnya pengawasan atau ketidakberanian para penegak hukum dalam menegakkan hukum. Di mungkinkan juga terdapat oknum(mafia peradilan) yang ikut andil di dalamnya dalam melakukan proses peradilan tersebut, sehingga penyimpangan hukum tidak dapat dihindari.

Bagaimanapun itu merupakan fenomena yang dilematis dan perlu adanya pengusutan masalah yang jelas demi kebaikan negeri, mungkin kita perlu sedikit menilik dari lirik lagunya Iwan Fals “ Tegakkan hukum setegak-tegaknya adil dan tegas tak pandang bulu, pasti kuangkat engkau menjadi manusia setengah dewa” yang merupakan hiburan sekaligus sindiran atas persepsi masyarakat bagi lembaga hukum negeri ini ketika dalam dataran praksisnya masih sebatas panggung sandiwara.

Berlaku adil mungkin cukup sulit tapi setidak-tidaknya itu suatu kewajiban dan tugas berharga yang harus segera dilaksanakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, pemerintah harus berlaku adil, tanpa pandang bulu apa itu Lembaga Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif.

Kedua pemerintah harus berlaku tegas bukan karena kelatahan “berantas korupsi sampai keakar-akarnya” tapi perlu keseriusan juga kejelasan dalam mengimplementasikannya dan disertai dengan prilaku nyata yaitu penegakan hukum kepada para koruptor dan pelaku mafia peradilan untuk memperbaiki kebobrokan bangsa yang nantinya jadi cerminan bagi penerus bangsa mendatang.

Ketiga, pemerintah perlu dengan segera melakukan itu semua dan dengan sikap atau tindakan tersebut merupakan poin tersendiri yang akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat selama ini telah menyurut, ternyata mencegah lebih baik daripada mengobati itupun layaknya masih berlaku juga bagi peradilan negara ini.

Ironi negara dalam dialektika idelisme menjadi pendewa uang, sungguh nistanya sebuah harapan menuju keadilan. jadikanlah anda sebagai pelawan yang pertama dan utama dalam memporak porandakan kerusakan sistem birokrasi yang nyata. siapkah?



Tidak ada komentar: