SELAMAT DATANG DI WEBLOG NEGERI PERADABAN AGUS THOHIR

Selasa, 25 Januari 2011

Reinterpretasi Peran Pemuda; Sebuah Tawaran Untuk Generasi Guna Mengurai Problematika Kebangsaan

Sebagai awal untuk mengantarkan tulisan ini, saya sebenarnya bertanya dengan judul tema yang diberikan tadi panitia tadi malam, yaitu membahas tentang dekonstruksi gaya hidup. Dalam sekilas, saat membaca tema yang coba dikaitkan dengan refleksi hari AIDS sedunia dengan apa yang harus saya paparkan untuk sarasehan sore ini. Kemudian pagi tadi saya menulis sedikit dari apa yang ada dalam pikiran saya dan saya juga pernah menulis dalam catatan esai saya mengenai pemuda. Dan coba saya kaitkan dengan tema yang disodorkan untuk dibahas sore ini.
Memang hari ini masyarakat dunia, termasuk Indonesia memperingatinya, lalu efektifitas dari peringatan yang coba diketengahkan dengan melihat realitas masyarakat kita ditengah hegemoni problematika kebangsaan, apa yang nantinya akan diperbuat oleh kita? Dari TOR sarasehan yang saya terima untuk sore ini, kemudian saya melanjutkan tulisan yang ada ini. Mengenai pemahaman penulis, stigma penyakit yang lebih dikenal dengan sebutan “AIDS” yang terinfeksi oleh humman immunodeficiency virus (HIV) kecenderungan dalam realitas nyata. Acquired immunodeficiency syindrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi HIV dan virus sejenisnya.
Data hasil survailans sentinel departemen kesehatan menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi HIV. Dan kebanyakan terjadi dikota-kota besar dan pemuda adalah kategori yang sangat riskan mudah terjangkiti akibat dari perilaku dan polapikirnya yang cenderung mengikuti gaya tren masa kini. Lepas dari konteks pembahasan yang sekilas diatas mengenai AIDS, sesuai dengan apa yang diminta, saya tidak akan menjelaskan banyak mengenai penyakit dan virus tersebut.
Sebagai pemuda “kalau boleh saya menyebutnya” mengingat bahwa peringatan hari AIDS bukan diperingati dengan kegiatan seperti ini saja atau mungkin dekat kaitanya dengna perigatan hari kesehatan nasional ke -46 pada 12 november 2010. Lebih dari itu bagaimana makna dari kesehatan yang coba saya ketengahkan dalam tulisan saya ini. Sadar atau tidak kita sebagai pemuda mempunyai andil besar dalam mengurai masalah yang ada, termasuk dengan polemic penyakit yang ditakuti, termasuk penyakit social. Kemudian saya memilih konsepsi pemuda karena menjadi menarik untuk diperbincangkan, Jika berbicara tentang pemuda maka yang akan terpikir ada dua hal, yaitu pertama dari segi usia pemuda dapat dilihat dari perkembangan psikologis.
Secara psikologis pemuda lebih identik dengan remaja dan dewasa awal. Pada tahap perkembangan ini manusia mempunyai sikap yang lebih memberontak, penuh dengan inisiatif, kreatif, cenderung antikemapanan, dan penuh dengan segala intrik yang bertujuan untuk membangun kepribadian. Kedua lebih kepada jiwa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Pemuda tidak lagi dibatasi oleh usia dan perkembangan psikologis.
Pemuda juga dapat dikategorikan dalam sekup wilayah yang luas, Bahkan pemuda selalu menarik untuk diperbincangkan, mulai dari kapan munculnya hingga apa tugas dan peran nyatanya. Bila kita mencermati definisi banyak interpretasi yang muncul, mulai dari perspektif demografis usia hingga perspektif sosioligi-politik perannya. Lepas dari itu semua kita harus melihat potensi yang dimiliki. Banyaknya pemuda bukan hanya menjadi peluang tapi juga menjadi tantangan masa depan. Karena kebanyakan pemuda tidak siap dengan prosesnya.
Pertama, kalau kita lihat pemuda merupakan masa yang labil terhadap lingkungan. Demikian adanya, bahwa semakin kokoh prinsipnya maka akan tidak mudah terpengaruh akibat tekanan disekitarnya. Menjadikannya mampu survive dengan kontrol semangat idealismenya. Kedua, melihat jejak prosesnya pemuda menjadi sangat penting terhadap masa depan bangsa. Saya ingat pesan singkat dari catatan harian Ahmad Wahib “keberhasilan satu generasi adalah keberhasilan kita, kegagalan satu generasi adalah kegagalan kita”.
Dari pesan itulah penulis merasa bahwa pemuda adalah penopang masa depan bangsa. Bila kita berhasil satu generasi saat ini, maka kemungkinan sepuluh dua puluh tahun kedepan kita akan mampu menerobos stagnasi rezim yang ada. Tapi sebaliknya, bila genarasi kita acuh tak acuh bahkan tak mau peduli dan berproses dengan zamannya, maka saya menjamin tinggal menunggu waktu untuk merapuhkan tiang penopang negara kedepan.

Dekonstruksi Gaya Hidup
Pemuda lebih dilihat pada jiwa yang dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jika yang suka memberontak, penuh inisiatif, kreatif, antikemapanan, serta ada tujuan lebih membangun kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pemuda. Dari pola perillakunya jelas menggambarkan arogansi, walaupun tidak semuanya bisa dikategorikan seperti penggambaran diatas. Yang menjadi perhatian adalah gaya hidup yang cenderung seenaknya, tidak mau diatur bahkan memilih melakuan perlawanan. Bahkan tanpa kita sadari dari gaya berperilaku hingga berfikir kita telah dijajah oleh tren yang acapkali kita anggap itu modern dan nyentrik.
Mulai dari realitas media yang sangat bebas sehingga yang dinamakan apapun ya itu harus sesuai media, bahkan jalan, bicara, hingga hal yang paling privat juga didefinisikan menurut tren. Disinilah gaya hidup yang perlu digaris bawahi, untuk kita kritisi bersama dalam sarasehan kali ini. Lalu apa kaitannya dengan hedonisme dan pragmatisme? Mungkin bila anda sudah membaca tema dari sarasehan yang disodorkan.
Jelas dan nyata, bahwa dua istilah itu menjadi keterwakilan para pemuda yang gandrung dan memuja mode, dan apakah anda masuk didalamnya? Apakah anda datang diskusi karena tertarik untuk mengetahuinya atau memang tren sekedar ikut agar dianggap mahasiswa yang gaul?
Sengaja saya mencoba santai dalam mengupasnya, karena itulah realitas bahwa masih banyak pemuda belum mengerti akan dirinya. Bisa dicek, coba tanyakan ke diri anda masing-masing, siapakah saya?, apa falsafah hidup saya?, untuk apa saya hidup?, apa aspirasi terdalam saya?, dan apa yang membuat saya paling bahagia?.
Coba anda renungkan dan hayati, apakah sudah ketemu jawabannya, bila anda mampu menemukannya maka itulah visi hidup, yang akan mengajak anda memilih terbaik. Peran kunci pribadi adalah yang menentukan untuk anda pilih dan anda definisikan. Selain itu juga coba anda tanyakan lagi pada diri anda masing-masing; mau kemana saya menuju?, apa yang ingin saya wujudkan?, apa tujuan jangka panjang saya?, apa yang ideal buat saya?, dan apa yang saya pertahankan dalam hidup saya?.
Sebenarnya sederhana untuk kita ketahui sehingga kita mengetahui apa sebenarnya kita hidup dan disitulah akan muncul dengan misi hidup. Dan pribadi anda akan mengatakan dan memilih proses yang lebih baik, bukan hanya sekedarnya. Untuk mengaitkan dengan tema maka saya akan kembali bertanya dengan dekonstruksi apa yang dimaksud oleh panitia? Yang saya tahu dekonstruksi dalam perspektif kritis atas modernisme yang diketengahkan oleh filsuf deridda ada penerapan sistematika dekonstruksi yang lebih detail, tapi saya tidak akan membahas dalam sarasehan kali ini. Yang lebih menarik bagaimana kita sadar sebagai pemuda kategori elit yaitu mahasiswa.

Mengasah Kapasitas dan Kualitas
Dua istilah mungkin bisa menjadi keterwakilan atas kondisi pemuda saat ini. Dari keduanya penulis berani menjamin ketika keduanya terpenuhi maka masa depan bangsa dipastikan akan mengalami perubahan pesat. Lalu kenapa hanya dua istilah? Kalau dilihat dari peluang menatap masa depan pemudalah yang harusnya berani beresiko untuk berproses menempa kualitas. Dengan komitmen berjuang maka masa depan ada ditangan kita hingga menunggu waktu kapan kita akan membuktikan.
Jalan kita masih panjang, sejarah membuktikan dari sebelum kemerdekaan. Mulai starting point bangkitnya pemuda delapan puluh satu tahun silam (red-1928) melalui sumpah pemuda menjadi kunci kita sebagai pemuda harus sadar untuk berbenah. Hingga bergulirnya waktu kemerdekaan berhasil diraih juga atas inisiatif tokoh pemuda terbaik bangsa. Bahkan setelahnya gerakan pemuda yang dimotori mahasiswa memanifestasikan gerakan dan menghasilkan angkatan 66,74,78 dan Reformasi 98.
Tak bisa dipungkiri, bila kita telisik lebih dalam gerakan pemuda 1928 menjadi spirit kepemudaan untuk terus berjuang tanpa membeda-bedakan asal-usul dan latar belakangnya. Bahkan setelah merdeka banyak organisasi kepemudaan muncul seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), IMM, GMNI, PMII dll. Lepas dari itu semua, berdirinya organisasi kepemudaan salah satu tujuannya adalah untuk menggodog pemuda menjadi berkualitas. Bahkan menyiapkan calon kader ummat dan bangsa, sehingga siap dipakai setiap zamannya.

Paradigma; Obyektifitas dan Independensi
Keberhasilan pemuda dalam menapaki jalan panjang bukanlah dengan mudah dijalani, tapi melaui proses panjang. Dengan menumbuhkan sense of belonging atas tanah air (red-nasionalisme). Menumbuhkan semangat kebersamaan untuk melawan ketidak adilan, menjadikan mereka tetap survive dizamannya. Apakah itu diperoleh dengan sekedarnya? Tentu tidak, mereka berjuang tanpa memendang status sosial dan aspek usia.
Pemuda adalah sosok manusia yang dilengkapi dengan segenap daya kritis-obyektif, kreatif dan semangat untuk berubah ke arah kemajuan. Karakteristik unik inilah yang kemudian menjadi suplemen atau bahan bakar lokomotif pembaharuan gerakannya. Tetapi, saat ini karakteristik tersebut semakin jarang kita temui. Ini disebabkan karena desakan kultur westernisasi. Sehingga orientasi dan paradigma kaum muda tak lagi bervisi pada perbaikan atas nasib bangsa di masa depan. Melainkan bervisi sesaat (pragmatisme) cenderung kearah aspek duniawi semu (konsumerisme) dan pemuja mode (hedonisme).
Inilah tantangan kolektif atas desakan glamouritas, sehingga pada sisi lain menurut mereka menjadi tidak menarik menghidupkan forum diskusi, budaya membaca, menulis bahkan membicarakan masalah kebangsaan. Disisi lain, dunia kampus lebih disibukkan dengan tragedi tawuran mahasiswa hingga tindakan yang tidak patut dibincangkan. Tentunya itu bukanlah karakter pemuda “mahasiswa” yang sesungguhnya. Karena obyetifitas dan independensi adalah kekuatan yang selalu mengiringi perubahan panjang.

Sadar Menemukan Jati Diri
Saatnya kaum muda bangkit kembali. Sejarah membuktikan bukan kita terjerembab oleh momentum tapi saatnya kita membuat babak dan momentum baru atas kesadaran kolektif. Menjadi keharusan kita memaknai perjuangan melalui kesadaran yang coba kita bangun untuk menemukan jati diri. Semua bisa dilakukan dengan kegiatan positif yang mampu melahirkan karya, dan disitulah realitas produktivitas kaum muda mampu mengolah rasa dan menemukan prestasi. Hal positif bisa berupa aktif di organisasi dan bahkan pada sisi lain bermuara pada politik nilai, bukan hanya ikut berperan melalui ajang berebut kekuasaan (politik praktis). Tapi bagaimana kita menyadari perjuangan yang harus kita lakukan. Tentunya perjuangan hadir dengan kecerdikan pemuda menginisiasi gagasan pembaharuan berfikir. Termasuk bagaimana mencari cara untuk membakar semangat kaum muda dengan mensinergikan tujuan dari hidup dan mengerti tugas kebangsaan atas gelar pemuda dan mahasiswa.
Panggilan sejarah atas sumpah pemuda memberikan inspirasi bahawa pemuda harusnya moderat dalam berfikir dan bertindak. Mengerti akan peran dan fungsi untuk menyadarkan lingkungan melalui jalan aternatif. Dengan cita-cita luhur ingin merdeka! Merdeka dalam berfikir, bertindak dan berkarya. sehinnga mampu mengeliminasi primordialisme kelompok yang marak akhir-akhir ini.
Tentunya menjadi tanggung jawab bersama untuk merefleksi atas reposisi peran pemuda. Guna menemukan jati diri dengan berani menerobos tradisi yang kecenderungan pragmatis. Pendidikan karakter menjadi PR bersama bagi setiap organisasi dan kita sebagai pemuda. Tentunya lembaga terkait dan pemerintah sebagai pihak yang sangat berkepentingan dalam mempersiapkan generasi penerus pun bertanggungjawab dalam mempersiapkan generasi muda berkualitas.
Dengan proses dialog panjang tentunya menjadi bagian penting untuk menempa sosok pemuda yang siap menjadi pemimpin disetiap zamannya, dan siap menginisiasi kondisi untuk menjadi poros episentrum perubahan. Sehingga akses negative dapat ter eliminir sehingga pemuda dapat berkreatifitas positif menemukan jati dirinya, dan otomatis dapat terhindar dari pergaulan yang menjerumuskan pada hal negative sehingga terkena virus HIV dan terjangkiti AIDS.

Haruskah Bangkit?
Jawabanya tentu, karena pemuda mempunyai karakteristik yang khas dan unik. Mereka lebih diuntungkan karena prosesnya. Disaat ini semakin tak jelas arah mau dibawa kemana alur masa depan dari proses perjuangannya. Akibat lingkungan sekitar adanya kecenderungan berperilaku negatif harus kita stop! Karena tantangan zaman sekarang menjadikan lunturnya nasionalisme dan idealisme.
Pemuda dan mahasiswa harus kembali ke garis perjuangan yang melahirkan nilai luhur untuk menemukan spirit identitasnya. Menjadi penting karena panggilan sejarah kita harus berani memulai bangkit. Bangkit dari keterpurukan, ketertindasan dan bangkit untuk memulai bergerak menatap masa depan yang lebih baik.
Pemuda adalah investasi terbesar bangsa. Kalau kita menyia-nyiakan masa muda kita berarti telah menyumbang sampah masalah bagi negera. Tentunya itu bukan pilihan sekedarnya. Marilah dengan momentum sarasehan ini, kita bangkitkan kembali ghirah semangat juang kita melalui peran “intellectual movement” (gerakan intelektual). Dengan menggerakkan tradisi diskusi, membaca, menulis dan berkarya untuk menemukan talenta untuk masa depan terbaik kita dan untuk bangsa kita.
Selamat berjuang para penerus bangsa, kalianlah pemuda yang akan menentukan masa depan bangsa, untuk membawa angin segar perubahan bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Negeri ini menunggu sosok pemuda yang mempunyai visi kepemimpinan, kewirausahaan. Tetap independen, progresif dan berani mempelopori perjuangan kritis atas kebijakan publik. Marilah bersama membangun kemitraan lintas sector dengan tokoh agama, masyarakat dll.
Satu keberanian kita dalam menyadari fungsi dan peran pemuda, berarti kita harus berani menentukan mulai saat ini juga. Yaitu bertindak untuk mengurai masalah termasuk di hari AIDS sedunia. Termasuh ber-HMI, bukan hanya ikut dan nimbrung sekedarnya,, tapi tanamkanlah pada diri anda bahwa andalah yang saat ini akan merubahnya, karena HMI merupakan wadah yang memfasilitasi kegiatan. Dari ide segar anda dan bertindak segera mulai sekarang maka anda telah memulainya untuk terlibat mengurai masalah kebangsaan. Dan beranikah kita menjadi penentu masa depan. Semua jawaban ada ditangan kita saat ini….

*) Makalah ini disampaikan dalam SARASEHAN yang diadakan oleh HMI Komisariat FPBS IKIP PGRI Semarang pada hari Rabu, 1 Desember 2010 di Ruang Seminar Gedung PKM Lantai 2 IKIP PGRI Semarang

Tidak ada komentar: