SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Kamis, 15 Januari 2009

Tahun 2009 bencana terus melanda, Awas ! Tahun 2100 prediksi kelaparan global (bencana kemanusiaan mengancam)




Berita akan kabar banjir yang setiap hari dapat kita lihat di media, baik itu media cetak, media visual atau media cyber. Seakan banjir bukan lagi bencana tetapi menjadi tamu rutin tiap tahun. Ini bisa dikatakan benar adanya. kita bisa lihat dari ibu kota Jakarta, bahkan berganti gubernur dan program-programnya yang baru masih belum bisa mengurangi banjir. Apakah ini karena mungkin bisa dikarenakan mentalitas dan tipologi para pemimpin yang sama dan tidak jauh beda? Dari periode keperiode.
Memang ini menjadi pertanyaan besar dan selalu berkelindan dibenak para kaum marginal. Mengenai semua itu apakah perlu ada pembaharuan dan terobosan baru? Sejumlah ahli dan pakar melakukan analisa dan prediksi tanpa pandang bulu, apakah itu dari sisi politik, ekonomi bahkan pemerhati menjamur mengatasnamakan kemanusiaan. Saat ini kita telah banyak dibuai dengan janji tapi tanpa bukti. 2009 adalah warna politik baru, dan baru ini apakah mampu menjadi episentrum geo-politik yang bersifat konstruktif? Atau sebaliknya malah menjadi bencana tahunan yang mengkristal menjadi bencana mayoritas bangsa.
Demikian adanya atas permasalahan bangsa terkait bencana. Bukan hanya bencana alam tetapi bencana lain-pun setia menemani dan menghiasi seantero Nusantara. Pertarungan bencana inilah yang perlu sejenak kita perhatikan dan cermati, perhatian besar tiap tahun semakin menjadi akan kehadiran tamu “banjir” (baca: fenomena bencana alam).
Kita harus beralih strategi, lalu kenapa pemerintah dan aparatur negara tidak melakukan antisipasi strategis kepada ancaman bencana. Kita tahu dan mengerti, bisa dipastikan menjelang pergantian tahun dan musim akan ada prediksi bari dan bencana baru. Dan melihat fenomena ini saya melihat bencana banjir, longsor, dan bencana kemanusiaan adalah lembaran hitam yang harus kita minimalisir kelak. Jangan sampai anak cucu kita mengalami masalah bencana yang sama, lalu bagaimana melakukannya? Itu menjadi pertanyaan bagi saya melihat peta permasalahan kemanusiaan ini.
Menilik kondisi kekinian publik mengetahui semua kejadian dan hamparan luas pemberitaan lewat media menjadi manfaat sekaligus muncul berbarengan madhorot. Namun apa daya yang bisa kita lakukan atas semua itu, hanya bisa diam atau malah lari dan tak mau tahu. Harusnya kita lebih proaktif untuk mencari jembatan baru untuk bisa keluar dari lilitan permasalahan.
Lagi-lagi banjir, lagi-lagi banjir seolah itu ucapan yang akan keluar ketika musim hujan datang. Lagi-lagi kemarau, lagi lagi kemarau itupun akan berdesis dari mulut warga. Dan lagi-lagi mengeluh dan mengeluh, kemana kita akan bisa berharap dan berhenti menghadapi bencana selanjutnya. Kondisi ini menjadi trauma berkelanjutan menghiasi pikiran warga.
Jangan sampai bencana serupa hadir kelak! Itu sempat saya katakan pada diri saya, tapi dalam pencandraan saya apakah ini bisa? Seolah optimis menghampiri masa depan, tetapi alam berkata lain seolah mereka murka kepada oknum sekelompok manusia atas keserakahan nafsunya dengan cara merusak lingkungan untuk mencari sesuap uang dan segepok keuntungan tanpa memperhatikan sekitarnya.
Dan menurut saya seabad kedepan bisa jadi akan ada bencana kemanusiaan yang lebih dahsyat. Lingkungan yang dikoyak akan membalas kepada mereka yang menempatinya bahkan orang yang tidak bersalah ikut merasakannya. Mungkin banjir dan kekeringan akan menghiasi di muka bumi ini, tetapi bisa juga tahun 2100 kedepan tragedi kelaparan akan menghantui masyarakat dunia.
Ini tidak bisa kita pungkiri karena saat ini akibat banjir telah mengakibatkan kelaparan dimana-mana. Apalagi kalau bencana ini terjadi beriringan bukan saja banjir, kemarau tapi krisis multi dimensi kemanusiaan ini terjadi setiap tahun pastinya kedepan akan bisa lebih parah. Dengan kacamata lain saya ingin mengajak kepada semua pembaca dan pemerduli lingkungan untuk mengerti akan kondisi ini. Marilah kita sebagai orang yang pertama menjadi pencetus solusi atas kemanusiaan dan bencana tahunan, sekaligus abad. Dengan bersadar pertama sekaligus bersama maka bencana secara kolektif akan dapat kita antisipasi. Bukan lain dan tidak maka akan bisa kita atasi semua bencana dengan strategi kemanusiaan. Tetapi bisa saya katakan sebaliknya krisis satu abad kedepan akan lebih parah dikarenakan kebengisan dan keserakahan sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab atas nama kemanusiaan melakukan arogansi terhadap lingkungan. Dan bisa jadi bencana besar dunia telah menanti kita dan anak cucu penerus generasi kehidupan. Ingat sekali lagi, kapan kita akan mulai dan kapan kita akan bergerak? Saya tunggu aksi dan strategi kalian semua. Salam perubahan untuk bersama.
Lemah gempal. 06.30-15 01/2009.

Tidak ada komentar: