SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Sabtu, 22 Januari 2011

HMI Makassar Hendaknya Mawas Diri (Minggu, 7 Maret 2010 )

Sebagai alumnus HMI Makassar ingin ikut serta berbagi rasa prihatin atas kasus demonstrasi anarkis massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Makassar baru-baru ini.

Mengimbau Mahasiswa di Kota Makassar, Sulawesi Selatan,untuk mengedepankan kesantunan dan cara simpatik dalam berunjuk rasa demi menghindari berulangnya bentrok terbuka dengan warga. Ingat, penyampaian aspirasi yang tidak santun, menutup jalan umum, justru menuai antipati warga.

Coba bayangkan, bagaimana kalau di antara kendaraan yang terhadang itu sedang mengangkut orang sakit atau perempuan yang hendak melahirkan? Bagaimana demo/aksi unjuk rasa dengan tujuan "membela" rakyat, justru malah menghambat atau bahkan mematikan ekonomi rakyat kecil?

Karenanya, Mahasiswa perlu berhati-hati saat berunjuk rasa agar gerakannya tidak ditunggangi kepentingan tertentu. Cara berunjuk rasa mahasiswa wajib diubah menjadi lebih santun. Kalau terus-menerus memblokade jalan, warga pun sangat mudah terpancing emosinya karena merasa dirugikan.

Kejadian terakhir (5 Maret) merupakan puncak kemarahan rakyat atas aksi sok pahlawan dari Mahasiswa Makassar yang nampak selalu merasa bangga dengan ciri khas demo premanismenya.

Tuntutan pencopotan Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Irjen Adang Rochajana serta Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Makassar Komisaris Besar Gatta Chaeruddin sebagai hal berlebihan. Ini satu contoh betapa mahasiswa perlu waspada dan kritis karena masalah terjadi akibat ulah oknum, bukan kebijakan institusi.

Pernyataan Ketua HMI Cabang Makassar yang tegas menolak bermusyawarah jika kedua pejabat Polri tersebut belum dicopot, menunjukan bahwa watak anarkis sudah menjadi jati diri kelompoknya. Kebencian menjadi panglima, sementara nalar dan akhlaq Islami dikesampingkan.

Pelajaran bisa diambil dari Ketua HMI Cabang Semarang, Agus Thohir yang tegas-tegas mengecam kekerasan yang dilakukan antara HMI Makassar dan kepolisian.

Dengan jujur dirinya mengakui sebagai anak muda sering melakukan tindak arogansi. Selain itu juga berani mendeklarasikan bahwa HMI Semarang melawan segala bentuk kekerasan yang terjadi di manapun dan juga ingin agar aksi kekerasan di Makassar tidak merusak citra baik HMI.

Pelajaran ini penting bagi penghapusan budaya solidaritas buta di kalangan Mahasiswa. Saya setuju dengan Rektor Universitas Hasanuddin Idrus Paturusi bahwa sah-sah saja mahasiswa emosional. Namun, mahasiswa mestinya memahami bahwa kerusuhan beberapa hari terakhir dipicu sesuatu yang tidak wajar.

Sikap warga yang mendahului pelemparan batu dalam unjuk rasa di Universitas Islam Negeri Alauddin dan Universitas Negeri Makassar patut dicurigai bermisi provokasi yang menjurus pada situasi rusuh.

Kalau terus-menerus berunjuk rasa dengan cara kurang simpatik, isu sentral pergerakan jadi bergeser dan sangat mudah dimanfaatkan pihak tertentu.

Pernyataan Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sulawesi Selatan Amran Razak yang meminta mahasiswa mengelola semangat saat berunjuk rasa, patut dijadikan bahan mawas diri.

Benar, bahwa kehebohan diperlukan untuk menarik perhatian media. Namun, mahasiswa sebaiknya tidak membuang energi untuk hal-hal yang tidak perlu dalam kondisi yang mudah dimanfaatkan, tanggung jawab moral sebagai mahasiswa yang lebih mengutamakan dialog hendaknya menjadi prioritas dalam melakukan aksi unjuk rasa.

Sumber Berita : http://metropolitan.inilah.com/read/detail/386321/hmi-makassar-hendaknya-mawas-diri

Tidak ada komentar: